Rekor Teknologi Penangkapan Karbondioksida Tertinggi

- Editor

Senin, 8 Juni 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peneliti dari Monash University dan CSIRO (lembaga riset Pemerintah Australia) merekam catatan penangkapan dan penyimpanan karbondioksida tertinggi. Itu dilakukan dengan inovasi teknologi penangkapan karbondioksida.

KOMPAS/YOLA SASTRA–Warga sedang menanam ketela pohon di salah satu kebun di Desa Sijantang, Sawahlunto, Sumatera Barat, Kamis (17/10/2019), yang lokasinya tidak jauh dari PLTU Ombilin. Sebagian besar warga di sekitar PLTU Ombilin resah karena terpapar abu beberapa tahun belakangan.

Peneliti dari Monash University dan CSIRO (lembaga riset Pemerintah Australia) merekam catatan penangkapan dan penyimpanan karbondioksida tertinggi. Pencatatan itu dilakukan dengan menggunakan teknologi menyerupai spons yang diisi dengan sejumlah magnet.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mereka memanfaatkan penggunaan nanokomposit kerangka kerja organik logam (MOFs) yang dapat diregenerasi dengan kecepatan luar biasa dan biaya energi yang rendah. Itu menciptakan teknologi seperti spons yang dapat menangkap karbondioksida dari sejumlah sumber, bahkan langsung dari udara.

Spons magnetik yang digunakan untuk menghilangkan karbondioksida ini menggunakan teknik yang sama seperti kompor induksi. Namun, teknologi tersebut diklaim lebih hemat energi karena menggunakan sepertiga energi daripada metode lain.

Associate Professor Matthew Hill (CSIRO dan Departemen Teknik Kimia, Universitas Monash) dan Dr Muhammad Munir Sadiq (Departemen Teknik Kimia, Universitas Monash) memimpin penelitian yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Cell Reports Physical Science.

Para peneliti merancang bahan adsorben atau bahan penyerap unik yang disebut M-74 CPT @ PTMSP yang memberikan rekor biaya energi rendah hanya 1,29 megajoule per kilogram CO2 atau 45 persen di bawah bahan yang digunakan secara komersial, dan memiliki efisiensi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).

MOF adalah kelas senyawa yang terdiri dari ion logam yang membentuk bahan kristal dengan luas permukaan terbesar dari setiap bahan yang dikenal. Faktanya, MOF begitu keropos sehingga partikel ini dapat memenuhi seluruh permukaan lapangan sepakbola dalam satu sendok teh.

“Kekhawatiran global pada kenaikan tingkat emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan yang terkait telah menyebabkan seruan baru untuk pengurangan emisi dan pengembangan sumber energi alternatif hijau dan terbarukan,” kata Hill dalam Sciencedaily, 3 Juni 2020.

WRI INDONESIA—Sejumlah skenario emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Dibutuhkan pengurangan emisi yang mengarah pada nol emisi untuk menekan suhu bumi tak bertambah 2 derajat Celcius. Sumber grafis dari World Resources Institute Indonesia.

Namun, teknologi penangkapan karbon komersial yang ada menggunakan amina seperti monoethanolamine, yang sangat korosif, intensif energi, dan menangkap sejumlah kecil karbon dari atmosfer. Riset mereka menunjukkan energi regenerasi terendah yang dilaporkan yang dihitung untuk setiap adsorben berpori padat, termasuk monoethanolamine, piperazine dan amina lainnya.

“Ini membuatnya menjadi metode murah yang dapat dipasangkan dengan energi surya terbarukan untuk menangkap kelebihan karbondioksida dari atmosfer,” kata dia.

Pada dasarnya, karbondioksida dapat ditangkap dari mana saja. Fokus para peneliti tersebut saat ini adalah menangkap langsung dari udara yang dikenal sebagai teknologi emisi negatif. Agar MOF dapat digunakan dalam aplikasi CCS, penting untuk memiliki bahan yang dapat dengan mudah dibuat dengan stabilitas dan kinerja yang baik.

Stabilitas M-74 CPT @ PTMSP dievaluasi dengan memperkirakan jumlah CO2 dan H2O yang ditangkap dan dilepaskan melalui proses adsorpsi ayunan induksi magnetik (MISA) selama 20 siklus berturut-turut.

Energi regenerasi yang dihitung untuk M-74 CPT @ PTMSP adalah yang terendah dilaporkan untuk setiap adsorben berpori padat. Pada medan magnet 14 dan 15 mT, energi regenerasi yang dihitung untuk M-74 CPT adalah 1,29 dan 1,44 MJ kg CO2-1.

Meski teknologi ini membantu penyerapan dan penangkapan karbondioksida, sejumlah peneliti masih meyakini bahwa tumbuhan, terutama pepohonan berkayu, merupakan “teknologi alami” penyerapan dan penangkapan karbondioksida yang belum terkalahkan. Perlindungan hutan dan restorasi/rehabilitasi hutan serta lahan merupakan langkah wajib untuk memitigasi perubahan iklim.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 8 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB