Lindungi dari Aplikasi Penyandera Data
Untuk membendung dampak aplikasi penyandera data atau ransomware WannaCrypt di Indonesia, perangkat komputer harus memperbarui sistem operasi. Kegiatan usaha yang memakai jaringan komputer terhubung internet perlu membuat salinan data penting.
Hal itu ditegaskan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara pada jumpa pers di Jakarta, Minggu (14/5). Peluang kerusakan dari aplikasi penyandera data WannaCrypt diminimalkan jika pengelola jaringan memasang tambalan terbaru sistem operasi dan menyalin data penting ke media yang diakses tanpa terhubung internet.
Kasus infeksi WannaCrypt terjadi sejak akhir pekan lalu di sejumlah negara dan melumpuhkan tempat usaha seperti manufaktur mobil dan rumah sakit. Di Indonesia, aplikasi itu menjangkiti sistem layanan RS Dharmais sehingga layanan beralih ke manual untuk sementara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia dalam pernyataan tertulis menyatakan, serangan penyandera data di RS Dharmais tidak merusak data pasien. Menurut Direktur Umum dan Operasional RS Kanker Dharmais Triputro Nugroho, semua sistem dimatikan sementara agar serangan tak meluas.
Dana tebusan
“Kami tak menyarankan mereka yang jadi korban bayar tebusan meski hanya 300 dollar AS. Tak ada alasan memercayai pelaku segera mengirimkan file untuk dekriptor,” kata Rudiantara.
Cara kerja aplikasi penyandera data ialah mengenkripsi file data penting dari komputer dan diubah namanya sehingga tak bisa diakses pengguna. Ada satu file teks pesan permintaan tebusan harus dibayar pengguna.
Untuk membalikkan itu, yakni dekripsi dilakukan dekriptor didapat dari pelaku setelah bayar uang tebusan. Pembayaran memakai bitcoin, mata uang terenkripsi yang tak diregulasi bank sentral. Karena itu, koneksi internet perlu dihentikan untuk memasang pembaruan sistem operasi 5-15 menit.
Adi Jaelani, tenaga staf Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure, menyebut aplikasi menyerang komputer yang memakai sistem operasi Windows 8 atau lebih lama lagi.
Willy Hendrajudo, Windows Business Group Head, Microsoft Indonesia, menjelaskan, pengguna yang menjalankan program antivirus terbaru dan fitur pembaruan terlindung serangan siber. (ELD/ADH/YUN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Mei 2017, di halaman 13 dengan judul “Antisipasi Jadi Solusi”.