Pemuda Bagian dari Solusi

- Editor

Rabu, 7 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pertemuan Asian Students Environment Platform ke-9 diakhiri dengan presentasi peserta tentang usulan untuk mengatasi persoalan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Forum menggarisbawahi pentingnya partisipasi generasi muda dalam mengatasi persoalan ini, selain juga tuntutan kolaborasi antar negara.

–Peserta Asian Students Environment Platform (ASEP) mempresentasikan usulan mereka terkait persoalan lingkungan dan perdamaian, di Seam Reap, Kamboja, Selasa (6/8). Keterlibatan pemuda dinilai sangat penting dalam mengatasi persoalan lingkungan. Kompas/Ahmad Arif

Tim terdiri dari gabungan berbagai negara berkolaborasi menyampaikan berbagai persoalan. Beberapa isu yang diangkat di antaranya deforestasi, pencemaran udara dan laut, dampak pembangunan infrastruktur seperti bendungan, penangkapan ikan berlebih, hingga pengembangan bisnis berbasis masyarakat. Sebagian tim juga memaparkan pentingnya mengubah gaya hidup, terutama kalangan generasi muda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Di sini saya merasakan semangat yang sama bahwa lingkungan memburuk, dan kita bisa berkontribusi memperlambat kerusakan” kata Zhong Yuyang, mahasiswa dari Tsinghua University, China, setelah presentasi, di Seam Reap, Kamboja, Selasa (6/8). Acara ini telah dilakukan sejak tanggal 1 Agustus lalu.

Yuyang mengatakan, sebagai mahasiswa di bidang desain, mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan desain-desain produk yang ramah lingkungan. “Tanpa mengubah gaya hidup kita yang konsumtif, kita tidak akan bisa menyelamatkan lingkungan. Itu harus dimulai dari diri sendiri,” katanya.

Tanpa mengubah gaya hidup kita yang konsumtif, kita tidak akan bisa menyelamatkan lingkungan. Itu harus dimulai dari diri sendiri.

Bonivasius Pradipta Retmana, mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Indonesia mengatakan, pertemuan itu membuatnya lebih memahami persoalan lingkungan dan sosial yang dihadapi negara-negara tetangga dan pentingnya kolaborasi.

“Sebelum saya datang ke sini, keluarga saya takut dengan kondisi keamanan. Tetapi ternyata Kamboja sudah aman dan mereka sedang membangun, masalahnya sekarang justru setelah damai lingkungan mereka jadi rusak seperti juga pernah terjadi di Indonesia,” ujarnya.

Tuan rumah
Pertemuan Asian Students Environment Platform (ASEP) merupakan forum tahunan. Kalk ini diikuti 80 mahasiswa dari sepuluh negara, yaitu tuan rumah Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Thailand, Vietnam, Malaysia, Korea Selatan, Myanmar, dan Filipina. Dari Indonesia diwakili delapan mahasiswa Universitas Indonesia.

Tetsuyuki Nakagawa, perwakilan dari AEON Environmental Foundation, yang mengisiasi acara ini mengatakan, “Kita tidak bisa membangun perdamaian yang berkelanjutan fanpa lingkungan dan ekonomi yang stabil. Kami harap forum ini bisa meningkatkan penahaman dan kesadaran generasi muda di Asia untuk tentang masalah bersama yang dihadapi.”

Di akhir forum, Indonesia diumumkan menjadi tuan rumah bagi pertemuan berikutnya. Muhamad Asvial, dosen pendamping mahasiswa dari Universitas Indonesia mengatakan, pertemuan ASEP ke depan di Indonesia diusulkan mengangkat tema pembangunan infrastruktur ramah lingkungan. “Untuk penanaman pohon kami usulkan di kawasan terdampak gempa di Lombok. Tetapi, usulan ini masih akan didiskusikan lebih lanjut,” ungkapnya.

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 7 Agustus 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB