Lulusan Baru SMA Mendominasi Pendaftar ke Universitas Terbuka

- Editor

Jumat, 6 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Calon mahasiswa baru di Universitas Terbuka cenderung didominasi lulusan baru sekolah menengah atas. Hal itu dipicu mahalnya biaya pendidikan tinggi serta kemudahan mengakses pelajaran jarak jauh melalui internet.

KOMPAS/MEDIANA–Kompleks Universitas Terbuka Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten.

Sekitar sepuluh tahun terakhir, profil calon mahasiswa baru di Universitas Terbuka cenderung didominasi lulusan baru sekolah menengah atas. Mahalnya biaya pendidikan tinggi serta kemudahan mengakses pelajaran jarak jauh melalui internet menjadi faktor yang memengaruhi tren itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat saat ditemui di sela-sela Rapat Kerja Nasional UT 2020, Kamis (5/3/2020), di kompleks kampus UT Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, secara spesifik mencontohkan penerimaan mahasiswa baru tahun 2019, yakni 70 persen dari total 90.000 orang pendaftar adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA), termasuk sekolah menengah kejuruan dan Kejar Paket C.

Satu dekade sebelumnya, mahasiswa di UT didominasi karyawan baik berlatar aparatur sipil negara (ASN) maupun tidak. Sebagai gambaran, 80 persen dari sekitar 1,72 juta alumni UT berprofesi sebagai guru, pegawai ASN, dan karyawan swasta. Mereka menempuh pendidikan tinggi di UT untuk memperbaiki kompetensi sehingga tetap relevan dengan instansi mereka bekerja.

Bagi karyawan ASN, khususnya, mereka umumnya dibiayai oleh instansinya untuk belajar di UT karena sejumlah pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota dan provinsi gencar menandatangani nota kesepahaman kerja sama dengan UT.

Sejalan dengan tren lulusan baru SMA/SMK mendaftar mahasiswa di UT, Ojat menyebut munculnya angkatan kerja yang mengambil belajar kompetensi keahlian tertentu berdurasi pendek atau disebut juga microlearning. Modul microlearning memiliki struktur pembelajaran yang terdiri dari satu pengenalan konsep, satu aktivitas yang harus dilakukan, dan satu perubahan perilaku. Sebagai contoh, keterampilan las. UT bekerja sama dengan Universitas Indonesia untuk pengembangan modul microlearning keterampilan las.

”Mahasiswa berlatar belakang angkatan kerja mengambil modul microlearning keterampilan las dasar pertama. Apabila merasa ingin tambah keterampilan, mereka ambil modul lanjutan. Pelaksanaannya mirip pendidikan vokasi,” ujarnya.

Menurut Ojat, UT yang berdiri sejak 1984 kini mengoptimalkan sistem pembelajaran jarak jauh berbasis internet. Mahasiswa yang tinggal jauh dari lokasi UT dapat tetap mengikuti pelajaran dengan mengunduh materi dan menyelesaikan tugas sampai mereka lulus.

Pihak UT pun terbuka bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri dan swasta yang ingin materi mata pelajaran mereka disebarluaskan lewat internet. Ada 14 perguruan tinggi swasta, seperti Politeknik Negeri Batam dan Universitas Tarumanagara, bekerja sama dengan UT. Sekitar 4.000 mahasiswa non-UT sudah mengakses mata pelajaran.

KOMPAS/MEDIANA–Bupati Kabupaten Sanggau Paolus Hadi (kiri) dan Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat

Masyarakat di pelosok
Bupati Kabupaten Sanggau Paolus Hadi menyampaikan, keberadaan UT tetap relevan bagi masyarakat di pelosok dan perbatasan yang ingin mengakses pendidikan tinggi dan meraih gelar sarjana. Tawaran belajar jarak jauh berbasis internet memudahkan akses mereka.

Di Kabupaten Sanggau, baru 3 persen dari total penduduk mereka sekitar 483.000 orang sudah bergelar sarjana. Sisanya didominasi lulusan SD sampai SMP. ”Dengan ada nota kesepahaman kerja sama dengan UT, pemerintah daerah sebenarnya bisa mengirim pegawai untuk menempuh pendidikan tinggi. Semua kebutuhan belajar dibiayai oleh pemerintah,” kata Paolus.

Namun, Paolus menyayangkan belum meratanya suplai layanan internet di Kalimantan Barat. Hal itu menyebabkan program belajar jarak jauh berbasis internet tetap susah diakses.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Achmad Ridwan memaparkan, di Sumsel, pemerintah daerah berusaha mengadakan sarana layanan akses internet desa dan laman desa. Hal itu bertujuan membantu warga yang ingin mengakses layanan belajar jarak jauh. Tahun 2019, misalnya, ada pengadaan sarana layanan akses internet ke sekitar 170 desa.

Oleh MEDIANA

Editor EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 5 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 27 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB