Metode Baru Deteksi Virus Dengue Perlu Dikembangkan

- Editor

Selasa, 14 Januari 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Staf World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta memberi makan nyamuk Aedes aegypti yang telah mengandung bakteri Wolbachia, Selasa (26/2/2019), di Laboratorium Entomologi WMP Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. WMP merupakan program penelitian penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) menggunakan bakteri Wolbachiaa. Di Indonesia, WMP dijalankan di Yogyakarta atas kerja sama Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM)  serta Yayasan Tahija.

Staf World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta memberi makan nyamuk Aedes aegypti yang telah mengandung bakteri Wolbachia, Selasa (26/2/2019), di Laboratorium Entomologi WMP Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. WMP merupakan program penelitian penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) menggunakan bakteri Wolbachiaa. Di Indonesia, WMP dijalankan di Yogyakarta atas kerja sama Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Yayasan Tahija.

Demam berdarah dengue di Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Teknik baru deteksi virus dengue perlu dikembangkan, salah satunya melalui identifikasi protein antigen NS-1. Tujuannya agar pasien tidak semakin parah.

Deteksi infeksi virus dengue yang ideal masih belum ditemukan saat ini. Pengembangan metode baru yang lebih cepat dan tepat dalam deteksi dini sangat diperlukan agar kondisi pasien yang terinfeksi tidak semakin parah.

Infeksi virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah dengue masih menjadi persoalan di masyarakat, baik di tingkat global maupun nasional. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus infeksi virus dengue semakin meningkat dengan total kasus mencapai 2,5 miliar orang. Indonesia tercatat menduduki peringkat nomor dua dengan kasus terbanyak setelah Brazil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Infeksi virus dengue memiliki gejala awal berupa demam. Gejala ini mirip dengan gejala penyakit lain sehingga diagnosisnya terkadang salah. Karena itu, pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, terutama pemeriksaan yang cepat serta memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi,” ujar Widoretno saat mempertahankan disertanya di depan para penguji untuk meraih gelar doktor bidang Ilmu Biomedik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Senin (13/1/2020).

KOMPAS/DEONISIA ARLINTA–Widoretno

Atas disertasi yang berjudul “Pengembangan Deteksi Protein Struktural 1 (NS-1) Virus Dengue Berbasis Metode Surface Plasmon Resonance (SPR)”, Widoretno lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,8. Adapun promotor dalam penulisan disertasi ini adalah Guru Besar Tetap Mikrobiologi Klinik FKUI, Agus Syahrurachman.

Menurut Widoretno, teknik deteksi melalui identifikasi protein antigen NS-1 dalam virus dengue paling berpotensi untuk dikembangkan. Itu karena teknik ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang paling tinggi dibanding teknik lain seperti isolasi virus, identifikasi materi genetik, dan deteksi respons imun. Sensivisitas adalah kemampuan suatu tes untuk menyatakan seseorang positif sakit, sementara spesifisitas adalah kemampuan suatu tes untuk menyeatakan seseorang negatif sakit.

Dalam penelitian itu, ia juga menyampaikan, deteksi NS1 virus dengue dengan metode SPR sangat berpotensi untuk dikembangkan secara lebih lanjut. Selain karena sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, hasil dari metode ini juga data dilihat secara kuantitatif serta sesuai dengan waktu yang sesungguhnya. Penggunaannya dapat disederhanakan pula dengan menggunakan ponsel.

“Metode SPR dapat dijadikan alternatif metode deteksi dini infeksi virus dengue. Dari hasil penelitian pada sampel klinis yang diuji, kemampuan metode SPR untuk deteksi protein NS1 virus dengue mencapai 100 persen dengan selang kepercayaan 80-100 persen dari seluruh sampel yang positif menderita infeksi virus dengue. Hasil serupa juga ditemukan untuk mendeteksi sampel yang tidak terinfeksi,” ujar Widoretno.

Agus menuturkan, penelitian yang dilakukan Widoretno perlu dikembangkan lebih lanjut agar menghasilkan kit sederhana deteksi NS1 virus dengue yang efektif dan efisien. Selain itu, metode SPR juga bisa dikembangkan untuk mendeteksi penyakit lain, seperti sars, respiratory syncytial virus atau virus yang menyerang saluran penrpasan, dan kanker.

“Penelitian ini bisa dikembangkan melalui pengembangan bersama bidang keilmuan lainnya, seperti dari bidang teknik, kedokteran, dan biomedik. Tujuannya agar nantinya bisa diaplikasikan sehingga bermanfaat secara langsung bagi masyarakat luas,” ujar Agus.

Oleh DEONISIA ARLINTA

Editor: ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 13 Januari 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB