Virus Flu Burung Terus Berubah

- Editor

Kamis, 28 April 2011

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejak muncul di Indonesia tahun 2003, virus flu burung mengalami banyak modifikasi meski masih bertipe H5N1. Jenis virus yang ditemukan di setiap daerah berbeda. Kondisi ini menuntut riset berkelanjutan dan tata kelola peternakan unggas secara ketat.

”Materi genetik virus flu burung adalah RNA (asam ribonukleat) yang secara alami mudah berubah. Saat terjadi kesalahan dalam mengopi materi genetik, dia tidak mampu membetulkan sehingga jenis virus flu burung jadi bermacam-macam,” kata Guru Besar Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Widya Asmara, Rabu (27/4) di Jakarta.

Mutasi virus ini membuat gejala flu burung pada unggas saat ini berbeda dengan dulu. Saat awal muncul flu burung, penyebaran dan tingkat kematian unggas sangat tinggi. Produksi telurnya turun 20 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kini, gejala flu burung pada unggas tidak dapat lagi didasarkan atas penilaian kondisi fisik. Gangguan napas, keluar air berlebihan dari mata, serta warna tubuh biru hingga merah hitam tak dapat lagi jadi patokan. ”Masyarakat yang unggasnya mati mendadak harus segera melapor ke petugas untuk dipastikan flu burung atau bukan,” kata dia.

Maluku utara

Pengawasan lalu lintas unggas yang buruk membuat hampir seluruh provinsi di Indonesia ditemukan kasus flu burung. Koordinator Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza Pusat M Azhar menyatakan, daerah yang masih bebas flu burung adalah Maluku utara.

Selama Januari hingga minggu ketiga April 2011, temuan kasus flu burung meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya rata-rata 196 kasus per bulan. Kondisi serupa terjadi pada periode sama tahun sebelumnya, yaitu 229 kasus pada 2010 dan 293 kasus pada 2009 per bulan.

”Musim hujan dengan suhu rendah dan kelembapan tinggi merupakan lingkungan terbaik bagi virus untuk berkembang,” kata Azhar.

Kondisi itu diperparah dengan buruknya sistem pengamanan biologis peternakan, kegemaran masyarakat memelihara unggas tanpa dikandangkan, maraknya peternakan campuran spesies unggas dan umur unggas yang berbeda, kenekatan peternak menjual ayam sakit. ”Indonesia menargetkan bebas flu burung pada 2020,” katanya. (MZW)

Sumber: Kompas, 28 April 2011

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB