penyakit tanaman; Peta Lemah, Petani Butuh Solusi

- Editor

Senin, 22 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemetaan penyakit dan varietas tanaman tahan serangan penyakit di Indonesia masih lemah. Padahal, bibit penyakit karena virus, bakteri, atau jamur mudah hinggap dan berkembang biak sehingga butuh penanganan cepat.

Temuan itu hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Balitbang Kementerian Pertanian yang dipaparkan di Bogor, pekan lalu. Hasil penelitian berupa Penampilan Galur Harapan Padi Tahan Tungro di Daerah Endemis Tungro (Ahmad Muliadi) dan Epidemiologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Blas (Pycularia oryzae) pada Tanaman Padi (Sudir dan Santoso).

Menurut Sudir, pemetaan ras penyakit blas baru dilakukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Itu pun baru pada beberapa kabupaten. Padahal, setiap kabupaten memiliki penyakit blas yang disebabkan ras atau strain tertentu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyakit blas itu disebabkan jamur P oryzae atau P grisea yang juga menginang (menginduk) pada 40 jenis tanaman rerumputan lain. Pada tubuh padi, jamur itu menyerang bagian daun, leher, dan batang tanaman. Dampaknya, bulir padi tidak terisi atau kopong.

”Penyakit blas membuat gagal panen. Blas pada leher tanaman padi membuat kehampaan gabah 90 persen,” kata Sudir.

Ciri serangan penyakit yang awalnya hanya menyerang padi gogo/tegalan itu adalah pada pangkal daun terdapat bercak berbentuk belah ketupat coklat. Penyakit blas di leher ditunjukkan bercak pada pangkal leher malai sehingga tak mampu menopang malai dan patah karena tangkai malai membusuk.

Mengutip penelitian Mogi tahun 1991, penyebab penyakit blas di Indonesia teridentifikasi 30 ras. Itu bisa meningkat karena sifat P oryzae/P grisea yang mudah membentuk ras baru.

Tiap varietas padi memiliki kepekaan dan ketahanan spesifik terhadap setiap ras penyakit blas. Karena itu, untuk mengatasi serangan penyakit blas, tiap daerah yang mengetahui ras endemisnya perlu menanam varietas padi yang tahan terhadap ras itu.

Solusi dan kendala
Santoso menyarankan penanaman tak seluruhnya menggunakan satu varietas unggul/tahan penyakit. Itu mengantisipasi agar ras/strain lain tak berkembang atau ras membentuk ras baru. ”Masih jadi pekerjaan rumah untuk melengkapi basis data di Indonesia,” katanya.

Ia menjumpai penyakit blas menyerang pertanian padi di Sulawesi Selatan, salah satu lumbung padi di Indonesia timur. Namun, belum diketahui ras penyakitnya. Penyebabnya, penelitian atau pendataan menyeluruh untuk membentuk peta jenis/ras penyakit terkendala anggaran dan tenaga ahli.

Penyakit blas awalnya menyerang padi gogo/tegalan. Namun, 5-10 tahun terakhir, penyakit itu menyerang padi sawah irigasi/pengairan teknis. Hingga kini, data ketahanan varietas padi dan ras penyakit blas pada padi sawah irigasi baru terbatas penyakit blas pada daun. Pada padi gogo, diketahui varietas tahan terhadap blas daun dan leher. (ICH)

Sumber: Kompas, 22 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB