Terungkap, Rahasia Komodo Berkulit Tulang

- Editor

Minggu, 15 September 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bayi komodo (Varanus komodoensis) yang berumur lebih kurang satu minggu di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/3). Sebanyak 25 bayi komodo berhasil menetas dari 40 telur yang dihasilkan tiga induk komodo di kebun binatang ini. Bayi-bayi komodo dengan berat rata-rata antara 80-120 gram itu ditempatkan di kotak penangkaran.



Kompas/Heru Sri Kumoro *** Local Caption *** Editorial Use Only

Bayi komodo (Varanus komodoensis) yang berumur lebih kurang satu minggu di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/3). Sebanyak 25 bayi komodo berhasil menetas dari 40 telur yang dihasilkan tiga induk komodo di kebun binatang ini. Bayi-bayi komodo dengan berat rata-rata antara 80-120 gram itu ditempatkan di kotak penangkaran. Kompas/Heru Sri Kumoro *** Local Caption *** Editorial Use Only

Ilmuwan sudah mengetahui bahwa komodo berkulit tulang pada ekspedisi ke Pulau Komodo tahun 1928. Namun baru 91 tahun kemudian, penelitian dibuat untuk mengetahui bentuk kulit tulang tersebut dan apa tujuannya.

Ilmuwan sudah mengetahui bahwa komodo berkulit tulang pada ekspedisi ke Pulau Komodo tahun 1928. Namun baru 91 tahun kemudian, penelitian dibuat untuk mengetahui bentuk kulit tulang tersebut dan mengapa baru muncul pada komodo dewasa, sedangkan tidak ada pada komodo yang baru menetas dari telur.

STATUS FB TAMAN NASIONAL KOMODO–Komodo atau Varanus komodoensis hidup di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian itu berjudul “Osteodermata pada Bagian Kepala Varanus komodoensis Seperti Diungkap CT Scan”. Laporan penelitian dimuat dalam jurnal The Anatomical Records, yang juga dipublikasikan Science Daily 12 September 2019. Penelitian dilakukan tim ilmuwan Universitas Texas, Amerika Serikat.

Dalam bahasa Latin, kulit tulang itu disebut osteodermata (osteo adalah tulang, dermata adalah kulit). Laporan pertama dengan osteodermata pada komodo ini disampaikan Douglas W Burden tahun 1928 setelah melakukan ekspedisi ke Pulau Komodo di Nusa Tengggara Timur. Ia mengamati kebiasaan dan distribusi komodo. Ia mencatat bahwa tulang-tulang yang terdapat di bawah sisik luar ini menghalangi nilai komersial kulit.

Dalam perkembangannya, peneliti mulai mendalami osteodermata pada komodo dan kadal lainnya. Osteodermata dilaporkan ada pada jenis kadal dewasa Varanus bengalensis, Varanus exanthematicus, Varanus giganteus, Varanus gouldii, Varanus salvator, dan Varanus varius. Kulit tulang ini tidak ada pada kadal-kadal muda. Kulit tulang itu terdapat pada bagian tengkorak, leher, bagian depan tungkai, pangkal ekor, dan pada perut.

Dari 26 spesies Varanus, Erickson et al. (2003) melaporkan kehadiran osteodermata vermiformis dalam Varanus komodoensis, V. salvator, V. bengalensis, V. exanthematicus, dan Varanus (Megalania) prisca. Osteodermata sefalik atau di bagian kepala dari V. komodoensis dilaporkan membentuk jaringan yang kompleks pada permukaan punggung tengkorak , melebur ke tengkorak pada individu yang lebih tua.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Petugas memeriksa komodo yang ditipkan di ruang transit Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur, di Sidoarjo, Kamis (28/3/2019). Komodo tersebut merupakan satu dari enam ekor anakan komodo yang ditangani BBKSDA JATIM setelah berhasil diselamatkan dari perdagangan ilegal.

Meskipun studi ini menunjukkan bahwa masing-masing osteodermata sangat bervariasi dalam bentuk dan kompleksitas, belum ada studi yang sepenuhnya mendokumentasikan distribusi dan morfologi atau bentuk osteodermata sefalik.

Jessica Maisano, ilmuwan di Universitas Texas memimpin penelitian terbaru ini. Para ilmuwan menggunakan teknologi tomografi terkomputerisasi atau computed tomography (CT) untuk melihat ke dalam dan merekonstruksi secara digital kerangka dua spesimen komodo yang telah mati, yang terdiri atas satu komodo dewasa dan satu bayi komodo. Komodo dewasa disumbangkan oleh Kebun Binatang Fort Worth ketika mati pada usia 19 ½ tahun. Kebun Binatang San Antonio menyumbangkan spesimen bayi berusia 2 hari.

Dalam kesimpulannya, peneliti menyebutkan, anatomi komodo dewasa menyajikan sebuah osteodermata luar biasa yang berkembang dengan baik pada bagian kepala. Peneliti menggambarkan osteodermata itu mirip logam-logam yang saling terjalin rapi seperti baju zirah atau baju besi tentara abad pertengahan Eropa.

Hasil CT scan mengungkapkan bahwa osteodermata pada komodo dewasa unik di antara kadal dalam keanekaragaman bentuk dan cakupannya. Kepala kadal lain diperiksa oleh para peneliti untuk perbandingan biasanya memiliki satu atau dua bentuk osteodermata, dan kadang-kadang daerah besar bebas dari mereka.

Peneliti menemukan bukti pada buaya dan kadal lain bahwa kulit tulang itu berfungsi terutama sebagai sistem anatomi pertahanan untuk melindungi individu selama konfrontasi agresif dengan komodo dewasa lain.

Komodo memiliki empat bentuk yang berbeda. Hampir seluruh bagian kepala diselimuti kulit tulang. Satu-satunya daerah yang tidak memiliki osteodermata di kepala komodo dewasa adalah di sekitar mata, lubang hidung, tepi mulut, dan organ penginderaan cahaya di bagian atas kepala.

“Kami benar-benar terpesona ketika melihatnya. Komodo dewasa ini memiliki empat bentuk yang sangat berbeda, yang sangat tidak biasa di seluruh kadal,” tutur Maisano, seperti dikutip Science Daily.

Mengenai fungsinya, peneliti menemukan bukti pada buaya dan kadal lain bahwa kulit tulang itu berfungsi terutama sebagai sistem anatomi pertahanan untuk melindungi individu selama konfrontasi agresif dengan komodo dewasa lain.

Tidak adanya osteodermata pada komodo yang baru menetas karena komodo muda ini menghabiskan lebih banyak waktu di pohon, di mana mereka terlindung dari pertemuan agresif dengan komodo dewasa.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Bayi komodo (Varanus Komodoensis) baru menetas di ruang perawatan kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/3/30219). Dari Januari hingga Februari 2019 sebanyak dari 7 induk komodo koleksi Kebun Binatang Surabaya telah menetas 74 ekor komodo menetas di tempat tersebut. Saat ini jumlah Komodo di Kebun Binatang Surabaya menjadi 142 ekor.

“Komodo muda menghabiskan cukup banyak waktu di pohon, dan ketika mereka cukup besar untuk keluar dari pohon, saat itulah mereka mulai berhadapan dengan anggota spesies mereka sendiri. Dengan berjalannya waktu menuju dewasa, baju besi tambahan akan membantu,” Christopher Bell, peneliti lain dari Universitas Texas.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 14 September 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB