Waspadai Delapan Zona Bahaya Gempa

- Editor

Senin, 11 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Segmen gempa bumi megathrust Mentawai diketahui telah mendekati siklusnya, namun upaya membangun kesiapsiagaan di kawasan ini tidak boleh mengabaikan kerentanan daerah lain. Masih banyak segmen kegempaan lain yang perlu mendapat perhatian karena menyimpan energi gempa besar yang sewaktu-waktu bisa lepas.

Ahli gempa bumi dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano, Jumat )8/2) mengatakan, berdasarkan pemantauan dari Global Positioning System (GPS) menerus, terdapat sejumlah zona tektonik di Indonesia yang menyimpan energi sehingga berpotensi memicu gempa bumi kapan saja. Beberapa di antaranya adalah subduksi di Selat Sunda dan selatan Jawa Barat, subduksi megathrust Mentawai, sesar darat Sumatera di segmen Aceh Besar – Banda Aceh, Laut Maluku, Laut Banda, serta sejumlah sesar darat di Sulawesi dan Papua.

–Delapan zona kegempaan yang mendapat perhatian khusus karena masih menyimpan energi besar dan tingginya risiko. Sumber: BMKG, 2019

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Di Sulawesi banyak sesar dan yang sudah lepas sebagian baru sesar Palu Koro. Masih ada sesar Matano dan Lawanopo,” kata Irwan. Sekalipun skala gempa yang bersumber di sesar darat biasanya lebih kecil, namun dampaknya bisa sangat merusak karena umumnya dekat dengan permukiman.

Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati juga mengatakan, terdapat delapan zona bahaya gempa bumi di Indonesia yang saat ini mendapat pemantauan khusus. Zona itu dinilai bahaya karena relatif jarang terjadi gempa bumi yang berarti energi yang tersimpan masih besar. Selain Mentawai, beberapa daerah lain yang kini diwaspadai adalah Selat Sunda, sesar Kendeng, subduksi di selatan Sumba, Laut Banda, Sulawesi, barat Danau Toba, dan sesar naik Flores terutama di segmen utara Bali.

Keberulangan gempa
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja mengatakan,”Zona subduksi Selat Sunda hingga selatan Bali juga sudah mendekati siklusnya. Jangan lupa juga zona gempa di Indonesia timur yang dalam sejarah pernah memicu tsunami besar di Ambon. Hanya saja data-data kita tidak sebaik di barat Sumatera karena penelitiannya memang masih terbatas.”

Danny mengatakan, data tentang perulangan gempa di barat Sumatera diketahui dengan baik berdasarkan data GPS dan jejak pada koral atol m genus porites mikroatol yang banyak tumbuh di sekitar Kepulauan Mentawai, Pulau Simeulue, Nias, dan pulau-pulau lain di pantai barat Sumatera. Koral ini hidup di zona pasang surut di tepi pantai.

Menurut Danny Hilman, pertumbuhan porites sangat dipengaruhi perubahan muka air laut. Pertumbuhan koral mikroatol tidak bisa melebihi tinggi air laut saat surut. Koral ini akan tumbuh ke atas sehingga mencapai permukaan air. Apabila pantai terangkat karena gempa, tubuh mikroatol yang tersembul ke atas air akan mati. Bagian koral yang masih berada dalam air akan tetap hidup.

Apabila koral terangkat seluruhnya, akan mati total. Sebaliknya, apabila muka pantai turun, koral akan tenggelam. Besarnya penenggelaman ini juga dapat diukur dari tinggi permukaan mikroatol ke tinggi air laut (surut) setelah gempa. Dari jejak mikroatol, Danny dan timnya menemukan, proses naik dan turunnya pulau-pulau di pantai barat Sumatera telah terjadi beberapa kali.

“Dari jejak di koral atol ini kami mengumpulkan perulangan gempa di segmen megathrust Mentawai adalah 200 – 300 tahun sekali. Saat ini sudah 222 tahun sejak gempa besar terakhir di segmen ini,” kata dia.

Berbeda dengan di barat Sumatera, kajian di tempat lain Indonesia masih kurang. Namun, beberapa kajian paleotsunami dari Kepala Geoteknologi LIPI Eko Yulianto menemukan juga keberulangan tsunami di selatan Jawa.

Menurut Danny, dari aspek risikonya, gempa dari zona subduksi besar di kawasan ini bisa sangat fatal karena tingginya penduduk dan aktivitas ekonomi di kawasan Selat Sunda. Kesiapsiagaan bencana yang kini dilakukan di Sumatera Barat juga wajib dilakukan di daerah-daerah lain yang berisiko ini.

“Perilaku gempa tidak bisa diprediksi, bahkan Jepang juga kecolongan saat gempa dan tsunami tahun 2011 karena yang rubuh bukan segmen yang dikhawatirkan. Kita memang harus waspada dengan megathrust Mentawai yang hanya nunggu waktu, tapi jangan sampai mengabaikan kerentanan segmen lainnya,” kata dia.–Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 11 Februari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB