India Larang Puluhan Aplikasi asal China, Termasuk Tiktok dan Mobile Legends

- Editor

Rabu, 1 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

India melarang peredaran 59 aplikasi buatan pengembang China, termasuk Tiktok dan gim Mobile Legends. Di luar pelarangan di India ini, Tiktok terdeteksi mengakses ”clipboard” pada ponsel dengan sistem operasi Apple, iOS.

KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI—Tampilan daftar aplikasi pada laman settings atau pengaturan pada ponsel pintar Android, Rabu (17/6/2020).

Pemerintah India melarang peredaran puluhan aplikasi buatan pengembang China. Aplikasi ini dinilai telah menginvasi privasi publik India dan mengancam kedaulatan dan keamanan negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pemerintah India, Senin (29/6/2020) malam, mengumumkan akan melarang peredaran 59 aplikasi yang diciptakan oleh developer asal China, termasuk Tiktok dan gim Mobile Legends.

Hal ini dilakukan atas dasar dugaan bahwa aplikasi-aplikasi tersebut mengganggu kedaulatan dan integritas India.

Pemerintah India mengklaim bahwa tim Computer Emergency Response Team (CERT) negara tersebut menerima banyak masukan dari publik terkait keamanan data serta privasi.

”Proses pengumpulan data, termasuk proses penambangan dan profiling, dilakukan oleh elemen-elemen yang berbahaya bagi keamanan dan pertahanan nasional India,” bunyi pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi India.

Menanggapi hal ini, CEO dari firma keamanan siber Recorded Future, Christopher Ahlberg, mengatakan, tuduhan dari Pemerintah India tidak bisa dianggap gertak sambal semata.

Ahlberg memahami bahwa Pemerintah China tidak secara langsung mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut dan menjalankan proses penambangan data secara masif.

”Namun, sebagai perusahaan China, mereka diwajibkan untuk memberikan bantuan apabila suatu saat negara membutuhkan bantuan,” kata Ahlberg kepada New York Times.

Wajib bantu intelijen negara
Undang-undang Intelijen Nasional China (National Intelligence Law) memang mewajibkan seluruh perusahaan China untuk memberikan akses dan kooperasi kepada pemerintah untuk upaya pengumpulan intelijen negara.

Di sisi lain, pakar hubungan internasional dari Chinese Academy of Social Sciences Zhao Jianglin mengatakan, larangan ini akan sulit memaksa masyarakat India untuk berhenti menggunakan sejumlah aplikasi tersebut.

”Banyak aplikasi ini sudah memberikan banyak kemudahan bagi masyarakat India. Aplikasi-aplikasi ini memegang kunci yang penting dalam meningkatkan efisiensi masyarakat India,” kata Zhao kepada People’s Daily surat kabar resmi Partai Komunis China (PKC).

Larangan ini diterbitkan sekitar dua pekan setelah terjadinya bentrok antara tentara India dan China di Himalaya, di mana ada sengketa garis perbatasan. Bentrok tersebut menyebabkan 20 tentara India tewas.

Membaca clipboard
Lepas dari kasus di India, Tiktok dan puluhan aplikasi lainnya juga terdeteksi mengakses clipboard pada ponsel dengan sistem operasi Apple iOS.

Clipboard adalah layanan di hampir seluruh sistem operasi komputer dan ponsel yang memungkinkan proses copy-paste dilakukan.

Ketika Anda meng-copy suatu teks, teks tersebut akan disimpan di clipboard sebelum Anda menyalin atau paste ke lokasi lain. Selama Anda tidak meng-copy teks yang lain, clipboard akan menyimpan teks yang pertama.

Sebanyak 57 aplikasi–dari pengembang lintas negara–diketahui mengakses dan merekam setiap teks yang pengguna copy, bisa password, alamat rumah, daftar belanja, atau apa pun yang pernah di-copy oleh pengguna.

Perilaku ini mendapat sorotan publik setelah versi beta dari sistem operasi terbaru Apple, iOS 14, dirilis kepada publik pada pekan lalu. Sistem operasi iOS 14 memungkinkan pengguna mendapatkan laporan mengenai aplikasi mana yang mengambil informasi dari clipboard milik pengguna.

Pendiri Emojipedia–situs tentang emoji–Jeremy Burge menunjukkan melalui unggahan di akun Twitter-nya bahwa Tiktok, salah satu dari 57 aplikasi tersebut, terlihat mengambil apa yang ada pada clipboard-nya.

Terlihat bahwa Tiktok mengambil informasi yang mungkin berasal ketika Burge meng-copy sebuah teks dari aplikasi yang ia buka sebelumnya. Dalam kejadian ini adalah Instagram.

https://twitter.com/jeremyburge/status/1275896482433040386?s=20

Sebetulnya ini sudah diketahui setidaknya sejak Maret 2020 oleh temuan periset Talal Haj Bakry dan Tommy Mysk. Kepada publikasi teknologi Ars Technica, Mysk mengatakan bahwa hal ini sebuah invasi privasi yang sangat berbahaya.

”Aplikasi ini membaca clipboard dan melihat bentuk aplikasinya, mereka tidak butuh kemampuan ini. Sebuah app yang tidak memiliki formulir pengisian teks, tidak semestinya perlu kemampuan membaca clipboard,” kata Mysk.

Menanggapi temuan ini, Tiktok mengatakan, perilaku ini diakibatkan oleh fitur dalam Tiktok untuk mencegah perilaku pengiriman spam.

”Saat ini kami telah mengirimkan versi aplikasi terbaru kepada App Store di mana fitur anti-spam ini sudah dihilangkan meredakan kebingungan publik,” bunyi pernyataan resmi Tiktok.

Tiktok mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk melindungi privasi penggunanya dan berlaku transparan mengenai proses kerja aplikasi milik mereka.

Pada tahun ini, Tiktok juga berencana mengundang pakar eksternal untuk menjadi anggota Transparency Center, sebagai upaya meningkatkan transparansi.

Berikut adalah daftar aplikasi yang ditemukan oleh Mysk dan Bakry mengakses clipboard setiap aplikasi tersebut dibuka.

KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI—-Periset Talal Haj Bakry dan Tommy Mysk menemukan sejumlah aplikasi di platform iOS yang merekam teks pada clipboard.

Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI

Editor: bSATRIO PANGARSO WISANGGENI

Sumber: Kompas, 30 Juni 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB