Home / Berita / Banyak Pusat Sains Ditutup

Banyak Pusat Sains Ditutup

Sebanyak 15 pusat sains di daerah ditutup dan ada juga yang digabung dengan unit lain di daerah, terutama karena kekurangan dana. Pemerintah daerah seharusnya mendukung pusat sains.

Pusat sains yang menyediakan alat dan wahana peragaan iptek telah ada di 24 propinsi. Namun kini sekitar 70 persen atau 15 prasarana edukasi iptek itu berstatus tidak aktif, bahkan telah ditutup dan digabung dengan unit lain. Keterbatasan anggaran dan tenaga kerja serta perubahan kebijakan pemerintah daerah yang menjadi pangkal masalahnya.

Mochammad Syachrial Annas, Ketua Asosiasi Science Center Indonesia, mengungkapkan hal ini di Jakarta, Rabu (6/6). Dari 24 pusat sains kondisinya bervariasi tergantung pada komitmen di internal daerah.

Pusat sains yang tidak aktif, kata Syachrial yang juga Direktur Pusat Peragaan Iptek Taman Mini Indonesia Indah, disebabkan beberapa faktor kondisi di daerah, antara lain perubahan pimpinan daerah seperti di Kalimantan Timur.

Adapun di Sulawesi Tenggara, pengelolaan pusat sains dialihkan karena ada restrukturisasi kelembagaan di pemerintah daerah. Pengelolaan Pusat Sains Cilacap juga dialihkan, dari museum ke pemda.

ARETA ARLIZAR UNTUK KOMPAS–Pemandu di Pusat Peraga Iptek Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta (kaos merah) tengah mempersiapkan peluncuran roket air bersama pengunjung anak-anak, Jumat (6/5/2016). PP Iptek menyediakan 13 program sains tiap hari bagi para pengunjung, termasuk peluncuran roket air ini.

Ika Mian dari bagian promosi dan kerja sama Pusat Peragaan Iptek menambahkan, status pusat sains di daerah yang tidak aktif, tidak membuka layanan kunjungan siswa. “Jadi statusnya dorman, ditutup sementara, namun lembaganya masih ada,” ujarnya.

Lebih lanjut, Syachrial mengatakan, ada pusat sains yang tak mengembangkan alat peragaan dan programnya. Faktor utama karena kendala anggaran. Pusat sains yang masuk kategori ini adalah Science Center Kalimantan Selatan, Pusat Sains Kalimantan Timur, Pusat Sains dan Budaya Sulawesi Selatan, Science Center Sawah Lunto, dan Graha Teknologi Palembang. Pusat sains di Palembang ini dimerger dengan Pusat Teknologi dan Komunikasi.

Ia menambahkan, pusat sains yang status ditutup ada di Kendari, Sulawesi Tenggara. Penutupan ini terkait dengan keputusan pemda setempat yang tidak memberikan alokasi anggaran untuk pengelolaan pusat sains tersebut. “Pusat sains di Kendari tutup sejak tahun 2017, sambil nunggu perubahan struktur pengelola,” tambah Syachrial.

Pusat sains yang status ditutup ada di Kendari, Sulawesi Tenggara. Penutupan ini terkait dengan keputusan pemda setempat yang tidak memberikan alokasi anggaran untuk pengelolaan pusat sains tersebut.

Pusat sains yang aktif dan berkembang karena melibatkan unsur academician, businessmen, goverment (ABG) dalam operasional dan pengembangannya. Pusat sains didaerah, kata Syachrial, umumnya tidak didukung pemda atau dinas pendidikan setempat. Mereka tidak mewajibkan sekolah-sekolah berkunjung ke pusat sains. Taman Pintar Yogyakarta berkembang karena pengelolanya dan Wali Kota Yogyakarta mewajibkan semua sekolah berkunjung ke Taman Pintar.

Rekomendasi
Syachrial mengatakan, pihaknya telah memberi rekomendasi solusi kepada pemda setempat untuk melibatkan perguruan tinggi. Ada pun Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan kewenangannya mendorong agar perguruan tinggi di daerah terlibat dalam pengelolaan pusat sains dan menambah materi peraga iptek.

“Sebenarnya banyak alat peraga yang dihasilkan para mahasiswa dari univesitas eks-IKIP antara lain Universitas Negeri Jakarta. Karya mereka bisa mencapai ribuan, dapat menambah materi peraga di pusat-pusat peragaan iptek,” ucap Syachrial.

Banyak alat peraga yang dihasilkan para mahasiswa dari univesitas eks-IKIP antara lain Universitas Negeri Jakarta. Karya mereka bisa mencapai ribuan, dapat menambah materi peraga di pusat-pusat peragaan iptek.

Selama ini Pusat Peragaan Iptek yang berada di bawah Kemristekdikti terlibat dalam pendirian pusat sains di daerah melalui program insentif, yaitu pemberian hibah 18 peraga untuk pusat sains yang baru dibangun di daerah. Namun dukungan anggaran untuk penyediaan alat peraga iptek ini berkurang untuk tahun ini, dari semula Rp 300 juta menjadi Rp 150 juta.

Diakui Syachrial, selama ini Pusat Peragaan Iptek yang berdiri sejak 1991 belum dapat mandiri dalam hal pendanaan. Dari total anggaran sekitar Rp 16 miliar, yang berasal dari pemasukan Pusat Peragaan Iptek hanya Rp 6 miliar per tahun.

Meski demikian, Kemristekdikti menargetkan pembangunan pusat sains di 34 provinsi. Oktober 2018 akan diresmikan pusat sains di Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tengah.

Pusat Peragaan Iptek Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang merupakan referensi pusat sains di Indonesia akan dikembangkan secara integratif dan komprehensif menjadi pusat sains kelas dunia. Selain itu juga diposisikan sebagai titik temu pembudayan iptek bagi masyarakat dan hub komunikasi antarpemangku kepentingan.

Untuk meningkatkan status Pusat Peragaan Iptek, upaya penambangan alat peraga dan wahana terus dilakukan, termasuk penambahan wahana, yaitu wahana eco garden dan wahana inovasi. Tingkat kunjungannya pun dinaikkan dari 600.000 menjadi 1 juta per tahun.

Sumber: Kompas, 7 Juni 2018

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d blogger menyukai ini: