Terumbu Karang Rusak

- Editor

Senin, 13 Maret 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemkab Raja Ampat Menuntut Ganti Rugi
Kapal pesiar Caledonian Sky menabrak rataan terumbu karang di sekitar Pulau Manswar, di area konservasi Taman Wisata Perairan Raja Ampat, Papua Barat. Pemerintah Kabupaten Raja Ampat akan minta ganti rugi kepada pengelola kapal atas kerusakan ekosistem itu.

“Kami berkoordinasi dengan semua pihak untuk mengomplain kapal itu,” kata Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati, Minggu (12/3), dihubungi dari Jakarta. Pihaknya akan menuntut ganti rugi kepada pengelola kapal.

Adrian Kaiba, Kepala Badan Layanan Umum Daerah Kawasan Konservasi Perairan Daerah, pengelola pariwisata di bawah Pemkab Raja Ampat, menjelaskan, insiden kapal pesiar menabrak rataan karang terjadi siang hari pada 4 Maret 2017. Saat mengetahui kejadian itu, pihaknya menerjunkan tim ahli dari Universitas Negeri Papua untuk menilai dampak kerusakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Penilaian masih dilakukan tim dari Unipa,” katanya. Bupati memerintahkan pihaknya menyiapkan kajian untuk menuntut ganti rugi pengelola kapal Caledonian Sky atas kerusakan terumbu karang di Raja Ampat.

Ricardo Tapilatu, Ketua Pusat Penelitian Sumber Daya Perairan di Unipa, yang ikut menilai kerugian akibat insiden itu, mengatakan, di lokasi di Selat Dampier itu, Unipa mengumpulkan data luasan kerusakan, bentuk kerusakan, dan jenis karang. Data lain adalah jenis karang dilindungi yang tertabrak kapal Caledonian Sky sepanjang 90 meter itu.

Tabrakan terjadi di seberang Kri Eco Resort, dekat Pulau Mansuar. Lokasi itu berada di Selat Dampier, di Raja Ampat, lewat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 36 Tahun 2014. Selat itu dihuni beragam jenis karang yang muncul ke permukaan saat air surut.

Kesalahan prosedur
Ricardo menduga, ada kesalahan prosedur operator kapal terkait kondisi alam di Selat Dampier. “Itu kapal pesiar besar kedalaman 5 meter dari permukaan air, menabrak karang yang di kedalaman 3 meter,” ujarnya.

Kapal diduga terjebak air surut seusai mengantarkan tamu mengamati burung di Waiego. Lalu, operator kapal memanggil tug boat dari Sorong untuk menariknya sehingga memperparah kerusakan terumbu karang. Karang rusak diperkirakan ada di area seluas 1.600 meter persegi.

Dari foto-foto di media sosial, terumbu karang rata dengan tanah, tertutup pasir putih. Karang berserakan ditimpa kapal berbobot lebih dari 4.000 ton itu.

Nobel Caledonia, operator kapal di Inggris, dalam The Guardian menyatakan akan bekerja sama dengan otoritas atas kasus itu. Kapal itu membawa 102 penumpang dan 79 kru menuju Filipina. (ICH)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Maret 2017, di halaman 13 dengan judul “Terumbu Karang Rusak”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 156 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB