Visi jangka panjang dan mendalam diperlukan dalam perkembangan pendidikan di Asia Tenggara. Dengan demikian, Asia Tenggara dapat maju secara sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
“Ambil contoh dari Candi Borobudur yang membutuhkan waktu 250 tahun untuk didirikan. Masyarakat pada zaman itu memiliki visi jauh ke depan, seolah mereka akan tetap hidup ribuan tahun kemudian,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada acara Peringatan 50 Tahun Organisasi Menteri-menteri Pendidikan Asia Tenggara (SEAMEO) di Jakarta, Rabu (7/10) malam.
Peringatan tersebut dihadiri, antara lain, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, dan para duta besar untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anies mengutarakan bahwa ide akan hidup selamanya. Itulah yang membuat masyarakat zaman dahulu berpikir matang dan berani untuk menciptakan proyek-proyek besar yang bisa dinikmati oleh generasi-generasi sesudah mereka. Oleh sebab itu, SEAMEO ditantang untuk memikirkan rencana jangka panjang mereka atas pemajuan pendidikan.
“Kerja sama di bidang pendidikan merupakan terobosan hebat. Generasi muda akan memiliki semangat kesatuan dan sama-sama membangun Asia Tenggara,” ujar Anies.
Pemerataan
Direktur Sekretariat SEAMEO Gatot Hari Priowirjanto mengatakan, SEAMEO tengah memeratakan pendidikan di Asia Tenggara. Saat ini sedang direncanakan bentuk ujian Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang terstandar bagi SD dan SMP di Asia Tenggara. Penelitian dilakukan di dua sekolah, satu SD dan satu SMP, per negara.
Di Indonesia, kedua sekolah tersebut berada di Bandung, Jawa Barat. Pemerintah Kota Bandung berinisiatif mengembangkan penelitian tersebut dan menambah jumlah sekolah menjadi 35 SD dan 15 SMP.
“Dalam empat tahun ke depan, target SEAMEO adalah mempersempit kesenjangan pendidikan di Asia Tenggara,” kata Gatot.
SEAMEO bertujuan memajukan kerja sama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan di antara negara-negara di Asia Tenggara. SEAMEO memiliki anggota 11 negara di Asia Tenggara dan didukung oleh negara-negara sahabat, seperti Australia, Inggris, Perancis, Belanda, dan Spanyol.
Di 11 negara anggota itu terdapat 21 pusat SEAMEO, antara lain yang fokus pada pendidikan bahasa, peningkatan kapasitas guru, dan perkembangan teknologi.
Pusat pelatihan
Indonesia menjadi lokasi bagi enam pusat pelatihan dan penelitian SEAMEO. Keenam pusat pelatihan dan penelitian itu ialah Centre for Tropical Biology, Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language, Centre for QITEP in Mathematics, Centre for QITEP in Science, Centre for Food and Nutrition, dan SEAMEO Regional Open Learning Centre. Selain itu, organisasi itu aktif melatih guru.
Pada acara tersebut juga diluncurkan buku berjudul Building a Legacy in Education, Science, and Culture in Southeast Asia yang menceritakan prestasi SEAMEO selama 50 tahun sejak pertama didirikan. Diluncurkan pula program-program smart city dan star village. (DNE)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Oktober 2015, di halaman 11 dengan judul “Tantangan Melahirkan Ide Besar”.