Rahasia Kemampuan Komodo Seperti Mamalia

- Editor

Selasa, 30 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bayi komodo (Varanus komodoensis) yang berumur lebih kurang satu minggu di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/3). Sebanyak 25 bayi komodo berhasil menetas dari 40 telur yang dihasilkan tiga induk komodo di kebun binatang ini. Bayi-bayi komodo dengan berat rata-rata antara 80-120 gram itu ditempatkan di kotak penangkaran.



Kompas/Heru Sri Kumoro *** Local Caption *** Editorial Use Only

Bayi komodo (Varanus komodoensis) yang berumur lebih kurang satu minggu di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/3). Sebanyak 25 bayi komodo berhasil menetas dari 40 telur yang dihasilkan tiga induk komodo di kebun binatang ini. Bayi-bayi komodo dengan berat rata-rata antara 80-120 gram itu ditempatkan di kotak penangkaran. Kompas/Heru Sri Kumoro *** Local Caption *** Editorial Use Only

Komodo dikenal mampu bergerak cepat dan tubuhnya berdaya tahan tinggi mirip seperti mamalia. Penelitian genom menunjukkan, rahasia kemampuan komodo itu terletak pada adaptasi bagian sel yang disebut mitokondria untuk meningkatkan curah jantung komodo.

STATUS FB TAMAN NASIONAL KOMODO–Wisatawan berkunjung ke Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu.

Penelitian itu berjudul “Genom Komodo Mengungkapkan Adaptasi dalam Sistem Kardiovaskular dan Sensor Kimia Biawak”. Penelitian dimuat dalam jurnal Nature Ecology & Evolution edisi 29 Juli 2019, yang juga dipublikasikan Science Daily. Penelitan dilakukan tim ilmuwan Amerika Serikat dari Institut Gladstone, Universitas California di San Fransisco, dan Kebun Binatang Atlanta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Komodo adalah kadal terbesar di dunia. Predator ini dengan berat hingga 90 kilogram dapat mendeteksi mangsanya dari jarak 12 kilometer. Meskipun mereka berdarah dingin, komodo dapat meningkatkan metabolisme mereka hingga mendekati tingkat mamalia, yang memberi mereka kecepatan dan daya tahan tinggi. Berbeda dengan jenis kadal lainnya yang cepat lelah, komodo dapat melaksanakan kegiatan aerobik berkelanjutan.

“Kita tahu dari mereka yang bekerja dengan komodo bahwa komodo mampu melakukan aktivitas aerobik yang berkelanjutan, yaitu berenang, berlari, atau berjalan jarak yang sangat jauh,” tutur Joseph R Mendelson III, Direktur Penelitian Kebun Binatang Atlanta.

Oleh karena itu para ilmuwan dari berbagai lembaga itu meneliti bagaimana DNA dari kadal yang luar biasa ini mengkodekan karakteristik fisik yang menakjubkan ini. Penelitian telah dimulai sembilan tahun lalu.

KOMPAS/INGKI RINALDI–Sejumlah wisatawan mengabadikan gambar di puncak Gililawa Darat dalam kawasan Taman Nasional Komodo, di Komodo, Manggara Barat, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu. Wisatawan dari berbagai negara datang ke lokasi pelesiran itu untuk menyelam dan menyaksikan komodo (Varanus komodoensis).

“Saya pergi ke Pulau Komodo bertahun-tahun yang lalu sebagai turis dan saya melihat komodo di alam liar di sana. Aku tidak akan pernah menduga kalau suatu hari aku akan meneliti genom mereka. Kami bahkan tidak memiliki genom manusia pada waktu itu!” ujar Katherine Pollard, Direktur Institut Gladstone untuk Ilmu Data dan Bioteknologi, seperti dikutip Science Daily.

Tim peneliti itu mempelajari DNA dua komodo dari Kebun Binatang Atlanta bernama Slasher dan Rinca. Kedua komodo ini diambil darahnya untuk penelitian pengurutan genom. Setelah para ilmuwan memiliki urutan DNA, mereka menggunakan alat komputasi untuk membandingkannya dengan reptil lain dan melihat apa yang membuat genom komodo unik.

Secara khusus, mereka mencari perubahan dalam genom yang membantu komodo beradaptasi dengan lingkungannya. Genom ini telah mengalami proses evolusi yang disebut seleksi positif. Temuan luar biasa adalah bahwa seleksi positif telah membentuk beberapa gen yang terlibat dalam fungsi mitokondria, pembangkit tenaga energi sel yang mengontrol seberapa baik jantung dan fungsi otot lainnya.

“Analisis kami menunjukkan bahwa pada komodo, banyak gen terlibat dalam bagaimana sel membuat dan menggunakan energi berubah cepat dengan cara meningkatkan kapasitas aerobiknya,” kata Abigail Lind, peneliti lain di Institut Gladstone.

Perubahan-perubahan ini kemungkinan merupakan kunci bagi kemampuan komodo untuk mencapai metabolisme hampir seperti mamalia. “Studi kami menunjukkan bahwa rahasianya ada dalam adaptasi mitokondria untuk meningkatkan curah jantung mereka,” kata Mendelson.

Selain itu, para peneliti menemukan bahwa komodo, bersama dengan beberapa kadal lainnya, memiliki sejumlah besar gen yang menyandikan sensor kimia yang dikenal sebagai reseptor vomeronasal. Reseptor ini adalah bagian dari sistem sensorik canggih yang memungkinkan hewan mendeteksi hormon dan feromon.

Jenis penginderaan ini terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk pengenalan kerabat, pilihan pasangan, penghindaran pemangsa, dan perburuan. Dalam genom komodo, tim menemukan lebih dari 150 salinan satu kelas gen reseptor vomeronasal. Tim juga menemukan bahwa banyak dari gen-gen ini unik untuk setiap spesies kadal, yang memungkinkan reseptor vomeronasal komodo dapat berfungsi dengan cara spesifik komodo.

KOMPAS–Bayi komodo yang berumur lebih kurang satu minggu di Kebun Binatang Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Sebanyak 25 bayi komodo berhasil menetas dari 40 telur yang dihasilkan tiga induk komodo di kebun binatang ini. Bayi-bayi komodo dengan berat rata-rata antara 80-120 gram itu ditempatkan di kotak penangkaran.

“Akan menarik untuk menentukan apakah ini menjelaskan kemampuan komodo untuk mendeteksi mangsa dari jarak yang begitu jauh,” kata Benoit Bruneau, peneliti di Institut Gladstone.

Arti penting dari penelitian ini, kata Mendelson, jauh melebihi komodo. Hasil penelitian Ini memberi kerangka kerja memahami dasar genetik semua karakteristik hewan berevolusi. Proyek ini juga mengedepankan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati dan peran penting yang dapat dimainkan kebun binatang dalam penelitian skala luas tanpa mencelakai binatang.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 30 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB