DI BEBERAPA laboratorium kesehatan terdapat perhatian yang semakin meningkat terhadap pengaruh latihan olah raga, serta kaitanya dengan produksi jenis opium alam dalam tubuh, yaitu endorphin dan enkephalin. Zat-zat ini (yang secara kimiawi serupa dengan hasil pamurnian candu morphine) dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar Hypothalmus sebagai tanggapan rangsangan rasa sakit, misalnya akibat cedera. Fungsinya ialah menyangga tubuh terhadap rasa sakit yang berlebihan.
Penelitian terhadap pelari marathon dan atlit-atlit yang berlatih teratur, menunjukkan dilepaskannya
beta-endorphin dan meta enkephalin, secara besar-besaran ke dalam aliran darah, baik selama latihan menjelang perlombaan maupun pada saat perlombaan.
Pemompaan besar-besaran opium alamiah ke dalam tubuh menyebabkan terjadinya rasa ’melayang’ bagi atlit terlatih pada saat perlombaan maupun setelah perlombaan. Ini juga menyingkapkan hal baru mengapa para pelari pagi yang teratur tidak enak badan jika latihan rutinnya terhalangi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nampaknya, selain menyangga tubuh terhadap ketegangan akibat latihan, enkephalin (dan mungkin juga endorphin) bisa jadi memiliki efek samping pada bagian lain sistem fisiologis tubuh. Sebagai, contoh, zat tersebut .empengaruhi penurunan dua jenis hormon reproduksi yang dihasilkan kelenjar pitutary, yaitu hormon Luteinizing(LH) dan hormon perangsang Follikel (FSH) yang sangat berperan dalam menentukan saat siklus menstruasi kaum perempuan.
Pengaruh ini barangkali disebabkan opium membendung produksi hormon pelepas LH di kelenjar Hypothalmus, sehingga mencegah produksi LH di kelenjar pitutary yang berdekatan kedua kelenjar terseibut berada di otak. Morphin-pun memiliki pengaruh tersebut di atas.
Kaitan nyata antara olahraga, opium, dan menurunnya kegiatan reproduksi dalam tubuh dibuktikan dengan banyaknya atlit putri kelas puncak memiliki periode menstruasi yang tidak teratur, bahkan ada yang tidak mengalami menstruasi sama sekali, dan sejumlah gadis yang berkarir semenjak usia muda mengalami penundaan menstruasi pertamanya.
Pengamatan terahadap perempuan yang menjalani latihan olahraga berat menunjukkan adanya kaitan erat antara ketidak teraturan menstruasi dengan kadar endorphine yang tinggi dalam darah. Ketika 13 orang gadis menjalani latihan berat dengan mengayuh sepeda diam, semuanya mengalami gangguan menstruasi. Pengaruh yang timbul antara lain pollymenorrhoea (siklus menstruasi yang pendek) dan oligomenorrhoea (singkatnya masa menstruasi). Kadar plasma endorphine dan enkephaline dalam darah mereka meningkat. Dihentikannya porsi latihan berat membuahkan kembalinya kadar hormon pada tingkat normal dan perbaikan perioda menstruasi menjadi normal.
Hasil ini memberikan sejumlah petunjuk baru atas kaitan antara ketidak-suburan dan tekanan psikologis, karena nampaknya pelepasan opium alamiah tubuh merupakan tanggapan tubuh yang normal menghadapi stress jenis apapun. Hal ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan. Sebagai contoh, kandungan sperma yang diambil dari sampel (yang sebagian besar mahasiswa) cenderung turun ketika saat ujian tiba. (science/wbh)
Sumber: Harian Masa Kini, 2 Oktober 1988