Sebelas lapisan deposit tsunami tua ditemukan di bawah endapan tsunami Aceh pada 2004. Perulangan tsunami diperkirakan terjadi dalam kurun 7.400-2.900 tahun lalu. Itu melengkapi kajian sebelumnya yang menemukan tiga jejak tsunami besar dalam 1.000 tahun terakhir.
Jejak tsunami tua yang berulang kali melanda Aceh ini ditemukan setelah peneliti gabungan internasional menggali tanah di dalam goa di pesisir barat Aceh Besar. Tim terdiri dari Earth Observatory of Singapore (EOS), Nanyang Technological University-Singapura, Rutgers University dan University of Southern Mississippi, Amerika Serikat, dan Universitas Syiah Kuala, Aceh. Temuan itu dipublikasikan di jurnal internasional Nature Communication pada Juli 2017.
“Studi ini memberikan gambaran menarik tentang karakteristik tsunami di sepanjang megasubduksi Sunda dalam 7.000 tahun terakhir,” kata Charles Martin Rubin, ketua tim peneliti dari EOS, melalui surat elektronik. Data baru tsunami masa lalu yang ditemukan di goa pesisir ini membuka misteri geologi tentang kemungkinan tsunami berikutnya akan terjadi di area itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Catatan sejarah tsunami selama ini amat terbatas untuk memberi gambaran kejadian tsunami di masa lalu. Karena itu, pencarian data melalui survei geologi untuk mencari paleotsunami menjadi satu-satunya jalan.
Dengan menganalisis usia fosil kerang foraminifera di endapan tsunami dengan radiokarbon, tim peneliti menemukan kapan 11 tsunami terjadi. Tim menemukan lapisan tsunami tertua berusia 7.324-7.529 tahun lalu, 6.083-6.915 tahun lalu, dan 5.857-6.680 tahun lalu. Selanjutnya, ditemukan ada lapisan tsunami berusia 5.480-5.770 tahun lalu, 5.357-5.575 tahun lalu, 3.304-3.363 tahun lalu, 3.278-3.346 tahun lalu, 3.270-3.341 tahun lalu, dan 2.815-2.916 tahun lalu.
Data itu menunjukkan, tsunami melanda Aceh rata-rata dalam 450 tahun. Menurut Rubin, beberapa tsunami punya kedekatan waktu kejadian, yakni kurang dari 100 tahun dan paling lama intervalnya 2.000 tahun.
“Jadi tsunami bisa berulang di lokasi sama di Aceh kurang dari 100 tahun. Ini seharusnya jadi pertimbangan mitigasi bencana ke depan karena mayoritas kawasan yang dilanda tsunami 2004 kembali padat penduduk,” kata Nazli Ismail, anggota tim peneliti yang juga dosen Jurusan Fisika Universitas Syiah Kuala, Aceh, saat dihubungi, Kamis (20/7).
Masih banyak lagi
Lapisan tsunami lain tak ditemukan di goa itu. “Riset saya di Lamreh dan Aceh Besar menemukan deposit tsunami tahun 1400-an dan 1300-an, tak ada di goa ini. Kemungkinan tsunami 2004 menyebabkan sebagian endapan tsunami tua di goa hilang,” ucap Nazli.
Sebelumnya, Katrin Monecke dari Kent State University bersama Widjo Kongko dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan lima peneliti lain-diterbitkan di jurnal Nature pada 2008-menemukan dua jejak tsunami besar pernah melanda Aceh. Jejak itu ditemukan setelah mengebor di rawa-rawa Suok Timah, Meulaboh, Aceh Barat. Dengan teknik penanggalan radiokarbon, tsunami itu diperkirakan terjadi dua kali, yaitu 780-990 dan 1290-1400. (AIK)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juli 2017, di halaman 14 dengan judul “11 Lapisan Tsunami Tua di Aceh Terungkap”.