Hibrida Beluga dan Paus Bertanduk

- Editor

Minggu, 23 Juni 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ikan jenis invasif peacock bass (Cichla ocellaris) dipelihara di kolam galeri Gedung Mina Bahari IV Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta. Ikan sitaan dari Thailand  ini dipelihara di galeri KKP sebagai sarana edukasi kepada masyarakat akan bahaya ikan invasif yang tersebar di perairan Guyana, Suriname, French Guyana, Brazil, dan Kolombia. Dikatakan invasif karena ikan sepanjang 50-60 cm ini memiliki sifat mengejar mangsa ikan target dengan aktif pada kecepatan tinggi sehingga bisa menghabiskan populasi ikan asli/endemis/lokal di perairan darat Indonesia.
Foto diambil Kamis (28/6/2018) di galeri Gedung Mina Bahari IV KKP, Jakarta.

Ikan jenis invasif peacock bass (Cichla ocellaris) dipelihara di kolam galeri Gedung Mina Bahari IV Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta. Ikan sitaan dari Thailand ini dipelihara di galeri KKP sebagai sarana edukasi kepada masyarakat akan bahaya ikan invasif yang tersebar di perairan Guyana, Suriname, French Guyana, Brazil, dan Kolombia. Dikatakan invasif karena ikan sepanjang 50-60 cm ini memiliki sifat mengejar mangsa ikan target dengan aktif pada kecepatan tinggi sehingga bisa menghabiskan populasi ikan asli/endemis/lokal di perairan darat Indonesia. Foto diambil Kamis (28/6/2018) di galeri Gedung Mina Bahari IV KKP, Jakarta.

Misteri paus berbentuk aneh di Denmark akhirnya terungkap setelah 30 tahun. Paus itu adalah hasil perkawinan antara paus bertanduk atau paus mayat (Monodon monoceros) dan beluga atau paus putih (Delphinapterus leucas). Perkawinan antarjenis paus yang berbeda itu dibuktikan dengan penelitian genom.

AP PHOTO/SHEDD AQUARIUM/BRENNA HERNANDEZ–Beluga dan anaknya yang baru lahir di Akuarium Shedd, Chicago, AS, 27 Agustus 2012.

Penelitian yang dilakukan tim Universitas Kopenhagen dan Museum Sejarah Alam, Denmark, berjudul ”Hibridisasi Antara Dua Cetacea Arktik Tinggi Dikonfirmasi oleh Analisis Genom”. Penelitian dimuat dalam jurnal Scientific Reports yang juga dipublikasikan Sciene Daily pada 20 Juni 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ceritanya bermula ketika seorang pemburu di sebuah pulau di Teluk Disko, Greenland Barat, Denmark, menembak paus tahun 1990. Pemburu itu bingung dengan penampilannya yang aneh. Oleh karena itu, ia menyimpan tengkorak itu dan meletakkannya di atap gudang alatnya.

Beberapa tahun kemudian, Profesor Mads Peter Heide-Jørgensen dari Institut Sumber Daya Alam Greenland mengunjungi rumahnya dan segera mengenali karakteristik aneh tengkorak itu. Dia mewawancarai pemburu tentang paus ganjil yang dia tembak dan mengirim tengkorak itu ke Kopenhagen. Sejak itu, disimpan di Museum Zoologi, bagian dari Museum Sejarah Alam Denmark, hingga 30 tahun kemudian akhirnya diteliti.

Tengkorak paus aneh itu jauh lebih besar daripada tengkorak paus bertanduk atau beluga yang khas. Giginya sangat berbeda. Paus bertanduk hanya memiliki satu atau dua taring spiral panjang. Beluga memiliki satu set gigi kerucut seragam dalam baris lurus. Tengkorak paus hibrida memiliki satu set gigi panjang, spiral dan runcing, yang miring secara horizontal.

Dengan menggunakan DNA dan analisis isotop stabil, para ilmuwan menentukan bahwa tengkorak itu milik paus hibrida generasi pertama berjenis kelamin jantan, yang merupakan hasil perkawinan paus bertanduk betina dan beluga jantan.

”Paus ini memiliki serangkaian gigi yang aneh. Analisis isotop memungkinkan kita untuk menentukan bahwa pola makan hewan itu sama sekali berbeda dengan paus bertanduk atau beluga. Ada kemungkinan gigi-giginya memengaruhi strategi pencarian makanannya. Paus bertanduk dan beluga makan di kolom air (dari permukaan hingga ke dasar laut), paus hibrida adalah penghuni bawah laut,” papar Mikkel Skovrind, peneliti di Museum Sejarah Alam Denmark.

Berdasarkan bentuk tengkorak dan gigi, peneliti memperkirakan bahwa spesimen itu mungkin hibrida paus bertanduk dengan beluga, tetapi belum dapat terkonfirmasi secara ilmiah. Dengan menggunakan DNA dan analisis isotop stabil, para ilmuwan menentukan bahwa tengkorak itu milik paus hibrida generasi pertama berjenis kelamin jantan, yang merupakan hasil perkawinan paus bertanduk betina dan beluga jantan.

”Sejauh yang kami tahu, ini adalah bukti pertama dan satu-satunya di dunia bahwa dua spesies paus Arktik ini dapat kawin campur. Sekarang kami menyediakan data yang mengonfirmasi bahwa, ya, itu memang hibrida,” kata Eline Lorenzen, ahli biologi evolusi dan kurator di Museum Sejarah Alam Universitas Kopenhagen di Denmark.

Oleh SUBUR TJAHJONO

Sumber: Kompas, 22 Juni 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB