Kemajuan teknologi blockchain memungkinkan seseorang bertransaksi tanpa menggunakan pihak ketiga. Hal tersebut dapat menjaga keamanan transaksi dari kedua belah pihak.
Blockchain layaknya sebuah buku besar yang terdistribusi dan terbuka yang dapat merekam transaksi antara dua pihak secara efisien, dapat diverifikasi, dan permanen. Data pada blockchain tidak dapat dihapus sehingga seseorang tidak dapat memanipulasi data transaksi yang dilakukannya.
Direktur PT Computrade Technology International Rachmat Gunawan mengatakan, transaksi dengan blockchain tidak memerlukan pihak ketiga, seperti bank. “Keamanan teknologi blockchain terjaga karena tidak dapat diretas,” kata Rachmat dalam konferensi pers CTI IT Infrastructure Summit 2018 di Jakarta, Selasa (20/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PRAYOGI DWI SULISTYO UNTUK KOMPAS–Direktur PT Computrade Technology International Rachmat Gunawan memprediksi teknologi blockchain dapat digunakan untuk berbagai industri, Selasa (20/2)
Menurut Rachmat, pengaplikasian blockchain tidak hanya digunakan untuk industri keuangan. Teknologi blockchain juga dapat digunakan untuk industri kesehatan, migas, pemerintahan, dan lain-lain.
Steve Todd, Dell Technologies Fellow mengatakan, orang percaya pada teknologi blockchain karena keamanannya terjaga. Di Amerika Serikat, blockchain digunakan untuk menyimpan catatan medis, memonitor pemberian resep obat, mendesain rencana pengobatan, dan menciptakan pasar penelitian medis yang lebih terbuka untuk membantu proses penyembuhan penyakit kronis.
SUMBER: PT COMPUTRADE TECHNOLOGY INTERNATIONAL–Struktur transaksi menggunakan teknologi blockchain. Penggunaan teknologi ini dapat merekam transaksi antara dua pihak tanpa menggunakan pihak ketiga, seperti bank.
Rachmat menjelaskan, blockchain merupakan teknologi di balik salah satu mata uang digital bitcoin. Blockchain memiliki karakteristik transparan, terdesentralisasi karena tidak ada pihak ketiga, tidak dapat diubah, ketersediaan tinggi, aman, mudah, cepat, dan murah.
Berdasarkan riset Accenture, teknologi blockchain dapat menekan biaya infrastruktur sebesar 30 persen pada delapan dari sepuluh bank investasi terbesar di dunia. Mereka dapat mengurangi pengeluaran sekitar 8 miliar dollar AS hingga 12 miliar dollar AS dari biaya tahunan di bank tersebut.
Menurut Transparency Market Research, nilai pasar dari blockchain diprediksi meningkat menjadi 20 miliar dollar AS di tahun 2024 dari 316 juta dollar AS pada 2015 dengan laju pertumbuhan majemuk tahunan sebesar 58,7 persen. Permintaan pasar terhadap blockchain naik karena tidak membutuhkan pihak ketiga sehingga proses transaksi cepat, mudah, dan murah. Teknologi blockchain juga dianggap aman dalam bertransaksi secara daring.
Internet
Salah satu kelemahan penggunaan teknologi blockchain, yaitu bergantung pada jaringan internet. Masih banyaknya wilayah di Indonesia yang belum terhubung dengan internet menjadi persoalan perkembangan blockchain.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Pula Jawa merupakan pengguna internet terbesar, yaitu 58,08 persen, sedangkan Indonesia bagian timur kurang dari 25 persen. Padahal, pentrasi internet di Indonesia bagian timur cukup tinggi. Maluku dan Papua memiliki penetrasi 41,98 persen, sedangkan wilayah ini hanya tersedia internet sebesar 2,49 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menegaskan, pemerintah harus segera meningkatkan layanan internet di luar Jawa sebagai upaya pemerataan pembangunan dan peningkatan perekonomian. Menurut Bhima, internet akan menunjang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan teknologi, salah satunya blockchain.
Menurut Bhima, Indonesia tertinggal dengan negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dan Malaysia yang telah menggunakan teknologi blockchain. Teknologi ini terjamin keamanannya dan meminimalisir pemanipulasian data. (DD08)
Sumber: Kompas, 21 Februari 2018