Kembalikan Keunggulan Bambu

- Editor

Kamis, 27 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Komunitas pegiat lingkungan meminta pemerintah kembali memanfaatkan bambu untuk memperkuat dan mencegah longsor di sempadan sungai. Turap beton membuat sungai miskin biodiversitas, tak ramah lingkungan.


”Dulu, sepanjang kali di Jakarta itu bambu, sekarang beton yang kepiting tidak bisa hidup. Normalisasi kali wajib, tapi pakai bambu,” kata Chaerudin atau Bang Idin, pegiat lingkungan Kali Pesanggrahan Hutan Kota Sanggabuana, Jakarta, pada peringatan tahun ketiga Hari Bambu Nasional sekaligus peresmian Rumah Kampung Sunda Bambu Terpadu di Desa Paseban, Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/11).

Turut hadir Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Deputi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Ilyas Asaad, mantan Menteri LH Sarwono Kusumaatmadja, Sekda Pemkab Bogor Adang Suptandar, serta berbagai komunitas masyarakat, budayawan lokal, dan pencinta bambu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Profesor Riset Elizabeth S Widjaja, pakar bambu dari LIPI, mengatakan, saat Sarwono menjabat sebagai Menteri LH pernah ada surat edaran agar para bupati menanami sepanjang sungai dengan bambu. Namun, kemudian dibalas Menteri PU yang menilai bambu bisa mengotori sungai.

Saat itu terjadi miskomunikasi di antara kedua menteri. Bambu dianggap mengotori dan menghalangi aliran air karena akan ditanam di bantaran sungai. Oleh karena itu, kini lahan di kanan-kiri sungai dinamai sempadan sungai untuk membedakan dengan tubuh sungai.

”Penanaman bambu tidak boleh asal. Ada jenis tertentu yang tahan terendam dua-tiga bulan,” kata Elizabeth. Jenis bambu itu dikenal dengan nama bambu ampel yang habitat penyebarannya luas. Bambu berdiameter 4-6 cm itu hanya setinggi 10-12 meter.

Perakaran bambu yang mencengkeram horizontal akan menutup permukaan tanah. Sifat alami ini yang dimanfaatkan untuk memperkuat tanggul dari bahaya longsor.

Fadli akan membawa informasi ketangguhan bambu pada Komisi IV atau V yang membidangi pekerjaan umum. ”Gagasan bagus. Akan saya sampaikan agar (normalisasi sungai) bukan pembetonan,” katanya. (ICH)

Sumber: Kompas, 27 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 8 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB