Alat Bantu Belajar Matematika Dipacu

- Editor

Kamis, 28 Juni 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemanfaatan teknologi ini sejalan dengan pendalaman pembelajaran berbasis nalar tingkat tinggi di bidang matematika. Soal-soal nalar tingkat tinggi tersebut sudah muncul dalam ujian nasional 2018.

Penggunaan alat bantu seperti kalkulator saintifik bukan lagi menjadi momok dalam pembelajaran matematika. Kalkulator dengan kecanggihan teknologinya bisa membantu guru dan siswa semakin memahami konsep matematika serta memberi kesempatan mereka untuk mengutak-atik soal agar bisa mencari rumus-rumus terbaru.

“Selama ini, kebanyakan guru matematika menganggap kalkulator sebagai benda yang lebih banyak dampak negatifnya,”kata guru matematika SMAN 1 Nurul Salam, Aceh Timur, Khairuddin ketika ditemui di Jakarta pada hari Rabu (27/6/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ia merupakan salah satu anggota tim pengembangan modul pembelajaran matematika bagi guru-guru yang diprakarsai oleh Casio for Education Indonesia dan diawasi oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Para guru matematika yang tergabung dalam pengembangan modul pembelajaran berbasis nalar tingkat tinggi membahas bentuk-bentuk soal yang akan diujicobakan di sekolah-sekolah percontohan selama tahun ajaran 2018/2019.

Menurut Khairuddin, guru-guru matematika umumnya melihat kalkulator membuat siswa malas berpikir, sehingga menumpulkan kemampuan mereka dalam berhitung. Padahal, fungsi komputasi hanya salah satu dari empat fungsi kalkulator. Tiga fungsi lainnya ialah eksplorasi, afirmasi, dan representasi.

“Selama ini, waktu siswa dalam belajar matematika dihabiskan untuk berhitung. Waktu berhitung sebenarnya bisa dihemat sehingga sisa waktunya bisa digunakan untuk mengeksplorasi metode-metode baru dalam menyelesaikan sebuah persoalan,” tuturnya.

Ia mencontohkan, dalam soal ujian matematika bidang trigonometri umumnya menggunakan angka-angka istimewa seperti sudut 90 derajat, 45 derajat, dan 35 derajat. Hal ini untuk memudahkan siswa melakukan perhitungan. Apabila menggunakan kalkulator, siswa bisa bereksplorasi dengan angka-angka yang tidak lazim, seperti pecahan. Bahkan, bentuk soalnya juga bisa lebih bervariasi.

“Bagaimanapun juga, kalkulator hanya alat untuk mempermudah siswa berhitung. Kunci utamanya ialah kemampuan siswa bernalar, mengenali pola matematis, dan memahami konsep materi ajar,” kata Khairuddin.

Pemanfaatan teknologi ini juga sejalan dengan pendalaman pembelajaran berbasis nalar tingkat tinggi di bidang matematika. Soal-soal nalar tingkat tinggi tersebut sudah muncul dalam Ujian Nasional 2018. Hasil UN tersebut menunjukkan 80 persen siswa tingkat SMP, SMA, dan SMK mendapat nilai di bawah standar minimun 55,1. Permasalahannya karena mereka tidak memahami konsep.

Salah satu contoh soal yang muncul dalam UN ialah mengenai harga tanah yang terus naik, sementara harga bangunan terus menurun. Siswa diminta menghitung harga sebidang lahan dan bangunan di atasnya dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan. Soal tersebut memiliki konsep indeks kenaikan harga dan peluruhan.

Khairuddin menuturkan, pembelajaran konsep membutuhkan waktu lebih lama daripada sekadar menghafal rumus dari kisi-kisi ujian seperti yang biasa dilakukan selama ini. Kemampuan komputasi hendaknya sudah dikuasai siswa ketika lulus dari SD.

Pada tingkat SMP dan SMA, siswa memperdalam konsep matematis. Penilaian kemampuan matematika siswa tidak hanya pada hasil akhir perhitungan, tetapi pola pikir mereka dalam mencari rumus yang tepat untuk menyelesaikan persoalan.

“Tugas guru ialah mengutak-atik soal dan mengajar berbagai kemungkinan rumus tersebut,”ujar Khairuddin.

Percobaan
Dalam mengembangkan modul, alat bantu yang digunakan ialah kalkulator saintifik. Selain bisa menampilkan grafik, kalkulator tersebut juga bisa menampilkan berbagai rumus. Hal ini mempermudah guru dan siswa untuk menerapkan rumus dalam pembelajaran sehari-hari.

Manajer Casio for Education Indonesia Mutia Meilina mengatakan, modul tersebut akan diterapkan selama tahun ajaran 2018/2019 di SMA dan SMK percontohan yang dipilih oleh Kemendikbud. Selama penerapan, evaluasi dan perbaikan materi pembelajaran serta metode ajar juga terus berjalan. (DNE)–LARASWATI ARIADNE ANWAR

Sumber: Kompas, 28 Juni 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB