Promosi Doktor ;Pita Maha, Embrio Seni Rupa Modern Bali

- Editor

Minggu, 11 Oktober 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gerakan sosial seni lukis Pita Maha merupakan gelombang praktik seni lukis yang tumbuh secara masif berbasis habitus pembaruan, dukungan modal budaya, modal simbolis, dan modal ekonomi dari komponen penyangga seni di dalam arena seni yang kompleks.

“Pita Maha dibentuk oleh dua macam ideologi, yakni ideologi tentang kebebasan mencipta karya seni dan ideologi estetika yang berhubungan dengan prinsipprinsip keindahan seni lukis Bali modern,” kata I Wayan Adnyana dalam ujian terbuka Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Jumat (9/10), dengan ketua tim penguji Prof Dr Djohan MSi.

Wayan Adnyana, yang mempunyai panggilan akrab Kun, lulus dan berhak menyandang gelar doktor dengan predikat sangat memuaskan. Dosen yang mengajar di STSI Denpasar itu menyajikan hasil penelitiannya yang berjudul “Pita Maha, Gerakan Sosial Seni Lukis Bali 1930-an”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pita Maha dalam sejarah seni lukis Bali merupakan tonggak pembaruan penting. Sejumlah pengamat seni dan budayawan menggolongkan Pita Maha sebagai organisasi yang menyatukan pelukis Bali yang mempunyai langgam baru pada 1930-an.

Namun, menurut Kun, Pita Maha belum teridentifikasi secara tegas apakah sebuah organisasi seniman, koperasi seni, sekadar praktik seni bersama, atau sebuah gerakan sosial berbasis praktik seni lukis dengan ideologi yang jelas. Bahkan, majalah Djataju (edisi 25 Maret 1938) menyindir Pita Maha sebagai “Peroesahaan Barang Keradjinan Bali” dalam sebuah artikelnya. Hal-hal itulah yang menjadi latar belakang Kun meneliti apa itu Pita Maha.

Peta seni rupa
Kun menjelaskan, peta sejarah seni rupa Bali pra-Pita Maha diwarnai praktik seni berbasis modal budaya dan simbolis tradisional yang dikeluarkan raja. Sekitar tahun 1920, muncul gelombang praktik seni lukis remaja Ubud. “Hal ini dibarengi dengan kehadiran masyarakat penyangga seni seperti patronase Puri Ubud Tjokorda Gde Raka Sukawati dan Tjokorda Gde Agung Sukawati bersama pelukis barat Walter Spies dan Rudolf Bonnet,” katanya.

kun3Pada 1930-an, industri pariwisata Bali memberi apresiasi terhadap praktik seni lukis dari Ubud itu sehingga menghasilkan modal ekonomi. Untuk menjaga keberlangsungan praktik seni lukis baru itu, kata Kun, para komponen penyangga menyadari perlunya tata kelola dan tindakan sosial yang semakin meluas dengan mendirikan Pita Maha pada 1936. (SIG)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Oktober 2015, di halaman 12 dengan judul “Pita Maha, Embrio Seni Rupa Modern Bali”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 15 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:41 WIB

Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial

Berita Terbaru

Profil Ilmuwan

Mengenal Achmad Baiquni, Ahli Nuklir Pertama Indonesia Kelahiran Solo

Selasa, 29 Apr 2025 - 12:44 WIB

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB