CATATAN IPTEK
Kanker ibarat bom waktu yang tertanam dalam gen manusia sejak lahir. Dia bisa tumbuh dari bagian mana pun tubuh kita, yang tersusun dari triliunan sel. Lazimnya sel tubuh manusia selalu membelah diri untuk menggantikan sel yang menua atau rusak, dan kemudian mati.
Perjalanan kanker dipicu oleh kesalahan mesin mikroskopis di dalam sel saat melakukan tugasnya mereplika diri itu. Penyimpangan ini disebut mutasi. Seharusnya, kesalahan ini otomatis diperbaiki, namun terkadang ada yang terlewatkan. Semakin lama, mutasi ini menumpuk dan memicu sel hingga tumbuh tak terkendali, menjadi tumor dan kemudian kanker.
Jadi, semakin lama hidup manusia, risiko terkena kanker meningkat karena menumpuknya kesalahan dalam gen. Dengan tren meningkatnya umur manusia saat ini, kasus kanker semakin bertambah. Banyak studi menunjukkan, lebih dari separoh kasus kanker ditemukan pada orang yang berusia 70 tahun ke atas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun demikian, umur bukan satu-satunya faktor yang meningkatkan risiko kanker. Buktinya, banyak orang yang terkena kanker sedari muda, bahkan saat masih anak-anak.
Misalnya, studi Hyuna Sung dari American Cancer Society dan tim yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet pada Februari 2019 menemukan peningkatan signifikan enam jenis kanker (multiple myeloma, colorectal, uterine corpus, kantong empedu, ginjal, dan kanker pankreas) pada penduduk usia 25-49 tahun di Amerika. Dari 1995 hingga 2014 terjadi peningkatan tahunan berkisar dari 1,44 persen untuk multiple myeloma, 6,23 persen untuk kanker ginjal pada usia 25-29 tahun, 0,37 persen untuk kanker korpus uterus, dan 2,95 persen untuk kanker ginjal pada usia 45-49 tahun.
Perjalanan hidup dapat mempercepat atau memperlambat tingkat akumulasi mutasi dalam gen kita, yang pada akhirnya memicu kanker. Jadi, memang ada faktor yang tak dapat dikendalikan seperti proses menua. Namun, kajian Max Parkin dalam British Journal of Cancer (2011), lebih dari 40 persen kanker dipicu oleh gaya hidup.
Faktor gaya hidup bisa memicu jenis kanker berbeda. Misalnya, terlalu banyak konsumsi daging merah dan daging olahan terbukti berkontribusi terhadap peningkatan kanker usus. Budaya berjemur matahari dengan sunbeds berkontribusi pada meningkatnya tingkat kanker kulit melanoma.
Rokok menjadi penyebab terbesar, sekitar 23 persen, kanker di kalangan laki-laki dan 15,5 persen di kalangan perempuan. Tak hanya perokok aktif, mereka yang menghirup tanpa sengaja—perokok pasif—dalam sejumlah studi lebih berisiko.
Matt Ridley dalam Genome (1999) menyebutkan, paparan asap rokok memicu penuaan dan kerusakan dini sel paru-paru sehingga membutuhkan perbaikan. Padahal perbaikan dengan cepat akan mengurangi panjang telomer, yaitu segmen DNA di bagian paling ujung yang bertugas menjaga kestabilan kromosom. Maka, jaringan yang rentan terkena kanker adalah yang banyak mengalami pembelahan sel seumur hidupnya untuk perbaikan, misalnya kulit, testis, payudara, usus besar, lambung, dan sel darah putih.
Maka, untuk mencegah kanker, salah satu kuncinya adalah menghambat penuaan dan kerusakan sel secara dini. Ahli nutrisi genomik dari University of South Australia Prof Michael Fenech, dalam diskusi di Lembaga Eijkman minggu lalu mengatakan, pola makan dan aktivitas fisik yang seimbang menjadi salah satu kunci mengurangi kerusakan sel.
Makan banyak sayur dan buah-buahan, seperti dipraktikkan masyarakat Mediterania, direkomendasikan sebagai salah satu diet terbaik untuk mencegah penuaan dini sel dan otomatis mengurangi risiko kanker. Sebaliknya, menurut kajian Parkin (2011), kurangnya asupan sayur dan buah menjadi penyebab kedua tingginya kanker di kalangan laki-laki di Inggris.
Penuaan sel yang kebih cepat dari normalnya, juga tak melulu persoalan fisik dan biologis. Tekanan psikis atau stress juga bisa memicunya. Orang dengan beban psikis lebih tinggi, dianggap lebih rentan kanker.
Maka, bahagialah selalu dan perbanyak piknik. Ini bisa menjadi salah satu resep yang baik untuk “awet muda”, yang berarti juga mengurangi risiko berbagai penyakit, tak hanya kanker. Selain tentu saja, menghindari berbagai faktor gaya hidup lain yang bisa mempercepat penuaan sel-sel tubuh kita. Selebihnya, memang ada faktor yang berjalan di luar kuasa kita, yaitu faktor waktu dan genetik.
Jika sudah melakukan semuanya, maka pesan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho yang baru saja mendahului kita karena kanker menjadi relefan: kualitas hidup tidak hanya ditentukan seberapa panjang usia kita.–AHMAD ARIF
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 24 Juli 2019