”Infodemics” juga tak hanya terjadi di Indonesia. Di dunia internasional pun merebak. Berbagai informasi mengenai wabah Covid-19 beredar di antara warganet dengan semangat untuk memberdayakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/PRIYOMBODO–Siswa tingkat sekolah dasar diperiksa suhu tubuhnya sebelum memasuki lingkungan sekolah di Jakarta Nanyang School (JNY), BSD City, Tangerang, Banten, Rabu (4/3/2020). Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan kepada seluruh siswa, guru, dan tamu. Bagi siswa yang suhu tubuhnya di atas 37 derajat celsius akan dipulangkan. Pemeriksaan suhu tubuh ini sebagai upaya antisipasi pihak sekolah terhadap virus korona tipe baru.
Seiring meluasnya penularan wabah virus korona tipe baru atau Covid-19, kekhawatiran masyarakat pun semakin menjadi. Berbagai informasi mengenai wabah ini pun beredar di antara warganet dengan semangat untuk memberdayakan. Information is power, katanya. Namun, meski sering dilandasi dengan niat baik, sering informasi yang dikirimkan adalah hoaks dan kabar bohong.
Terakhir, ada kabar tentang enam kota di Indonesia yang ”dikabarkan” telah disebut Kementerian Kesehatan mendapat status zona kuning virus korona. Antara lain disebut bahwa sejumlah kota besar seperti Medan, Batam, Jakarta, hingga Manado telah dikategorikan sebagai zona kuning virus korona.
Kementerian Kesehatan pun sudah membantah kebenaran kabar tersebut. ”Kemenkes tidak pernah mengeluarkan pernyataan tentang ’6 kota zona kuning korona’,” melalui akun Twitter resminya, @KemenkesRI.
”Infodemics”
Fenomena beredarnya berbagai informasi dengan beragam kualitas itu disebut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai infodemics; sebuah tsunami informasi—baik yang akurat maupun yang hoaks—yang membuat masyarakat menjadi kesusahan untuk menemukan sumber panduan yang dapat dipercaya ketika dibutuhkan.
Direktur Eksekutif Program Kesehatan Darurat WHO Michael J Ryan, dalam konferensi pers awal Februari 2020, mengakui bahwa WHO perlu mencari strategi untuk dapat melawan berbagai kabar bohong yang dapat membuat kepanikan dan ketakutan di tengah masyarakat.
–Tampilan laman depan situs EPI-WINn WHO, Kamis (5/3/2020). Sejumlah panduan pencegahan penyebaran Covid-19 ditampilkan dalam situs ini.
Untuk itu, pada 22 Januari 2020, WHO mulai membangun WHO Information Network for Epidemics (EPI-WIN) untuk menanggulangi wabah informasi keruh yang tak terbendung ini.
Direktur Manajemen Bahaya Menular WHO Sylvie Briand mengatakan, setiap wabah global semacam ini akan selalu disertai dengan sebuah gelombang informasi yang kepercayaannya susah dipegang. Terlebih lagi, kini, upaya penanggulangannya menjadi semakin sulit dengan adanya media sosial.
”Dengan media sosial, fenomena ini teramplifikasi dengan lebih cepat dan lebih luas,” kata Sylvie dalam wawancara dengan The Lancet, jurnal kesehatan medis ternama pada Sabtu pekan lalu.
Dalam situs yang beralamat di http://epi-win.com, WHO membagikan informasi dan anjuran yang disesuaikan dengan berbagai kasus agar penanganan Covid-19 menjadi lebih efektif.
Infodemics juga tidak hanya terjadi di Indonesia. Di dunia internasional pun merebak. Banyak beredar berbagai pernyataan yang mengklaim bahwa dengan memakan bawang putih hingga mengoleskan minyak wijen di bawah hidung dapat menangkal penularan Covid-19. Di Amerika Serikat pun beredar kabar bahwa menelan cairan bleach dapat melawan infeksi korona dalam tubuh.
Bahkan, sejumlah teori konspirasi pun muncul menyertai wabah virus korona ini. Seorang senator Republikan AS, Tom Cotton, memunculkan teori bahwa virus ini berasal dari program pengembangan senjata biologis milik Pemerintah China.
Hal ini langsung dibantah oleh Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai. ”Hoaks dapat memicu kepanikan dan parahnya juga tindak kekerasan rasial dan xenofobia,” kata Cui.
Seorang pakar ilmu politik MIT dengan latar belakang teknik kimia, Vipin Narang, mengatakan kepada CNN bahwa karakter penyebaran virus korona sulit disimpulkan sebagai tindakan yang sengaja.
Ketidakseimbangan informasi publik
Pakar komunikasi dan budaya digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, mengatakan, kemunculan infodemics ini bermula pada suatu kondisi yang lazim disebut sebagai unbalanced public information atau ketidakseimbangan informasi pada publik.
Hal ini mengacu pada suatu keadaan di mana kecukupan informasi yang dibutuhkan personal ataupun publik berada dalam keadaan tidak cukup.
”Selama belum terjadi keseimbangan, upaya pencarian informasi akan terus dilakukan karena yang mengalami ketakseimbangan informasi ini merasa tidak tenang,” kata Firman saat dihubungi Kompas, Selasa (3/3/2020), dari Jakarta.
Inilah yang dipercaya mendasari beredarnya informasi secara masif mengenai Covid-19 di lanskap dunia digital masyarakat Indonesia saat ini. Indonesia yang baru dua hari mengonfirmasi kasus positif tentu sedang mengalami ketidakseimbangan informasi yang tinggi.
Untuk melawan ketidakseimbangan informasi ini, menurut Firman, perlu ada gerakan masyarakat yang memiliki pemahaman yang memadai mengenai pencegahan dan penanganan Covid-19. ”Selain memiliki pemahaman yang cukup, mereka juga diharapkan dapat menjelaskan secara proporsional dan jelas, punya followers yang banyak,” kata Firman.
Apabila tidak seluruh modal dimiliki langsung oleh satu orang, para penggerak dapat mengakumulasi informasi yang mereka miliki, dan kemudian diteruskan kepada publik secara teratur.
”Akumulasi informasi yang tepat itulah yang dapat digunakan untuk mencegah social panic dan meretas ketakseimbangan informasi yang juga diderita masyarakat di tengah ancaman tertular Covid-19,” kata Firman.
Kawal COVID19
Hal semacam inilah yang tampaknya sedang dilakukan oleh para aktivis yang bergabung dalam platform Kawal COVID19 yang dapat diakses melalui situs http://kawacovid19.id dan akun media sosial KawalCOVID19 di Facebook dan Twitter.
Kawal COVID19, yang dibentuk pada Minggu (1/3/2020), merupakan inisiatif dari sejumlah penggerak platform pengawal pemilu, Kawal Pemilu. Mereka antara lain adalah Ainun Najib dan Elina Ciptadi.
Kawal Pemilu untuk diketahui adalah platform hasil kerja sama antarwarga Indonesia yang bergerak di bidang teknologi informasi untuk membuat situs rekapitulasi suara dari tempat pemungutan suara (TPS) secara crowdsourcing.
Kini, para pegiat teknologi informasi tersebut berinisiatif kembali untuk membuat pusat informasi penyebaran Covid-19 di Indonesia.
–Laman depan situs KawalCovid19.id
Melalui keterangan tertulis, Elina mengatakan, melalui kanal-kanal tersebut KawalCOVID19 akan melakukan kurasi dan analisis atas informasi yang beredar atau biasa disebut sebagai news explainer (newsplainer).
Kedua, KawalCOVID19 juga akan melakukan verifikasi terhadap informasi yang beredar di masyarakat sekaligus memberikan penjelasan yang lugas. Untuk fungsi verifikasi, KawalCOVID19 akan bekerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah dan Hoax Indonesia (Mafindo).
Terakhir, edukasi juga akan dilakukan oleh KawalCOVID19. Melalui situs dan akun media sosial, gerakan ini juga akan menyampaikan sejumlah tips kesehatan lain yang mudah diaplikasikan oleh setiap orang dan kelompok masyarakat.
–Lokasi rumah sakit rujukan berbasis GPS menjadi salah satu fitur dalam situs KawalCOVID19.id.
Elina mengatakan, tim sukarelawan KawalCOVID19.id terdiri dari warganet Indonesia yang sebagian berlatar belakang medis, edukasi, sains, riset, teknologi, dan komunikasi massa.
Salah satunya adalah Dewindra Widiamurti, seorang dokter Indonesia yang bekerja sebagai penasehat kesehatan Palang Merah Internasional untuk daerah Pasifik.
Selain itu, nama Septian Hartono juga disebut. Septian adalah seorang profesional Indonesia yang menjadi asisten profesor dan peneliti di salah satu rumah sakit umum di Singapura. Septian mengatakan, ia akan mengaplikasikan tracking/pelacakan perkembangan kasus di Indonesia. Selama ini ia sudah melakukannya di Singapura.
Menurut dia, saat ini proses perekaman dan tracking atau pelacakan kasus belum dilakukan dengan baik di Indonesia. Ia mencontohkan, Kementerian Kesehatan Singapura menciptakan dasbor digital yang berisi dengan rekaman kronologi setiap pasien positif Covid-19 ataupun pasien dalam pengawasan.
”Perlu platform yang lebih rapi untuk memetakan semua kasus ini. Dengan demikian, masyarakat juga paham dari mana setiap pasien berpotensi tertular virus. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan,” kata Septian.
Kementerian Kesehatan juga telah menyiapkan portal informasi khusus mengenai penyakit infeksi emerging; atau wabah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya, Covid-19 menjadi contoh terbaru. Situs ini dapat diakses melalui http://infeksiemerging.kemkes.go.id/.
Selain laporan situasi terkini hari per hari, situs ini juga menyediakan artikel tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit yang sedang mewabah ini.
Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Editor KHAERUDIN KHAERUDIN
Sumber: Kompas, 5 Maret 2020