Kapal Tenaga Surya untuk Nelayan Diuji Coba

- Editor

Jumat, 21 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kapal bertenaga surya buatan sebuah perusahaan bidang energi dari Jerman sedang diuji coba di Indonesia. Kapal itu diharapkan bisa digunakan untuk para nelayan jika efisien dari sisi biaya investasi dan operasional.

Menurut Franklin Tambunan, konsultan pengembangan bisnis Torqeedo (perusahaan energi Jerman) Indonesia, Kamis (20/8) di Kota Semarang, Jateng, inisiasi di Indonesia sejak tiga tahun lalu di Lampung. Kapal itu pernah dikenalkan di Tangerang, tetapi tak ada tindak lanjut.

Di Jateng, uji coba dilakukan Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) di Kota Semarang. Kepala BBPPI Bambang Ariadi mengungkapkan, pihaknya menguji coba teknologi itu. Belum ada kerja sama yang disepakati. Uji coba itu untuk melihat apakah pemakaian kapal bertenaga surya itu lebih menguntungkan nelayan dibandingkan jika memakai solar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

228864228864KOMPAS/AMANDA PUTRI–Kapal bertenaga surya dipresentasikan perusahaan asal Jerman, Torqeedo, di Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Kamis (20/8). Pemerintah Indonesia masih menguji coba tingkat efisiensi kapal tersebut dan kemudahan operasional penggunaannya oleh nelayan. Kapal bertenaga surya membutuhkan investasi besar di awal, tetapi nihil ongkos bahan bakar, tidak bising, dan tidak menimbulkan polusi.

Menurut Franklin, kapal bertenaga surya itu didesain untuk satu hari tangkapan. Kapal itu bisa dioperasikan untuk perjalanan lebih dari satu hari jika sinar matahari terus bersinar saat siang untuk pemakaian langsung tanpa disimpan.

Untuk kapal ukuran 2 gros ton, misalnya, butuh 6 panel surya, 12 baterai untuk menyimpan daya listrik, dan 2 mesin Torqeedo. Ada dua metode yang bisa dipakai, yakni monosolar dan polisolar. Monosolar memakai sinar matahari langsung untuk menggerakkan mesin. Adapun polisolar memungkinkan sinar matahari atau panas disimpan dalam baterai untuk digunakan.

Saat diuji coba, mesin tak bising seperti mesin kapal dengan bahan bakar solar. Tak ada residu atau polusi yang ditimbulkan. Kapal nelayan bisa melaju dengan kecepatan 8,0 kilometer per jam, menempuh jarak 25 kilometer dan menghabiskan 40 persen dari total daya pada baterai.

Pemakaian kapal tenaga surya itu butuh biaya investasi awal Rp 250 juta untuk satu kapal 2 GT. Lalu, nelayan tak perlu mengeluarkan biaya bahan bakar. Menurut Christian Pho Duc, Senior Vice President Sales Torqeedo, alat itu dikembangkan sejak 10 tahun lalu, dan pihaknya bekerja sama dengan 40 negara. (UTI)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Agustus 2015, di halaman 13 dengan judul “Kapal Tenaga Surya untuk Nelayan Diuji Coba”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 21:26 WIB

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Berita Terbaru

fiksi

Cerpen: Taman di Dalam Taman

Jumat, 18 Jul 2025 - 21:45 WIB

Artikel

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Kamis, 17 Jul 2025 - 21:26 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Kota di Bawah Masker

Kamis, 17 Jul 2025 - 20:53 WIB

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB