Konsumen Ramah Lingkungan Dibutuhkan

- Editor

Jumat, 7 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesadaran masyarakat untuk membeli produk-produk ramah lingkungan atau berkelanjutan terus tumbuh. Upaya menumbuhkan kesadaran terhadap isu lingkungan tersebut bisa dimulai dari hal kecil di rumah.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA—-Perajin memperlihatkan salah satu produk inovasinya berupa pembalut wanita ramah lingkungan di Rumah Batik Zie, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (12/11/2020). Mereka saat ini harus membuat inovasi kain batik dengan berbagai macam produk turunannya.

Kesadaran publik untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan dan barang secukupnya terus digalakkan. Hal ini diharapkan mendorong produsen untuk memberi pilihan produk serupa dan lebih banyak pemberian label produk berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut anggota Dewan Pengawas Yayasan WWF Indonesia Natalia Soebagjo, di Jakarta, Minggu (18/7/2021), konsumen harus memiliki pola pikir untuk membeli produk-produk baik. Itu berarti produk tersebut dibuat secara bertanggung jawab oleh produsen, baik dari pemilihan bahan baku yang berkelanjutan, proses produksi ramah lingkungan, hingga proses yang ramah pada pekerjanya.

Produk yang sudah memenuhi prinsip-prinsip berkelanjutan kemudian disertifikasi lalu diberi label penanda atau ekolabel. Namun, belum semua produk berekolabel.

”Kita mesti teliti sebagai konsumen. Saya pribadi menerapkan prinsip (membeli barang) yang lebih gampang, misalnya dengan membeli barang yang perlu saja, bukan yang diinginkan. Kalau tidak perlu, jangan beli,” kata Natalia dalam diskusi daring.

—-Masyarakat memenuhi salah satu supermarket di Jalan Cemara, Medan, Sumatera Utara, Selasa (26/5/2020). Penularan Covid-19 masih terus terjadi di Sumut dan kini mencapai 315 kasus positif.

Adapun WWF Indonesia mengampanyekan gerakan ”Beli yang Baik” bersama Ashta District 8. Tujuan kampanye ini agar masyarakat memulai gaya hidup sederhana dengan konsumsi yang minim. Masyarakat juga diajak untuk membeli barang secara sadar atau mindful.

Ada enam prinsip utama yang ditawarkan untuk mengonsumsi barang secara baik dan sadar. Pertama, membeli barang yang diperlukan. Kedua, beli barang produksi lokal. Ketiga, beli barang berbahan alami. Keempat, beli barang yang awet atau tahan lama. Kelima, beli produk berekolabel. Keenam, mempertanyakan apa produk yang dibeli berdampak negatif atau tidak ke lingkungan.

Natalia menuturkan, kesadaran membeli produk yang ramah lingkungan sudah mulai dimiliki sebagian masyarakat. Keberadaan konsumen kritis isu lingkungan diperlukan agar produsen terdorong memproduksi barang sesuai prinsip keberlanjutan.

KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO—-Karyawan toko ritel Hypermart Puri Indah di Kembangan, Jakarta Barat, mencari dan menyiapkan barang belanjaan yang dipesan konsumen melalui fasilitas percakapan dalam jaringan Whatsapp, Selasa (31/3/2020). Layanan belanja dari rumah bagi pelanggan yang bertempat tinggal sejauh maksimal 5 kilometer dari lokasi pembelian itu untuk mendukung imbauan pemerintah agar masyarakat tinggal dan bekerja dari rumah.

Menurut survei WWF Indonesia dan Nielsen pada 2017, sebanyak 63 persen konsumen Indonesia bersedia mengonsumsi produk ramah lingkungan. Sementara hasil studi MarkPlus menyatakan, 82 persen responden bersedia mengubah konsumsi produk-produk yang menggunakan minyak kelapa sawit berkelanjutan bila produknya tersedia di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pasar produk ramah lingkungan cukup tinggi.

”Jika konsumen semakin kritis, produsen akan menyesuaikan permintaan konsumen. Semakin mindful dan kritis konsumennya, maka ini akan mendorong produsen ke perubahan yang lebih baik,” ujar Natalia.

Mulai dari rumah
Pada kesempatan sama, pendiri Tumbuhijaurban, Dila Hadju, mengatakan, kesadaran terhadap isu lingkungan bisa dimulai dari rumah. Menumbuhkan kesadaran bisa dari hal kecil, seperti mengajarkan anak cara memilah sampah. Sampah di rumahnya dibagi menjadi empat kategori, yaitu sampah daur ulang, organik, anorganik, serta B3 (bahan berbahaya dan beracun) dan residu.

Menurut Dila, anak usia 0-2 tahun hendaknya diajak mengenal lingkungan dengan stimulasi pancaindra. Anak usia 2-4 tahun dapat diajak mengenal variasi alam dan penghuninya.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA—-Tutup botol yang berhasil dikumpulkan ibu-ibu PKK saat bergotong royong memilah sampah di Kampung Kalibokor 1 Stal, Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Surabaya, Jawa Timur (29/11/2020). Selain mencari nilai ekonomis dari sampah, kegiatan yang berlangsung dua minggu sekali itu untuk menjalin silaturahmi antarwarga dan menanggulangi permasalahan sampah pada lingkungan.

Anak usia 4-6 tahun dikenalkan siklus kehidupan. Ketika anak berusia 6-8 tahun, orangtua dapat mengajarkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia akan berdampak ke lingkungan. Lalu, saat anak berusia 8-10 tahun, orangtua dapat menjabarkan kondisi lingkungan saat ini dan membimbing anak menjaga lingkungan.

”Jika anak sudah terbiasa, maka tidak akan sulit dan berat melanjutkannya. Semoga kepedulian lingkungan akhirnya menjadi kebutuhan, bukan lagi keharusan,” kata Dila dan suaminya, musisi Rayi Putra.

Oleh SEKAR GANDHAWANGI

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 18 Juli 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB