Indonesia Lebih Membutuhkan Pendidik

- Editor

Selasa, 3 Juli 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dunia pendidikan masa depan lebih membutuhkan pendidik, bukan hanya guru. Pendidik bisa siapa saja dan datang dari profesi apa saja, yang penting perhatian dan berperan mencerdaskan.

Itu mengemuka pada diskusi yang diadakan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Sampoerna School of Education/SSE) dalam rangka mengenalkan kampus SSE, Sabtu (30/6), di Jakarta. ”Pendidik merupakan kunci keberhasilan bangsa. Untuk menghadapi dunia yang terus berubah, kita butuh pendidik-pendidik inovatif,” kata Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan SSE Johana Rosalina Kristyanti.

Pendidik dan guru adalah dua istilah yang sering dianggap sama. Padahal, pengertian keduanya berbeda. Kata ”pendidik” lebih tepat saat menunjukkan peran seseorang sebagai mentor yang mendorong, mendukung, dan membimbing. Kata ”guru” untuk menggambarkan pelatih atau pembimbing akademik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Seorang yang berprofesi sebagai guru harus ditunjuk manajemen sekolah untuk mengajar mata pelajaran tertentu. Adapun pendidik tidak harus berprofesi sebagai guru,” kata Dekan SSE Paulina Panen.

Perubahan di dunia, khususnya adanya kemajuan teknologi, membuat karier di dunia pendidikan kian luas. Cara belajar dan mengajar pada masa mendatang juga akan berubah, dan profesi pendidik akan makin berkembang. Pendidik bukan hanya guru, melainkan juga bisa siapa saja. Seperti dilakukan Yayasan Indonesia Mengajar dengan menurunkan anak-anak muda dari berbagai profesi untuk menjadi guru di sejumlah daerah selama satu tahun.

Konsultan karier dan motivator pendiri ImpactFactory Rene Suhardono menilai, terjadi salah kaprah pada profesi guru. Guru menganggap nilai siswa lebih penting. Sebenarnya, jauh lebih penting kemampuan individu memahami diri sendiri.

”Dunia pendidikan jangan semata-mata mendorong siswa mencari pekerjaan setelah lulus. Proses belajar itu yang lebih penting. Dorong siswa untuk kreatif dan menjadi dirinya sendiri,” kata Rene. (LUK)

Sumber: Kompas, 2 Juli 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB