Masukkan Ongkos Lingkungan

- Editor

Jumat, 5 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perkuat Kementerian LH
Pergantian pemerintahan saat ini sangat menentukan, termasuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Salah satu ukuran keberhasilannya adalah penerapan pembangunan berkelanjutan dengan meminimalkan ongkos lingkungan yang ditunjukkan dengan efisiensi penggunaan sumber daya alam.

Pemerintahan di bawah presiden terpilih Joko ”Jokowi” Widodo secara khusus diingatkan agar serius dan konsisten menjalankan prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut. ”Selama ini, keberhasilan pembangunan selalu dinilai dari berapa persen pertumbuhan, tidak memasukkan ongkos lingkungan,” kata akademisi, aktivis konservasi sumber daya alam, peneliti pada Departemen Biologi Universitas Indonesia yang juga Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim UI Jatna Supriatna, di Jakarta, Kamis (4/9).

Dalam pembangunan berkelanjutan, kata dia, tujuan pembangunan bukan semata ekonomi, melainkan juga turut mempertahankan daya dukung lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tanpa itu, keberhasilan pembangunan sebenarnya adalah semu. Hanya sementara karena mengambil hak masa depan generasi berikutnya.

Dodo Sambodo, Asisten Deputi Kementerian Lingkungan Hidup (LH) Bidang Pengaduan dan Pelaksanaan Sanksi Administrasi, mengatakan, persoalan lingkungan hidup belum jadi prioritas pembangunan. Meskipun Indonesia telah meratifikasi beberapa kebijakan global, kebijakan sektor lain sering menabrak lingkungan tanpa kajian mendalam.

Ironisnya, aktivitas itu terus berjalan dan berdampak merusak lingkungan hidup sehingga rakyat menjadi korban.

Soal kebijakan
Sebelumnya, wakil presiden terpilih Jusuf Kalla mengatakan, pembangunan berkelanjutan tergantung kebijakan umum. Satu kebijakan diperbaiki, maka memengaruhi keberlanjutan.

Ia mencontohkan kebijakan penerapan bauran energi nasional. Persoalan energi vital karena terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi. ”Angka kemiskinan dan pengangguran stagnan karena pertumbuhan ekonomi tak sampai 7 persen,” kata dia.

Untuk itu, kata Kalla, tahun pertama pemerintahan baru nanti akan ditargetkan pembangunan pembangkit listrik 25.000 megawatt. Target 10.000 MW yang pernah dicanangkan saat ia masih wakil presiden di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahap pertama sudah tidak mencukupi.

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, jika pertumbuhan ekonomi ditargetkan 7 persen dan rasio elektrifikasi naik dari 80 persen menjadi 100 persen, maka harus ditopang pertumbuhan pasokan listrik 9 persen-10 persen per tahunnya.

Persoalannya, sumber energi pembangkit jenis apa yang hendak digunakan. Penggunaan batubara yang lambat laun merusak daya dukung lingkungan, sebagaimana banyak disorot aktivis lingkungan, perlu dikurangi.
Kelembagaan lingkungan

Belajar dari pemerintahan saat ini, ketika kementerian lingkungan sebatas pelengkap, Direktur Eksekutif Nasional Walhi Abetnego Tarigan mengatakan, Kementerian LH hendaknya jadi kementerian koordinator ”membawahkan” Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Pertanian. ”Selama ini, kementerian-kementerian itu di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian sehingga titik beratnya kepentingan ekonomi dan aspek lingkungan ditiadakan,” ujarnya.

Menanggapi isu penghapusan Kementerian LH menyusul rencana perampingan kabinet, mantan Menteri LH Rachmat Witoelar mengatakan, ”Itu sama dengan bunuh diri nasional.” Adapun mantan Menteri LH sebelumnya, Nabiel Makarim, mendorong KLH diberi tambahan wewenang pengawasan/perlindungan hutan konservasi yang dipegang Kemhut. Termasuk di dalamnya soal tata ruang. (ISW/MH/ICH/DMU)

Sumber: Kompas, 5 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB