Pendidikan tinggi kesulitan mendisrupsi untuk menjawab tantangan masa depan setelah wabah ”coronavirus disease 2019” akibat virus korona jenis baru.
Pendidikan tinggi kesulitan mendisrupsi untuk menjawab tantangan masa depan setelah wabah coronavirus disease 2019 (Covid-19) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Kampus jangan terpaku dengan penelitian dan publikasi hasil riset, tetapi mengabaikan kebutuhan masyarakat.
Demikian diutarakan oleh Guru Besar Ekonomi Manajemen Universitas Indonesia Rhenald Kasali dalam seminar dalam jaringan bertema ”Airlangga sebagai SMART University 2020-2025”, Rabu (17/6/2020). Simposium yang disiarkan melalui jejaring media sosial itu juga menghadirkan Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Mohammad Bakir sebagai narasumber.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO—Tangkapan layar materi yang disampaikan Rhenald Kasali, Guru Besar Universitas Indonesia, saat seminar dalam jaringan bertema ”Airlangga sebagai SMART University 2020-2025”, Rabu (17/6/2020).
Rhenald mengatakan, kampus-kampus seperti perusahaan yang mati karena kurang bernas berinovasi. Universitas seolah tetap menjadi menara gading yang angkuh dan sulit tersentuh. Kampus mengembangkan riset dan publikasi dengan ambisi menghasilkan lulusan dengan predikat akademik tinggi.
Padahal, dalam kenyataan, sudah banyak perusahaan yang tak lagi mempertimbangkan gelar akademik seseorang dalam menjaring pegawai atau karyawan, tetapi keterampilan dan personal.
”Mahasiswa datang ke kampus untuk pengetahuan dan keterampilan yang aplikatif dan relevan bagi kehidupan, mendapatkan pekerjaan setelah lulus, dan meningkatkan pekerjaan,” kata Rhenald, pendiri Rumah Perubahan dan penulis banyak buku bermutu tentang manajemen.
Mahasiswa ingin mendapatkan pilihan dan suara, tetapi lembaga pendidikan tinggi menghadang. Pilihan dalam rupa program studi yang relevan dengan kehidupan masa depan ternyata terbatas sekaligus memperlihatkan bahwa suara atau kebutuhan mahasiswa kurang didengar.
Rhenald mengatakan, dalam konteks saat ini di mana dunia dihantam pandemi Covid-19, seluruh sendi kehidupan berubah. Ada normal baru yang menuntut manusia menerapkan norma, model, tata cara, pengaturan yang luar biasa termasuk dalam pendidikan. Pandemi merupakan peristiwa besar di mana selalu ada pihak yang menang dan kalah diikuti perubahan mendasar kehidupan sosial dan perkembangan teknologi.
Masa kini dan mendatang, menurut Rhenald, dunia membutuhkan manusia yang terampil dalam berpikir, personal, digital, dan profesional. Selain itu, memiliki kecerdasan dalam berteknologi dengan terus berinovasi, sosial emosional atau mampu hidup dengan baik dalam bermasyarakat. Yang dibutuhkan juga kontekstual atau mampu memahami konteks yang lebih luas, moral atau bekerja dengan nilai dan norma, generatif atau kemampuan menangkap kesempatan dalam kesempitan, dan eksplorasi atau berkembang.
”Keterampilan dan kecerdasan itu, menurut saya, dibutuhkan di masa depan, dan alangkah indahnya jika kampus mampu memberikannya,” kata Rhenald.
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO—Tangkapan layar pada Youtube memperlihatkan Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih dalam seminar dalam jaringan bertema ”Airlangga sebagai SMART University 2020-2025”, Rabu (17/6/2020).
Adapun Nasih mengatakan, Unair memiliki potensi yang luar biasa besar untuk menjadi kampus yang SMART melalui dosen, mahasiswa, dan jejaring alumni. SMART diterjemahkan menjadi smart education atau pendidikan cerdas berkelanjutan bagi generasi ke generasi dengan pemanfaatan teknologi secara optimal.
Selanjutnya, meaningfull research and community services atau penelitian terfokus untuk memberi makna, manfaat, dan kualitas hidup masyarakat. Kemudian ialah acceleration innovation and enterprising atau menindaklanjuti hasil-hasil riset untuk kepentingan lebih besar, yakni masyarakat bukan sekadar teknologi, tetapi juga inovasi sosial.
Berikutnya, responsive and lean management serta top up tangible and intangible resource utilization atau sivitas didorong lebih produktif dalam berkarya yang memberi makna dan manfaat bagi masyarakat. Aset-aset dirancang ulang dan dikelola dengan pemanfaatan teknologi sehingga memberikan manfaat maksimal bagi kehidupan ilmiah di kampus.
”Kami mendorong pemanfaatan teknologi dalam segala kehidupan kampus untuk memberi dampak yang signifikan. Dalam situasi wabah saat ini, kampus tertantang untuk pemanfaatan teknologi guna mencegah dan mempercepat penanganan Covid-19,” kata Nasih.
Bakir mengingatkan, Unair punya sejumlah keunggulan sebagai modal menjadi kampus ternama dunia. Hal itu, antara lain, keberadaan Pusat Kesehatan Tropis serta para pakar dan periset yang sudah cukup banyak mendapat pengakuan dunia. Unair harus terus menjadi semacam inkubator bagi kemunculan para ahli yang mendunia yang dapat mengatasi berbagai masalah kehidupan di masa depan.
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA—Kompleks kampus C Universitas Airlangga Surabaya yang berada di Jalan Ir Soekarno (MERR), juga hijau karena sepanjang jalan 10 kilometer itu hampir tidak ada areal yang kosong dari taman.
”Seperti kami, di media massa koran, tidak bisa lagi mengandalkan yesterday news, tetapi berubah dalam banyak hal, yakni memperluas platform ke digital, mengubah cara penyajian, cara kerja, dan pola perekrutan,” kata Bakir.
Perubahan yang tidak terelakkan dan ditempuh Kompas, misalnya, dalam cara kerja jurnalistik yang presisi, berbasis data, dan tetap independen. Dalam merekrut calon jurnalis bukan mencari yang pintar, tetapi mengutamakan kejujuran, watak baik, dan kemauan berkembang.
Oleh AMBROSIUS HARTO
Editor: AGNES SWETTA PANDIA
Sumber: Kompas, 17 Juni 2020