Akreditasi perguruan tinggi terus dikembangkan untuk memastikan kualitas layanan pendidikan yang responsif dengan perkembangan zaman. Untuk itu, akreditasi perguruan tinggi tidak lagi hanya berorientasi pada input, namun lebih banyak mengukur pada output dan outcome dari sebuah perguruan tinggi.
Direktur Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Tjan Basaruddin dalam peluncuran Instrumen Akreditasi Program Studi berbasisi Outcome (IAPS 4.0) di Jakarta, Kamis (26/7/2018) malam, mengatakan BAN-PT dituntut untuk mengembangkan instrumen akreditasi yang relevan dengan pengembangan sektor pendidikan tinggi Indonesia dan mengikuti perkembangan global.
DOKUMENTASI KEMRISTEKDIKTI–Direktur Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Tjan Basaruddin (kanan) menjelaskan akreditasi PT yang lebih berfokus pada mutu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Instrumen akreditasi PT kini dikembangkan lebih berorientasi pada output dan outcome. Yang sebelumnya, lebih banyak mengukur aspek input,”kata Tjan.
Tjan menjelaskan jika pada instrumen sebelumnya BAN-PT menilai jumlah mahasiswa dan jumlah lulusan (input) dan bagaimana proses belajarnya. Namun, pada instrumen yang baru ini juga diukur lama masa tunggu lulusan sebelum dapat bekerja (output) dan seberapa besar kontribusi lulusan terhadap tempat dia bekerja (outcome).
Peluncuran instrumen IAPS 4.0 dihadiri pula oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Ainun Nai’m dan Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Patdono Suwignjo. Hadir pula Ketua Majelis Akreditasi BAN-PT 2016-2021 Dwiwahju Sasongko.
Ainun mengapresiasi diluncurkannya IAPS 4.0 karena nantinya dapat memudahkan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh program studi. “Proses akreditasi nantinya akan semakin cepat diselesaikan. Selain itu, ada integrasi data BAN-PT dengan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi yang dibuat Kemristekdikti,”jelas Ainun.
Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti, Patdono Suwignjo menyambut baik komitmen BAN-PT untuk terus memperbaiki pengakreditasian PT demi mendukung sasaran strategi Kemenristekdikti yang menempatkan mutu sebagai salah satu sasaran utama. “Cara paling mudah untuk melihat mutu PT ya dari akreditasinya. Dengan adanya penerapan instrumen yang baru ini, pengguna lulusan PT terbantu karena yang dinilai bukan hanya input dan proses, namun juga output dan outcome,”kata Patdono.
Menurut Patdono, BAN-PT juga harus menyusun instrumen yang tepat untuk menilai pendidikan vokasi. Sebab, pendidikan vokasi tidak bisa disamakan dengan pendidikan akademik.
Tjan menambahkan dalam upaya peningkatan layanan akreditasi, BAN-PT juga menerbitkan keputusan tentang status dan peringkat terakreditasi serta sertifikat akreditasi dalam bentuk dokumen elektronik. Dokumen itu bertanda tangan elektronik (TT-e) Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT. Dengan pemanfaatan teknologi, penyerahan SK Sertifikasi Akreditasi yang sebelumnya dilakukan secara manual dapat memakan waktu sampai dua bulan, saat ini dapat dipangkas waktunya menjadi 25 jam. Selain itu, kemungkinan adanya pemalsuan juga sangat kecil karena adanya tanda tangan elektronik dan kode batang (barcode) pada sertifikat yang diterbitkan.
Status akreditasi meliputi terakreditasi atau tidak terakreditasi. Adapun peringkat akreditasi terdiri dari baik, baik sekali, dan unggul.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU–Menristekdikti Mohamad Nasir
Lembaga Layanan PT
Peningkatan mutu PT juga dilakukan Kemristekdikti dengan mengubah lembaga Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) menjadi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Menurut Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir pada acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan Kepala dan Sekretaris LLDIKTI, lembaga ini melayani perguruan tinggi negeri dan swasta.
“Kami berharap LLDIKTI menjadi ujung tombak dalam pelayanan pendidikan tinggi. Pelayanan seperti ijin pendirian program studi dapat diajukan melalui LLDIKTI agar lebih mudah dan sederhana,”kata Nasir.–ESTER LINCE NAPITUPULU
Sumber: Kompas, 28 Juli 2018