Biro Jasa Skripsi, Tesis, dan Disertasi Berakar dari Mentalitas Instan
Seiring maraknya kasus penjiplakan karya ilmiah di perguruan tinggi, praktik joki skripsi, tesis, dan disertasi juga terus berkembang. Dalam era digital, penyedia jasa pembuatan karya tulis untuk meraih gelar sarjana, master, dan doktor semakin berani berpromosi.
Para pelaku secara terang-terangan menawarkan jasa melalui internet. Berdasarkan hasil penelusuran Kompas, tersedia beragam jasa pembuatan tugas akhir, seperti skripsi untuk jenjang S-1, tesis untuk jenjang S-2, dan disertasi untuk jenjang S-3, secara daring. Ada yang menawarkan di laman tersendiri, ada pula lewat toko komersial daring yang sudah dikenal masyarakat secara luas.
Tarifnya bervariasi. Untuk skripsi, misalnya, berkisar Rp 3,5 juta-Rp 6 juta. Untuk tesis dipatok Rp 5,5 juta-Rp 8,5 juta. Adapun untuk disertasi Rp 20 juta-Rp 35 juta. Juga tersedia layanan jasa pembuatan karya tulis untuk jurnal ilmiah dengan tarif Rp 300.000-Rp 500.000.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Us (56), misalnya, beberapa tahun terakhir mempromosikan jasanya lewat situs web. Pada laman situs web tertera Karya Data sebagai nama usaha tersebut. Mengaku sebagai mantan dosen, Us mengelola, usaha itu dengan menawarkan jasa bantuan tugas akhir perguruan tinggi.
Pria berperawakan sedang ini menjalankan usaha dibantu seorang karyawan, di kawasan Matraman, Jakarta Timur. Ruang kerjanya berada di lantai dua rumahnya di permukiman padat penduduk. Ada dua papan besar pada dinding ruang kerjanya yang berisi jadwal pengerjaan tugas akhir para kliennya.
Karya Data melayani permohonan bantuan penulisan karya ilmiah dari bab pendahuluan hingga bab kesimpulan, termasuk daftar pustaka. “Kami siap membantu klien dari awal penentuan judul, pengolahan data, sampai lulus sidang,” kata Us, Jumat (6/10).
Layaknya usaha bimbingan belajar, penyedia jasa bahkan sampai mengajari cara menjawab pertanyaan penguji dalam sidang.
Promosi jasa secara daring terbilang manjur. Kliennya tak hanya datang dari kalangan mahasiswa di Pulau Jawa. Ada juga beberapa di antaranya dari Bali dan Kalimantan.
Konsultasi atau bimbingan pun mayoritas dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring). Pemohon dan pembimbing dapat saling berkirim surat elektronik atau pesan teks. Kalaupun harus bertemu, perjumpaan diadakan di rumah Us. “Saya bisa mewakili pembimbing untuk berkonsultasi,” ujarnya.
Id.Tesis juga menjalankan sistem konsultasi daring. Kantornya kini berada di Surabaya, Jawa Timur. Awalnya, Id.Tesis berbasis di Yogyakarta mulai tahun 2006. “Kami sangat jarang konsultasi tatap muka. Klien kami ada yang berasal dari Sorong, Papua Barat,” ucap Wit, salah satu konsultan di lembaga ini.
Cara serupa ditempuh MR Research yang berbasis di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Memanfaatkan media sosial Instagram, pengelola mempromosikan jasa bantuan pembuatan karya ilmiah. Namun, untuk bimbingan, pengelola MR Research mengharuskan kliennya bertemu langsung.
Saat ditemui Jumat petang, R (30), pengelola lembaga ini, menjelaskan, pihaknya bersama sembilan anggota staf yang sebagian berkualifikasi magister siap membantu topik terkait ilmu sosial, kependidikan, dan kedokteran. “Di saat bersamaan bisa ada 40 skripsi yang dikerjakan,” kata R.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Banyaknya mahasiswa yang kesulitan membuat skripsi ataupun tesis memunculkan usaha jasa konsultasi pembuatan skripsi dan tesis, seperti yang ditemui di Jalan Waru, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (6/10). Jasa pembuatan skripsi dengan label bimbingan atau olah data saat ini juga banyak ditemui di dunia maya.
AZ (31), pria yang pernah kuliah di jurusan ilmu politik di salah satu universitas di Yogyakarta, menuturkan, skripsi sarjananya tidak ia kerjakan sendiri, tetapi atas bantuan biro jasa.
AZ mendapat informasi seputar jasa pembuatan skripsi dari temannya yang sudah lulus terlebih dahulu. “Ya, agak ngumpet-ngumpet karena penyedia jasa juga takut ketahuan,” ujarnya.
AZ mengaku terpaksa menempuh jalur ilegal tersebut sebab sudah dikejar batas waktu kuliah. Masa kuliahnya yang sudah mencapai batas maksimal tujuh tahun membuatnya harus mencari jalan pintas untuk menyelesaikan skripsinya.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Intan Ahmad mengatakan, tawaran jasa pembuatan karya ilmiah untuk lulus dari perguruan tinggi ada di dalam dan luar negeri. “Tetapi, jika integritas akademik mahasiswa dan dosen baik, tawaran itu tidak laku. Ini tantangan untuk membuat kuliah di perguruan tinggi bukan cuma mengejar hardskills (kecakapan teknis),melainkan juga softskills (kecakapan sosial),” kata Intan.
Menurut Intan, kuncinya kembali pada dosen pembimbing. Mereka harus memeriksa apakah karya ilmiah itu benar karya mahasiswanya.
Mentalitas instan
Guru Besar Sosiologi Pendidikan yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret, Solo, Ravik Karsidi mengatakan, pemanfaatkan jasa pembuatan tugas akhir mahasiswa untuk lulus bisa marak karena banyak orang bermental instan. “Ingin meraih gelar akademik, tanpa mau bersusah payah menempuh proses. Aturan-aturan di perguruan tinggi yang ketat hanyalah salah satu filter. Kita harus memerangi sikap masyarakat yang suka menerabas,” kata Ravik.
Ravik mengatakan, perguruan tinggi berupaya menegakkan integritas akademik, terutama melawan plagiasi. Di UNS, misalnya, dua tahun terakhir skripsi mahasiswa S-1 yang akan disidangkan diperiksa dulu oleh petugas di tingkat fakultas dengan software Turnitin, pendeteksi tingkat kemiripan teks. Adapun untuk S-2 dan S-3 sudah diterapkan beberapa tahun lalu.
“Jika terdeteksi ada kecurangan atau plagiasi, ya, ditolak, disuruh perbaiki dulu,” katanya.
Demikian pula dalam proses pembimbingan, ujar Ravik, ada panduan dan pencatatan. Perguruan tinggi mengeluarkan panduan dalam pembuatan skripsi, tesis, dan disertasi. Tiap konsultasi ada lembaran yang harus diisi disertai catatan-catatan dari pembimbing.
Menurut Ravik, tahun ini pihaknya terpaksa membatalkan ijazah sejumlah lulusan sarjana (S-1). Ada aduan dari masyarakat bahwa skripsi yang dibuat mahasiswa tersebut sama persis dengan orang lain. “Pembimbing pun akan dikenai sanksi karena tidak jeli,” kata Ravik.
Secara terpisah, Guru Besar Bidang Linguistik Universitas Mataram Mahsun mengatakan, pelatihan cara-cara berpikir ilmiah lewat riset mulai dari hal sederhana harus terus dibangun sejak awal di dunia pendidikan. Selain itu, siswa dan mahasiswa juga harus dibiasakan menuangkan gagasan ilmiah secara verbal maupun nonverbal yang terstruktur dan sistematik.
“Mengungkapkan gagasan-gagasan berpikir masih lemah karena siswa dan mahasiswa tidak terbiasa menulis,” kata Mahsun. Ia mendirikan Institut Riset Nusantara untuk mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah siswa, mahasiswa, dan masyarakat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. (DD03/DD09/ELN/NAR)
Sumber: Kompas, 7 Oktober 2017