Surfaktan Kelapa Sawit Bantu Pengurasan Minyak

- Editor

Kamis, 28 Agustus 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tim Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) Institut Pertanian Bogor mengembangkan surfaktan metil ester sulfonat dari minyak sawit. Cairan kimia itu untuk mendukung teknologi pemulihan produksi minyak bumi tingkat lanjut (enhanced oil recovery) PT Pertamina EP di Lapangan Tanjung, Kalimantan Selatan.

Atas inovasi itu, pada 2014, tim itu dianugerahi penghargaan Energi Prakarsa Kelompok Masyarakat dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Menurut anggota tim peneliti, Mira Rivai, Senin (25/8), di Bogor, Jawa Barat, selama ini surfaktan diimpor dari Tiongkok dan Amerika Serikat serta dihasilkan dari bahan petroleum atau energi fosil. Untuk itu, SBRC meneliti surfaktan dari minyak sawit yang merupakan energi terbarukan. Surfaktan berfungsi menurunkan tegangan antarmuka untuk menyatukan minyak dan air dalam sumur. Ketua tim yang juga Guru Besar IPB, Erliza Hambali, memaparkan, riset itu dilakukan sejak 1998. Pada 2009-2011, uji skala lab dilakukan bersama Pertamina. Pada 2013, surfaktan diuji di Tanjung selama 10 bulan. Satu sumur diinjeksi larutan yang mengandung surfaktan 1.000 barrel per hari. Hasilnya, setelah dipantau, produksi minyak satu sumur naik 3-4 kali lipat dari 10 barrel per hari menjadi 30-40 barrel per hari. (BRO)

——————
Invention Award 2014 LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Selasa (26/8), memberikan penghargaan Invention Award LIPI 2014 kepada sejumlah peneliti pada tiga penemuan baru, yakni proses pembuatan antibiotik, ester kalanon untuk obat anti kanker usus dan leukemia, dan alat pengambil contoh material laut. Penghargaan diberikan Kepala LIPI Lukman Hakim kepada para peneliti pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-47 LIPI di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI, Bogor, Jawa Barat. Dua penelitian pertama merupakan temuan senyawa obat dari bahan alam Indonesia. Invensi yang dipatenkan itu mendorong kemandirian pemenuhan kebutuhan obat dalam negeri. Salah satu penemu, peneliti pada Pusat Penelitian Kimia LIPI, Muhammad Hanafi, mengatakan, dari dua invensi itu, ia dan tim menemukan senyawa dari mikroba tanah, bakteri Pseudomonas pycocynea, serta ester kalanon dari getah pohon bintangor batu (Calophyllum teysmannii), yang berpotensi menjadi bahan obat antibiotik dan anti kanker. Anggota tim, Linar Zalinar Udin, menambahkan, melalui penelitian itu, timnya berusaha menemukan senyawa yang secara struktural mirip senyawa dari obat komersial yang biasa digunakan untuk antibiotik dan anti kanker. (A03)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masih Muda tetapi Beruban Pertanda Stres
Pemungutan Suara Elektronik untuk Pilkades
Dwikorita Menjadi Kepala BMKG
Pelajar Indonesia Raih Prestasi Tingkat Dunia
Kartu Kredit Berikut Pemindai Sidik Jari
Ampas Tahu Pengganti “Styrofoam” Dapat HKI
Harapan Baru untuk Baterai Litium-Sulfur
Penyimpanan Data Tingkat Atom Dirintis
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 24 Januari 2020 - 11:43 WIB

Masih Muda tetapi Beruban Pertanda Stres

Kamis, 29 Maret 2018 - 10:37 WIB

Pemungutan Suara Elektronik untuk Pilkades

Minggu, 5 November 2017 - 13:56 WIB

Dwikorita Menjadi Kepala BMKG

Rabu, 26 April 2017 - 10:39 WIB

Pelajar Indonesia Raih Prestasi Tingkat Dunia

Selasa, 25 April 2017 - 08:03 WIB

Kartu Kredit Berikut Pemindai Sidik Jari

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB