Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann dan Giorgio Parisi Peraih Hadiah Nobel Fisika 2021

- Editor

Sabtu, 9 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemahaman tentang sistem fisikalis iklim Bumi yang kompleks dianugerahi penghargaan Nobel Fisika 2021. Tiga ilmuwan, Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann, dan Giorgio Parisi berbagai hadiah bergengsi itu.

Penghargaan Nobel Fisika 2021 diberikan kepada tiga ilmuwan yang pekerjaan kumulatifnya dapat diringkas dalam dua kata: Perubahan Iklim.

Syukuro Manabe dan Klaus Hasselmann diberi penghargaan “untuk pemodelan fisikalis iklim Bumi, mengukur variabilitas, dan memprediksi pemanasan global dengan andal.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara, Giorgio Parisi mendapat penghargaan “untuk penemuan interaksi ketidakteraturan dan fluktuasi dalam sistem fisika dari skala atom ke planet.”

Komite Nobel mengontak Parisi di rumahnya di Roma dari Stockholm, dan ketika ditanya apakah dia punya pesan untuk pertemuan para politisi di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa COP26, dia hanya menjawab: “Kita harus bertindak sekarang.”

Ilmu yang rumit menjadi lebih sederhana
Peraih Nobel Fisika tahun ini mendapat penghargaan untuk sains yang sangat kompleks. Namun, pada intinya ada keinginan untuk menerjemahkan sistem yang kompleks dan acak, tidak teratur, seperti peristiwa cuaca ekstrem di planet kita, menjadi bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami.

Thors Hans Hansson, seorang Profesor Fisika Teoritis dan ketua Komite Nobel Fisika mengatakan bahwa itulah fisika.

Ini bukan hanya tentang menggambarkan arus listrik yang mengalir melalui lampu untuk menghasilkan cahaya. Atau orbit bumi yang berbentuk elips mengelilingi matahari. Ini tentang menggunakan “teori dasar materi untuk menjelaskan fenomena dan proses kompleks, seperti bagaimana terbentuknya struktur kaca atau perkembangan iklim bumi,” kata Hansson.

Hal itu membutuhkan “intuisi yang dalam” dan “kecerdasan matematika,” kata Hanssen, seraya menambahkan pemenang tahun ini adalah “master sejati.”

Karya Nobel Fisika 2021
Pertama, Syukuro Manabe, yang pada 1960-an mulai bekerja untuk menunjukkan bagaimana peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi.

Sekitar 10 tahun kemudian, Klaus Hasselmann menciptakan model yang menghubungkan cuaca dan iklim. Karya ini menjelaskan mengapa model iklim “dapat diandalkan meskipun cuaca berubah dan kacau,” tulis Komite.

Dan mungkin yang paling penting bagi non-ilmuwan, Hasselmann mengembangkan metode untuk mengidentifikasi fenomena alam mana dan aktivitas manusia mana yang meninggalkan jejak pada iklim global kita.

“Metodenya telah digunakan untuk membuktikan bahwa peningkatan suhu di atmosfer disebabkan oleh emisi karbon dioksida manusia,” tulis Komite.

Kemudian pada 1980-an, Giorgio Parisi menemukan “pola tersembunyi dalam materi kompleks yang tidak teratur”. Temuan ilmiah itu berkontribusi pada teori umum sistem kompleks.

Pekerjaan Parisi mungkin tampak tidak berhubungan dengan ilmu iklim, tetapi iklim adalah salah satu sistem yang paling kompleks, dan kita menggunakan matematika dan semakin banyak pembelajaran mesin untuk memahaminya dengan lebih baik.

“Penemuan [ini] menunjukkan bahwa pengetahuan kita tentang iklim bertumpu pada dasar ilmiah yang kuat,” kata Hanssen.

Mengenal para peraih Nobel lebih dalam
Syukuro Manabe adalah ahli iklim dan meteorologi di Universitas Princeton di AS. Manabe adalah salah satu yang pertama menggunakan pemodelan komputer untuk mempelajari dan mengeksplorasi peran gas rumah kaca dalam mempertahankan dan mengubah struktur termal atmosfer bumi.

Klaus Hasselmann adalah ahli meteorologi di Institut Meteorologi Max Planck di Jerman. Hasselmann tertarik pada ilmu kelautan dan penginderaan jauh iklim bumi dengan teknologi satelit.

Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italia, adalah seorang fisikawan teoretis yang sudah merilis lebih dari 500 makalah ilmiah atas namanya. Karya Parisi mencakup teori string, sistem tidak teratur dan ilmu komputer.

Penghargaan berusia 120 tahun
Ini adalah Penghargaan Nobel ke-120. Dan dari waktu ke waktu, komite penghargaan ini memupuk reputasi lewat penetapan amat rahasia dan ketat. Sangat sering memberikan penghargaan kepada lebih dari satu orang tetapi maksimal tiga orang.

Komite Penghargaan Nobel secara tegas mengatakan, jika pada tahun mana pun dianggap tidak ada nominasi yang layak, mereka berhak untuk membiarkan hadiah uang bergulir ke tahun berikutnya.

Pemenang tahun ini menerima hadiah uang tunai 10 juta Krona Swedia (Rp16 miliar), Medali Nobel dan berbagai pernak-pernik lainnya.
Tetapi mereka harus menunggu hingga 10 Desember, karena tradisi pembagian hadiah diberikan pada acara jamuan makan malam di Stockholm. (pkp/as)

Sumber: Deutsche Welle

——————————————————

Tiga Ilmuwan Menangkan Penghargaan Nobel Fisika 2021

Penghargaan Nobel untuk bidang fisika pada tahun 2021 diberikan pada Syukuro Manabe, Klaus Hasselmann, dan Giorgio Parisi.
Manabe dan Hasselmann dianugerahi penghargaan nobel di bidang fisika untuk ‘pemodelan fisika dari iklim Bumi, kuantifikasi variabel dan memprediksi pemanasan global dengan andal.’

Sementara Parisi dianugerahi penghargaan tersebut untuk ‘temuannya pada interaksi ketidakteraturan dan fluktuasi dalam sistem fisika dari skala atom ke planet.’

Mereka diberikan penghargaan tersebut untuk ‘kontribusinya dalam melakukan terobosan pada pemahaman kita tentang sistem fisika yang kompleks.’

Penghargaan pada ketiga orang tersebut diumumkan melalui Twitter resmi Penghargaan Nobel @NobelPrize.

“Akademi Royal Ilmu Pengetahuan Swedia telah menentukan untuk menghadiahi #PenghargaanNobel 2021 bidang Fisika pada Sukuro Manabe, Klaus Hasselmann and Giorgio Parisi ‘kontribusinya dalam melakukan terobosan pada pemahaman kita tentang sistem fisika yang kompleks,'” tulisnya pada Selasa (5/10)

Penghargaan ini diumumkan oleh The Royal Swedish Academy of Sciences pada Selasa (5/10), sehari setelah pengumuman nama pemenang penghargaan di bidang medis.

Manabe merupakan Meteorolog senior di Universitas Princeton yang sudah dikenal dengan demonstrasinya mengenai peningkatan karbondioksida di atmosfer menyebabkan peningkatan suhu permukaan Bumi.

Sedangkan Hasselmann merupakan seorang profesor di Institut Meteorologi Max Planck di Jerman. Keduanya, telah membuat sebuah model yang menghubungkan cuaca dan iklim, model tersebut menjawab pertanyaan mengapa model iklim dapat diandalkan meskipun cuaca berubah-ubah dan kacau.

Parisi berhasil memenangkan Nobel untuk kali kedua. Profesor dari Universitas Sapienza di Roma ini sebelumnya telah mendapatkan hadiah Nobel untuk temuannya tentang pola tersembunyi pada material kompleks tak teratur. Temuan tersebut menjadi salah satu kontribusi penting dalam teori sistem kompleks.

Dilansir dari India Today, Thor Hans Hansson, Ketua Komite Nobel Bidang Fisika mengatakan, “Temuan yang diakui tahun ini menunjukkan bahwa pengetahuan kita tentang iklim bersandar pada pondasi ilmu pengetahuan yang kokoh, berdasarkan analisis pengamatan yang teliti. Tahun ini para pemenang telah berkontribusi memberikan kita wawasan yang lebih dalam tentang sifat dan evolusi sistem fisika yang kompleks.”

Pada tahun sebelumnya, peneliti yang mendapatkan penghargaan Nobel di bidang fisika adalah Roger Penrose dari Universitas Oxford, Reinhard Genzel dari Max Planck Institute for Extraterrestrial Physics, dan Andrea Ghez dari Universitas Los Angeles.

Mereka diberi penghargaan Nobel atas penelitiannya tentang lubang hitam.

Sampai saat ini sudah tercatat 216 orang yang mendapat penghargaan Nobel di bidang fisika atas kontribusi mereka dalam bidang tersebut. (lnn/eks)

Sumber: CNN Indonesia | Selasa, 05/10/2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 29 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB