ekosistem toba; Birokrasi Lambat Merespons Kerusakan

- Editor

Minggu, 1 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kerusakan ekosistem Danau Toba, termasuk Samosir, tak cukup diatasi mengandalkan jalur birokrasi. Kementerian Lingkungan Hidup dua kali mengirim surat berisi dukungan penghentian sementara penebangan kawasan hutan Tele oleh swasta, tetapi belum direspons Pemerintah Kabupaten Samosir.

”Kalau tak juga ada reaksi bupati, Menteri Lingkungan Hidup menggunakan kewenangan second layer enforcement,” kata Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Penaatan Hukum Lingkungan Sudariyono yang dihubungi di Yogyakarta, Jumat (29/11).

Wewenang itu tercantum dalam Pasal 77 UU No 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Disebutkan, menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab usaha/kegiatan. Itu jika pemerintah daerah dianggap sengaja tak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran serius.

danuKerusakan lingkungan Samosir menjadi perhatian berbagai kalangan, yang di antaranya mengancam daya dukung lingkungan sekitar. ”Sekarang ini siang malam truk-truk masih lewat membawa kayu-kayu besar dari Tele,” kata Wilmar Elieser Simanjorang, aktivis lingkungan. Beberapa waktu lalu, ia mengembalikan penghargaan Satyalencana Karya Satya 2001 kepada Presiden di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelumnya, ia juga mengembalikan penghargaan Toba Award kepada Gubernur Sumut pada 2 Agustus 2013 dan penghargaan Wana Lestari kepada Kementerian Kehutanan.

Upayanya menghentikan perusakan hutan di daerah Tele juga dilakukan dengan melaporkan kasus itu ke Polri dan DPR. ”Sampai sekarang tak ada hasil. Badan Lingkungan Hidup dan polisi tak bertindak,” katanya.

Hutan Tele di Samosir yang semula seluas ribuan hektar kini tersisa 800 hektar. (ICH)

Sumber: Kompas, 30 November 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 16 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB