Akreditasi Internasional Prodi

- Editor

Kamis, 22 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Hingga saat ini ada 396 program studi dari semua perguruan tinggi di Indonesia yang terekognisi secara internasional. Perinciannya, akreditasi internasional (61 persen) dan penilaian (asessment) ASEAN University Netwok-Ouality Assurance atau AUN-QA (39 persen). Akreditasi internasional dilakukan lembaga akreditasi dari negara lain atas permintaan perguruan tinggi/program studi untuk melakukan kaji ulang dan evaluasi terhadap kriteria/standar mutu program studi pengundang.

Penilaian AUN-QAmerupakan kaji ulang dan evaluasi program studi (prodi) berdasarkan model penjaminan mutu yang dikembangkan AUN-QA. AUN-QAadalah salah satu program dalam payung ASEAN University Network (AUN) yang mempromosikan penjaminan mutu pendidikan tinggi di kawasan ASEAN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Banyak lembaga akreditasi internasional beroperasi saat ini dengan model, sistem, dan mekanisme akreditasi beragam. Lembaga yang baik umumnya menggunakan model akreditasi berbasis outcomes (capaian lulusan). Akreditasi berbasis ini merupakan akreditasi dengan menggunakan standar capaian lulusan yang ditetapkan lembaga akreditasi. Proses akreditasi dilakukan dengan mengevaluasi tingkat ketercapaian outcormes prodi dan mengevaluasi berbagai kriteria mutu yang dapat mendukung ketercapaian outcomes.

Oleh karena itu, hasil evaluasi akreditasi internasional umumnya ada dua kategori: terakreditasi atau tak terakreditasi. Status terakreditasi diberikan kepada prodi yang memenuhi kriteria mutu yang memungkinkan outcomes dapat dicapai, sebaliknya status tak terakreditasi untuk prodi di mana beberapa kriteria mutu tak tercapai sehingga berdampak pada ketidaktercapaian outcomes. Konsekuensinya, jika ada dua prodi yang sama dan terakreditasi oleh lembaga akreditasi yang sama, outcomes kedua prodi itu adalah setara.

Secara prinsip, ada persamaan dan perbedaan antara akreditasi internasional dan penilaian AUN-QA. AUN-QAmenggunakan outcomes sebagai rujukan evaluasi, tetapi standar rumusan outcomes-nya ditentukan setiap prodi. AUN-QAtidak menetapkan standar rumusan outcomes untuk setiap prodi, tetapi hanya memberikan kriteria bagaimana seharusnya outcomes dirumuskan. Sebaliknya, pada akreditasi internasional, rumusan outcomes ditentukan lembaga akreditasi.

AUN-QA lebih fokus pada implementasi penjaminan mutu prodi. Saat penilaian, akan dievaluasi apakah implementasi penjaminan mutu prodi memungkinkan kriteria yang ditetapkan dapat dicapai. Prodi akan tersertifikasi AUN-QA jika mencapai rating sedikitnya pada tingkat adeguate as expected. Rating lebih tinggi adalah: better than adeguate, example of best practices, dan excellent. Karena rumusan outcomes ditetapkan prodi, maka jika ada dua prodi yang sama dan tersertifikasi AUN-QA, kedua prodi belum tentu memiliki outcomes setara.

Akreditasi internasional menekankan pada standardisasi kemampuan lulusan melalui evaluasi ketercapaian outcomes prodi. Outcomes ditetapkan oleh lembaga akreditasi yang umumnya didukung berbagai asosiasi profesi, asosiasi teknik/saintifik, asosiasi industri, dan lainnya. Jadi, akreditasi internasional dapat menjembatani kriteria kemampuan lulusan yang dihasilkan dan kemampuan lulusan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Oleh karena itu, tak heran jika beberapa lembaga akreditasi internasional hanya mengakreditasi prodi yang kemampuan lulusannya dapat distandarkan secara universal, seperti di bidang rekayasa, teknik, komputer, teknologi, sains, kesehatan, bisnis, ekonomi, manajemen, seni, dan desain. Jarang ditemukan lembaga akreditasi internasional yang dapat mengakreditasi prodi di bidang yang unik dan khas karena outcomes-nya tak mungkin distandarkan secara internasional.

Akreditasi dan SDM unggul
Berapa biaya akreditasi internasional? Setiap lembaga akreditasi punya standar biaya berbeda. Di internasional Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) AS, untuk ajuan dua prodi rata-rata Rp 350 juta/prodi. Biaya ini termasuk biaya transpor untuk mendatangkan asesor dan akomodasinya selama di Indonesia. Jika terakreditasi, prodi itu perlu bayar maintenance fee Rp 20 juta/tahun/prodi. Beberapa prodi menganggap itu tak terlalu mahal dibandingkan manfaatnya, beberapa prodi lain menganggap mahal dari sudut yang berbeda.

Yang jelas, biaya mempersiapkan prodi agar memenuhi kriteria yang ditetapkan biasanya jauh lebih besar dari biaya akreditasi. Biaya terbesar umumnya untuk meningkatkan mutu dan ketercukupan sarana prasarana laboratorium serta tingkat keamanan dan keselamatannya. Mengingat jumlah prodi sangat banyak, butuh anggaran sangat besar pula jika mereka dituntut untuk terakreditasi internasional. Efeknya, pasar akreditasi internasional di Indonesia jadi sangat besar.

Ada tiga dimensi yang berhubungan dengan akreditasi internasional: standardisasi outcomes yang berhubungan dengan keunggulan proses pembelajaran: sistem dan mekanisme penjaminan mutu prodi dan rekognisi internasional yang dapat digunakan untuk branding prodi. Di era globalisasi, standardisasi outcomes (kemampuan lulusan) jadi penting agar lulusan dapat bersaing dengan lulusan prodi sejenis dari negara lain, baik untuk pekerjaan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sistem dan mekanisme penjaminan mutu yang digunakan sebagai acuan dalam akreditasi internasional juga penting karena jika sistem dan mekanisme itu dapat diadopsi dan diimplementasikan dengan baik, mutu prodi dapat ditingkatkan secara berkelanjutan. Branding juga penting, terutama untuk menarik minat calon mahasiswa baru.

Dari 3.762 prodi di seluruh Indonesia yang terakreditasi nasional (BAN-PT) dengan peringkat A, hanya sekitar 10,5 persen terekognisi internasional. Apakah akreditasi internasional atau sertifikasi AUN-QA masih diperlukan? Jawabannya berpulang kepada perguruan tinggi. Apakah akreditasi itu sejalan dengan visi-misi dan tujuan perguruan tinggi? Apakah prodi itu perlu pengakuan akan standar outcomes-nya, apakah prodi itu masih perlu branding untuk menarik minat calon mahasiswa baru, atau prodi itu hanya perlu verifikasi bahwa penjaminan mutunya telah berjalan dengan baik? Pilihan-pilihan ini perlu dipertimbangkan dengan matang dan bijaksana.

Apa pun pilihannya, outcomes based education adalah suatu keniscayaan agar prodi dapat menghasilkan lulusan yang dapat berkompetisi secara global dan prodi dapat membangun sistem penjaminan mutu yang terstruktur dan terukur. Di atas semua itu, tentunya keberadaan prodi harus dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, bangsa, dan negara, khususnya dalam rangka menyediakan sumber daya manusia unggul dan bermutu.

Pepen Arifin, Ketua Satuan Penjaminan Mutu ITB

Sumber Kompas, 22 Agustus 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Menyusuri Jejak Kampus UGM Tjabang Magelang
67 Gelar Sarjana Berbagai Jurusan Kuliah di Indonesia, Titel Punya Kamu Ada?
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB