Libur panjang akhir pekan di antaranya dimanfaatkan warga untuk mengunjungi wahana pengetahuan, seperti planetarium dan pusat peraga iptek. Namun, niat menambah wawasan terganjal alat peraga dan wahana yang masih diperbaiki.
Pengunjung Pusat Peragaan Iptek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) berkurang hingga 50 persen. Petugas tiket, Rani, menyatakan, hingga pukul 14.00 baru sekitar 600 tiket terjual. “Kalau hari biasa, sehari 2.000 pengunjung. Hari libur biasanya 1.000,” ujarnya, Jumat (6/5).
Di PP Iptek, pukul 11.00-15.00, sebagian besar pengunjung adalah keluarga dengan anak-anak balita hingga remaja. Pengunjung mendominasi sejumlah alat peraga di lantai satu dan dua. Area yang ramai dikunjungi adalah area peneliti cilik, wahana listrik dan magnet, serta wahana getaran dan gelombang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lantai tiga yang berisi wahana pandemik influenza dan flu burung serta ruang peneliti terlihat sepi tanpa pengunjung. Di lantai itu, wahana peraga influenza ditutup untuk umum karena kerusakan listrik. Arena zona ozon ditutup dengan tali pembatas tanpa pengumuman jelas.
Sri, pengunjung dari Bekasi, mengatakan, tujuannya mengajak kedua anaknya ke PP Iptek adalah agar mereka tahu alat-alat teknologi yang digunakan sehari-hari. “Lebih baik diajak ke sini biar pengetahuannya bertambah, sekalian memberikan pelajaran ke anak-anak,” ujar Sri.
Sementara itu, Eko Yuwani diajak anaknya kelas X SMA. “Dia hobi fisika. Saya sudah dua jam di sini,” ujar pengunjung asal Trenggalek, Jawa Timur, itu.
ARETA ARLIZAR–Kristian, pemandu di Pusat Peraga Iptek Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, menyiapkan peluncuran roket air bersama pengunjung anak-anak, Jumat (6/5). PP Iptek menyediakan 13 program sains setiap hari bagi para pengunjung, termasuk peluncuran roket air yang diminati pengunjung.
Peragaan favorit pengunjung adalah peragaan roket air dan rumah simulasi gempa. “Ada juga wahana gyro extreme,” ujar Putri, petugas PP Iptek.
Sementara itu, sejumlah pengunjung Planetarium dan Observatorium Jakarta kecewa. Selain tanggal merah, tempat itu tutup karena ruang pertunjukan teater bintang dalam perbaikan.
Jumat pagi hingga siang, puluhan warga dari luar Jakarta mendatangi planetarium di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Namun, mereka tertahan di pintu masuk dan mendapat penjelasan dari petugas bahwa planetarium tutup.
Pada papan pengumuman di pintu masuk tertulis, planetarium hanya buka hari biasa, Senin-Jumat, untuk pameran astronomi dan peneropongan Matahari. Peneropongan Bulan dan Jupiter dilaksanakan enam kali sepanjang Mei, juga hari biasa. Pertunjukan teater bintang belum dibuka sejak Juli 2015.
Salah satu pengunjung, Tati (47), dari Bandar Lampung, datang bersama suami dan kedua anaknya. “Seharusnya libur tanggal merah tetap buka. Perbaikan peralatan pertunjukan juga terlalu lama,” katanya.
Pengunjung lain, Wepe (43) asal Bekasi, mengajak kedua anaknya. Ia tidak tahu planetarium tutup setiap tanggal merah. “Mau tidak mau memang harus cek website untuk mengetahui jadwalnya,” ujarnya.
Menurut Wepe, pertunjukan planetarium merupakan wisata murah meriah. Dengan Rp 12.000 per orang, pengunjung bisa berwisata sambil mendapatkan edukasi. “Jadi, liburan tidak sekadar jalan-jalan, tetapi lebih berbobot dengan mendapat ilmu pengetahuan,” ucapnya.
Petugas planetarium, Didin Rosidin, menjelaskan, sejak Juli 2015, ada kerusakan proyektor utama untuk pertunjukan teater bintang. Penanganan lama karena pihaknya menunggu kucuran dana APBD guna mendatangkan peralatan dari Jerman.
“Mesin sudah siap, tapi pertunjukan untuk umum belum dibuka. Teknisi masih terus mengecek agar alat bekerja optimal,” ujarnya. (C01/C03)
———
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 Mei 2016, di halaman 14 dengan judul “Planetarium dan Peraga Iptek Masih Diminati”.