UNIVERSITAS Islam Indonesia (UII) terus mengembangkan diri. Seiring dengan adanya konsep baru pola tunggal pendidikan tinggi –yang tak lagi membedakan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta– UII telah mengayunkan Iangkah menuju sebagai Perguruan Tinggi yang ideal dan unggul. Dengan fakultas-fakultas yang sebagian besar berstatus disamakan keberadaan PTS tertua di Indonesia ini telah menjadi institusi pendidikan tinggi yang memiliki kredibilitas tinggi dalam pandangan pemerintah dan masyarakat.
“UII kini terus menata dan mengembangkan diri sehingga tetap eksis sebagai PTS yang berbobot seperti yang dipersyarakatkan UU No 2/1989 tentang Pendidikan Nasional,” ujar Drs H Djazman Alkindi Wakil Ketua Badan Wakaf.
Dengan adanya pola tunggal, konsep pendidikan yang antara lain diwujudkan dalam bentuk Badan Akreditasi Nasional (BAN) sebagai lembaga penilai, menurut Djazman, merup akan momentum bagi UII yang berusia lebih setengah abad untuk mengembangkan dan memantapkan ciri khasnya sebagai universitas yang berlabel Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Penataan dan pengembangan UII, di samping dititik beratkan pada sektor akademik kelanjutan pembangunan fisik juga dititikberatkan pada pengembangan kualitas sumberdaya manusia khususnya dosen dan mahasiswa,” katanya. Dengan titik berat seperti itu, UII berupaya menghasilkan manusia seutuhnya, baik sebagai manusia intelektual, sebagai warga negara Indonesia yang baik sekaligus sarjana Muslim, “Melalui peningkatan intelektual dan pembinaan agama UII ingin tak sekadar melahirkan alumni yang berbobot ilmiah tapi sekaIigus bisa mengamalkan ilmu dengan tanggung jawab,” ujar Rektor UII Prof H Zaini Dahlan MA.
Membuka Fakultas Baru
Guna memperluas cakupan pengabdiannya, UII terus membuka fakultas baru. Pengembangan fakultas bagi UII sebenarnya bukan hal baru. Bahkan dulu, UII mengembangkan diri dengan membuka cabang-cabang dan fakultas-fakultas di seluruh Indonesia. Di antaranya ada yang di Gorontalo, Cirebon, Purwokerto, Bangil, Madiun dan Solo. Fakultasnya dulu juga bervariasi sampai ada Kedokteran, Farmasi, Peternakan dan sebagamya. Seluruhnya mencapal 22 fakultas. Tapi ketika ada ketentuan dari pemerintah bahwa fakultas yang ada di luar daerah pusat universitas harus mempunyai akreditasi sendiri yang berbeda dengan fakultas-fakultas induknya maka fakultas yang ada di UII meleburkan diri ke UII Yogya atau ada yang memilih menjadi PTS sendiri dan ada yang bergabung dengan universitas negeri setempat. Terakhir (1974) Fakultas Kedokteran UII di Solo masuk dan menjadl Fakultas Kedokteran di Solo.
Sampai tahun 1994/1995 UII memiliki 6 fakultas Strata-1 yang tersebar ke dalam 12 jurusan. Memiliki dua Program Studi Pasca sarjana yaitu Magister Manajemen dan Magister Hukum serta memiliki Program Studi Diploma3 yaitu Perbankan, Manajemen dan Akuntansi.
Pada tahun (1995/1996), UII membuka dua Fakultas baru yaitu Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA. Melalui bidang humaniora Fakultas Psikologi ini, UII ingin mengantisipasi perkembangan masyarakat era industrialisasi yang ada di hadapan kita mengharapkan lahirnya banyak sarjana psikologi. Sedangkan bidang eksakta Fakultas MIPA dengan konsentrasi Statistika dibuka karena bagaimanapun ilmu-ilmu dasar amat penting sebagai dasar dari pengembangan ilmu. “Kami bersungguh-sungguh dalam hal ini sehingga kami mengundang paritipasi pakar untuk mangelola program ini. Antara lain Jamauddin Ancok yang siap menjadi Dekan Fakultas Psikologi UII,” ujar PR I UII Dr. H. Moch Mahfud MD SH SU.
Dengan penambahan lembaga pendidikan baru, UII memenuhi standar dan syarat yang ditetapkan UU. Yakni, selain punya nenerapa bidang sosial, minimal memiliki 3 fakultas eksakta. “ UII akan terus memantapkan lembaga pendidikannya untuk memberikan peningkatan kualitas pendidikan yang diharapkan berdampak positif bagi umat,” ungkap Djazman.
Kualitas SDM
Tak diragukan kualitas UII berkait dengan mutu dosennya. Sebagian besar dosen UII bergelar master dan ada pula yang menyandang doktor. Tak sedikit pula guru besar yang mengajar mahasiswa S-1 dan S-2. Sebagian dosen UII kini menempuh pendidikan program S-3 baik di dalam maupun luar negeri.Langkah ini untuk menguatkan jajaran akademik yang tentu akan berimplikasi positif bagi mahasiswa dan masyarakat.
“Pengiriman dosen sebagai karya siswa dengan catatan tak mengakibatkan kekurangan dosen dalam proses kuliah di UII,” ungkap Prof Zaini.
Selain mendorong dosen untuk studi lanjut, UII juga terus merekrut dosen baru seiring dengan membengkaknya daya tampung berkenaan dengan pembukaan fakultas-fakultas baru di UII.
“Meskipun perbandingan rasio antara jumlah dosen dan mahasiswa telah lumayan, namun UII terus berupaya agar rasio tersebut bisa lebih ideal. Kita akan rekrut dosen sesuai kebutuhan,” papar Djazman Alkindi.
Gedung baru
Pada masa mendatang, mahasiswa UII akan lebih nyaman lagi dalam menimba ilmu. Sarana kuliah terus bertambah. “Di samping gedung unit XII di Kampus Terpadu akan dibangun lagi sebuah gedung megah Unit XIII dan XIV. Gedung ini untuk sarana kuliah dan laboratorium,” ujar Drs H Supardi PR II UII.
Dana untuk membangunan 2 gedung baru empat lantai itu masing-masing seluas 23.000 meter persegi diperoleh dari bantuan Islamic Development Bank (IDB) dan dana dari UII sendiri. “Seluruhnya diperkirakan Rp 35 miliar. Insya Allah, jika lancar tahun 1996/1997 bisa ditempati,”ujar mantan Dekan FE UII itu.
Wakil Ketua Badan Wakaf UII, Djazman Alkindi menjelaskan, dana dari IDB senilai 12 juta dolar AS atau setara sekitar Rp 24 miliar.“Pihak IDB dan Departemen Keuangan telah ada pembicaraan kongkrit kini tinggal tunggu waktu menandatangani. Segera setelah ditandatangani, akan langsung dibangun. Diharapkan bisa tahun ini,” katanya.
Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan serta Teknologi Industri tetap menempati gedung pertama di Kampus Terpadu. Sementara Kampus UII di Condongcatur untuk Fakultas ekonomi dan Magister Manajemen, Kampus UII Jalan Tamansiswa untuk Fakultas Hukum dan Magister Hukum, Kampus UII Demangan untuk Fakultas Tarbiyah dan syari’ah, Kampus UII di Banguntapan untuk D3 Ekonomi dan SMA UII. Kampus UII Cik Ditiro sementara untuk Kantor UII Pusat. “Selain yang telah ada di tingkat universitas, di tiap-tiap fakultas mulai tahun ajaran baru akan dilengkapi dengan laboratorium kompur dan Laboratorium Bahasa. Ini untuk mendukung kualitas mahasiswa UII,” kata Supardi.
Dipercaya Pemerintah dan Masyarakat
Dalam usia lebih setengah abad, Kampus Perjuangan ini makin mendapat kepercayaan pemerintah dan masyarakat. Presiden Soekarno mendukung dan hadir pada saat pembukaan UII ketika pindah ke Yogya tepatnya di ndalem Pengulon Yogya 10 April 1946. Begitu pula Presiden Soeharto, hadir dan memberikan sambutan pada acara Peringatan Setengah Abad UII di Kampus Terpadu Jalan Kaliurang 15 Januari 1994 lalu.“UII tak mengambil jarak dengan pemerintah. Bahkan sebaliknya mendapat dukungan besar dalam rangka mencerdaskan bangsa dan dakwah,” papar PR I UII Dr Mahfud.
Kepercayaan masyarakat amat besar. Para orang tua dari berbagai daerah mempercayakan anaknya belajar di UII. Tahun ini 10.475 mahasiswa menimba ilmu di UII. Sedangkan alumninya hingga wisuda terakhir 3 Juni 1995, telah mencapai 14.120 sarjana. Mereka teIah mengabdlkan ilmu atau berkerja di berbagai sektor kehidupan. Banyak di antara mereka yang memegang peranan penting dan menjadi tokoh masyarakat.
3.000 Mahasiswa Baru
UII bertekad terus tingkatkan kualitas masukannya, mahasiswa baru. “Tahun ini UII hanya menerima 3.000 mahasiswa baru untuk semua fakultas, termasuk Fakultas Psikologi dan MIPA yang baru dibuka,” ujar Drs Supardi yang menjadi Ketua I Panitia Penerimaan Mahasiswa baru.
Dijelaskan operasionalisasi penerimaan mahasiswa baru dengan tiga pola. Pertama ujian saringan. Bobot tes ditingkatkan, kisi-kisinya 75 % kurikulum SMTA dan 25% muatan kebutuhan pendidikan UII. Kedua dengan jalur semacam PMDK sesuai dengan minat dan kemampuan guna menjaring bibit unggul dengan
memperhatikan sebaran lulusan-lulusan SMTA di tiap provinsi di Indonesia.
Ketiga, melalui jalur khusus. Bagi siswa yang memiliki prestasi dan minat yang dapat diandalkan. Misalnya, juara bidang olahraga, MTQ, hafal Al Quran, punya karya ilmiah. “Juga bagi siswa yang punya jalur khusus, mereka yang punya kerjasama instansional dengan UII,” ujarnya.
Sumber: Kedaulatan Rakyat, 10 Juni 1995