LALAT rumah atau yang dikenal dengan nama ilmiah Musca domestica adalah salah satu serangga yang sangat akrab dengan kehidupan manusia. Begitu akrabnya lalat rumah ini sehingga kita selalu dapat memastikan, bahwa dimanapun manusia berada di situ pasti akan dijumpai lalat rumah. Sayangnya lalat rumah ini sering berkaitan dengan berbagai penyakit yang mcngganggu, bahkan tidak jarang dapat mengancam kehidupan manusia.
Seandainya kita mau meluangkan sedikit waktu untuk memperhatikan lalat rumah yang hinggap di sekitar kita, tentunya kita akan melihat adanya empat garis hitam yang membujur melalui ruas-ruas dadanya yang berwarna kelabu. Selanjutnya bagian mulut lalat rumah beradaptasi untuk keperluan menjilat dan menghisap. Tipe mulut seperti ini umumnya hanya mampu memakan pakan dalam bentuk cairan sehingga dapat langsung diserap melalui pseudotrakhea yang terletak pada lobus atau helaian bibirnya. Walaupun begitu, seperti yang dapat kita lihat setiap harinya, terkadang lalat rumah ini juga memakan pakan dalam bentuk padat seperti gula pasir yang tercecer di atas meja. Untuk memakan pakan bentuk padat semacam itu, maka lalat rumah harus terlebih dahulu mencairkan pakan tersebut dengan menggunakan air liurnya agar mudah diserap melaluipseudotrakheanya.
Dalam keterkaitannya dengan peranan lalat rumah sebagai vektor penyakit, tentunya tidak terlepas dari kebiasaan lalat rumah yang hidup, makan dan berkembang biak pada bahan limbah yang menimbulkan bau busuk seperti sampah, kotoran manusia, kotoran hewan, bangkai dan masih banyak lagi bahan-bahan lain yang menarik minat lalat rumah untuk menghampiri. Kalau kita perhatikan, pada suatu saat banyak sekali lalat ada di suatu tempat. Mengapa begitu? Lalat itu suka merubungi bahan yang mengandung senyawa indol dan asam linolat dalam konsentrasi 1%. Kalau suatu bahan diberi trimetilamin hidroklorida, amonium klorida dan amonium sulfat dalam konsentrasi 5%, lalat juga suka mendatangi bahan itu. Di tempat yang mengandung zat-zat semacam itulah dapat dijumpai lalat rumah baik dalam bentuk telur, larva, pupa maupun bentuk dewasanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
ISTIRAHAT
Lalat rumah juga mempunyai kebiasaan untuk beristirahat pada siang hari maupun malam hari. Kebiasaan ini telah diteliti oleh ANDERSON dan POORBAUGH pada tahun 1964. Penelitian tersebut mereka lakukan dengan mengamati lalat rumah yang ada pada peternakan unggas di California. Ketika suhu udara berkisar antara 18,9°C sampai 23,4°C, mereka menjumpai lalat rumah beristirahat di lantai dan dinding kandang bagian dalam atau tempat-tempat lain yang terkena sinar matahari. Ketika suhu udara meningkat dan mencapai 36,6°C sampai 38,9° lalat rumah cenderung untuk beristirahat pada bayangan gedung, pepohonan dan tempat-tempat lembab lainnya. Selanjutnya untuk mengetahui kemana lalat rumah beristirahat pada malam hari, mereka melakukan pengamatan dengan memeriksa tempat-tempat di sekitar kandang.
Dari hasil penelitian mereka, ternyata lalat rumah ketika malam hari beristirahat pada pepohonan dan kotoran unggas. Bila hal itu kemudian dipisahkan berdasarkan jenis kelaminnya, maka lalat rumah jantan lebih cenderung untuk beristirahat di pepohonan, sedangkan lalat rumah betina tampaknya tidak memilih tempat untuk beristirahat pada malam hari, sehingga dapat dijumpai pada kotoran maupun pepohonan dalam jumlah yang sama banyak. Untuk membedakan antara lalat rumah jantan dan lalat rumah betina dapat terlihat dari jarak antara kedua matanya. Pada lalat rumah jenis jantan, jarak antara mata kiri dan kanannya akan lebih sempit dibandingkan dengan jarak mata lalat rumah jenis betina.
Meskipun lalat rumah hanya tergolong hewan tingkat rendah, ternyata mempunyai juga kebutuhan biologis untuk mempertahankan keberadaannya di muka bumi. Biasanya perkawinan lalat rumah dimulai dengan kejar mengejar antara lalat rumah jantan dengan pasangannya. Beberapa saat setelah kejadian itu, pasangan lalat rumah yang sedang memadu cinta ini menukik untuk melakukan perkawinannya di darat.
SAAT BERCINTA
Seperti kita, lalatpun butuh bercinta. Ketika bercinta, lalat itu tidak tergesa-gesa untuk melakukan perkawinan bila pasangannya belum siap. Jadi, lalat itu cukup sopan, tidak ada pemerkosaan ketika di udara. Karena itu setelah pasangan lalat rumah turun ke darat, yang jantan tidak akan langsung melaksanakan hasratnya, tetapi melakukan serangkaian cumbu rayu untuk memastikan apakah betina yang menjadi pasangannya telah siap dan berkehendak untuk melangsungkan perkawinan dengannya. Cumbu rayu lalat ini dimulai saat lalat rumah jantan mendekati lalat betina, kemudian semakin merapat dan mulai membelai-belai kepala pasangannya dengan menggunakan kaki depannya. Adegan selanjutnya akan terlihat lalat jantan yang semakin panas dan menjurus, sehingga lepas kendali dan meloncat ke atas punggung pasangannya. Kaki belakang lalat jantan ini selanjutnya menekan pangkal sayap lalat betina yang menjadi pasangannya, sehingga sayap lalat rumah betina terpaksa dibentangkan. Hal ini mungkin untuk lebih meyakinkan lagi tentang kesiapan lalat betina yang menjadi pasangannya. Selanjutnya lalat rumah jantan mencoba berjalan ke tubuh bagian depan dari lalat rumah betina pasangannya, sambil menjulur-julurkan belalainya atau bagian depan dari mulut lalat jantan. Bila sampai sejauh ini betina lalat rumah yang menjadi pasangannya tidak juga menunjukkan tanda-tanda penolakan, maka perkawinan lalat akan segera dapat terlaksana. Untuk mengetahui terjadinya perkawinan lalat rumah ini, dapat kita ketahui dengan melihat sayap lalat betina yang berada di bawah yang tampak dikibas-kibaskan secara perlahan-lahan. Seandainya lalat betina yang menjadi pasangannya ini menolak tawaran perkawinan yang dilakukan oleh lalat jantan, tentunya kita akan melihat kaki belakang lalat betina yang bergerak menendang lalat jantan yang berada di atas punggungnya dan lalat jantan tersebut akan segera terbang dari punggung lalat betina.
Setelah melangsungkan perkawinan, lalat betina akan bertelur, biasanya sekitar 4 sampai 8 hari setelah terjadinya perkawinan. Dalam meletakkan telur-telurnya ternyata lalat rumah betina tidak sekedar asal meletakkan saja, tetapi melalui tindakan nalurinya yang bersikap hati-hati di dalam menjamin kelangsungan hidup bakal keturunannya itu. Pada mulanya memang tidak terlepas dari adanya rangsang bau yang memikatnya, tetapi bukan hanya rangsang bau saja yang menjadi penentu dalam memilih tempat untuk meletakkan telurnya. Lalat rumah juga menghendaki adanya celah-celah pada tumpukan kotoran yang memikat itu. Maksudnya tentu saja agar telur yang diletakan dapat selamat dari serangan pemangsanya.
Dari hasil penelitian PFADT dan PETERSON pada tahun 1966 me-ngenai kesukaan lalat rumah terhadap kotoran manusia dan beberapa kotoran hewan, ternyata terbukti bahwa lalat rumah menyukai kotoran yang berturut-turut dari yang paling disukai adalah kotoran babi, manusia, ayam, anjing, anak sapi, domba dan sapi dewasa. Sebelum meletakkan telur-telurnya, biasanya lalat betina akan berjalan untuk memeriksa dengan seksama bagaimana kondisi tumpukan kotoran yang kelak akan menjadi santapan anak-anaknya. Tumpukan kotoran yang disukai lalat untuk bertelur biasanya juga dilengkapi dengan celah-celah yang memberi perlindung-an kepada telur-telur dari pemangsanya. Selanjutnya induk lalat rumah akan meletakkan telur yang jumlahnya sampai sekitar 100-150 butir atau dengan rata-rata sekitar 120 butir telur. Telur yang diletakkan lalat rumah ter-sebut dapat menetas dalam waktu sekitar 7,5 jam bila suhu lingkungan di sekitar tempat telur sebesar 37,2° C. Meskipun demikian telur lalat rumah umumnya akan menetas dalam waktu sekitar 8 sampai 30 jam setelah diletakkan.
LARVA
Penetasan telur ditandai dengan tersobeknya bagian ujung depan telur yang bentuknya lebih runcing dibanding ujung telur bagian belakang. Selanjutnya larva lalat akan berjalan secara beriringan meninggalkan cangkang telurnya. Bila kita mau memperhatikan bagaimana suasana kekeluargaan dari larva lalat itu, mungkin kita akan melihat sesuatu yang unik dalam kelompok larva lalat ini. Masalahnya larva lalat ini tidak mengenal adanya kompetisi atau persaingan dan yang lain, segala sesuatunya dilakukan secara bersama untuk kepentingan bcrsama pula.
Kehidupan larva lalat semacam ini telah diamati oleh peneliti yang bernama PAPP pada tahun 1975. Melalui penelitiannya diketahui bahwa larva lalat akan sclalu bersama-sama dalam menjelajahi tumpukan kotoran yang menjadi pakannya. Bila suatu saat larva lalat rumah ini menjumpai tempat yang kurang berisi pakan, maka mereka akan berbelok untuk mencari pakan diternpat yang lain, bahkan mungkin ke tempat yang sudah pernah dijelajahi sebelumnya. Selanjutnya apabila larva lalat merasa tempat tersebut juga sudah tidak layak berisi pakan, maka larva lalat itu akan pergi meninggalkan tumpukan kotoran tersebut secara bersama-sama pula. Dalam memakan pakannya larva lalat tidak mempermasalahkan selera, sehingga dia tidak perhi memilih pakan yang tersedia didepan matanya.
Tampaknya larva lalat itu begitu ikhlas dan menerima segala macam pakan yang telah dipilihkannya oleh induknya ketika dahulu meletakkan telur-telurnya. Tidak heran bila banyak orang yang menjuluki sebagai serangga pernakan segala, sebab segala macam bahan yang bergaris tengah kurang dari 0,5 mm akan dapat dimakannya. Untuk mendukung keperluan itu, larva lalat dilengkapi dengan suatu alat kait yang terletak dibagian atas mulutnya. Alat kait tersebut berfungsi untuk membantu larva lalat ketika memakan pakannya, termanta pakan yang berupa serat.
Beberapa hari kemudian lara lalat yang sangat lahab memakan itu mulai menjadi malas dan berhenti makan, karena energi yang diperlukan untuk mengarungi masa pupa sudah dirasa cukup. Selanjutnya dengan menggerak-gerakan permukaan kulitnya, larva lalat rumah ini membentuk kantung pupa. Proses pembantukan kantung pupa larva lalat rumah ini berlangsung selama 3-9 hari. Setelah kantung pupa terbentuk, tidak ada aktivitas yang terlihat meskipun sesungguhnya di dalam kantung pupa tersebut telah terjadi perubahan yang sangat besar. Proses perubahan dari bentuk larva di dalam kantung pupa sampai bentuk lalat rumah dcwasa berlangsung sekitar 5 hari. Saat itu menandai adanya kehidupan yang baru yang lebih leluasa dibandingkan dengan ketika lalat rumah masih berada dalam masa larva apalagi pupa.
Proses keluarnya lalat rumah muda dari kantung pupa, sesungguhnya cukup menarik untuk diketahui, karena hal ini kejadian yang jarang dan mungkin jauh dari apa yang kita perkirakan. Proses ini telah diamati oleh CHANDLER dan READ pada tahun 1961. Peneliti ini mengatakan bahwa untuk membuka kantung pupanya, lalat rumah muda menggunakan suatu organ yang dinamakan organ ptilinium. Organ tersebut menyerupai balon yang dapat dikembungkan atau dikempiskan. Organ ptilinum ini terletak di bagian kepala dekat dengan antena lalat rumah. Organ ptilinum ini juga sering membantu lalat muda yang pupanya tertimbun di dalam tumpukan kotoran. Ketika pupa lalat rumah tertimbun kotoran, lalat muda di dalam kantung pupa akan mengembungkan organ ptilinum untuk menyobek kantung pupanya. Selanjutnya organ ptilinum digembungkan kembali untuk membuka jalan agar lalat muda dapat keluar dari tumpukan kotoran yang menimbunnya. Ketika organ ptilinum dikempiskan lalat bergerak maju dan demikian seterusnya sampai lalat rumah muda dapat keluar dari tumpukan kotoran yang menimbunnya. Setelah lalat rumah muda keluar dari kantung pupa, dan berhasil menghirup udara bebas, organ ptili-num tadi akan ditarik kembali ke dalam kepalanya sehingga tampak seperti bulan sabit diatas antenanya. Bentuk bulan sabit tadi selanjutnya dinamakan frontal lunule. Sayangnya kita tidak dapat melihat bagaimana aksi organ ptilinum tadi bila lalat sudah dewasa, hal ini disebabkan karena otot-otot yang menggerakkan organ ptilinum tersebut sudah menjadi lemah.
Sesungguhnya tingkah laku lalat rumah ini sangat menarik untuk diketahui lebih jauh, mengingat lalat rumah merupakan vektor berbagai penyakit. Semakin banyak yang kita tahu mengenai kebiasaan-kebiasaan lalat ini, tentunya akan semakin banyak pula hal-hal yang dapat kita mengerti di dalam mengatasi bahaya yang ditimbulkan oleh lalat. Misalnya dengan mengetahui kebiasaan lalat yang hidup dan berkembang biak pada tumpukan koran, tentunya kita akan mengetahui bahwa disitu pula akan dapat dijumpai berbagai parasit dan pemangsa lalat rumah yang dapat digunakan untuk pengendalian populasinya. Selanjutnya parasit dan pemangsa lalat rumah tersebut, mungkin dapat diawetkan untuk digunakan sewaktu-waktu atau untuk diperdagangkan seperti layaknya insektisida yang telah lama kita,kenal selama ini.
Oleh: ARIF SOEKSMANTO
Sumber: Majalah AKU TAHU/ MARET 1992