Pembelajaran daring dilakukan agar proses belajar-mengajar tidak terhenti selama masa libur sekolah terkait kasus Covid-19 ini. Dalam sebulah, sistem pemelajaran di 74 negara pun bergeser dari tatap muka ke daring.
Hanya dalam hitungan sebulan, dunia pendidikan bergeser dari sistem pendidikan tatap muka ke sistem pendidikan jarak jauh secara online atau daring meski hanya untuk sementara. Ironisnya, bukan kemajuan teknologi informasi yang menyebabkan pergeseran ini, tetapi karena dipicu penyebaran virus korona baru.
Kondisi yang dimulai dari China pada pertengahan Februari 2020 untuk menangkal penyebaran virus korona baru ini kini telah dilakukan di 74 negara lainnya, termasuk Indonesia, dengan skala yang berbeda-beda. Data UNESCO hingga Senin (16/3/2020) menunjukkan, sekitar 516,6 juta anak di 56 negara yang memberlakukan libur sekolah secara nasional tidak dapat bersekolah. Ditambah jika 18 negara terdampak lainnya, termasuk Indonesia, meliburkan semua siswanya, itu bisa lebih dari 1 miliar siswa dan mahasiswa yang terdampak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penutupan sekolah, meskipun hanya sementara, akan mengurangi waktu pengajaran yang bisa berdampak pada prestasi belajar siswa. Untuk memastikan keberlanjutan pendidikan di negara-negara terdampak, UNESCO mendukung dan memberi bantuan teknis untuk penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh secara daring.
China yang telah berpengalaman saat menangani wabah SARS pada November 2002-Juli 2003 langsung siap menggelar pembelajaran daring. Sekolah dasar hingga menengah di China diharuskan membuka kurikulum pembelajaran daring menggunakan situs web pendidikan resmi untuk memastikan sekitar 180 juta siswa tetap dapat mengikuti pendidikan. Seperti dikutip dari Xinhuanet.com, Pemerintah China pun menunda dimulainya semester baru pendidikan.
Di Distrik Daxing, Beijing, misalnya, para siswa mengikuti sekolah daring di rumah masing-masing menggunakan komputer. Mereka berkomunikasi dengan guru melalui perangkat lunak perkantoran daring yang disebut Fastmeeting.
Masih di Beijing, sekolah-sekolah di Distrik Xicheng mengharuskan siswa mengakses bdschool.cn, situs web pendidikan digital yang menyediakan perangkat kursus multimedia untuk sekolah dasar hingga SMA. Siswa dapat mengklik tautan kursus berdasarkan jadwal yang diberikan guru, sementara guru memberikan bimbingan melalui obrolan grup daring seperti Wechat.
Sebagian besar universitas di China juga siap menyelenggarakan kuliah daring. Pemerintah China juga melonggarkan pembatasan penggunaan internet bagi penduduknya yang menjadi mahasiswa di luar negeri. Mengutip The Guardian pada 13 Februari 2020, paling tidak terdapat 100.000 mahasiswa asal China yang memiliki visa belajar di Australia batal berangkat ke Australia karena wabah virus korona baru di China.
Tod Maurer, konsultan pendidikan yang berbasis di Los Angeles, Amerika Serikat, mengatakan, penggunaan sistem pembelajaran daring di universitas-universitas di China meningkat setelah wabah SARS. ”Apakah itu karena tren teknologi, sulit dikatakan. Namun, begitu orang terbiasa dengan modalitas tertentu, mereka menjadi lebih cenderung menggunakannya,” kata Maurer, seperti dikutip dari laman Times Higher Education, 17 Februari 2020.
KOMPAS/PRIYOMBODO–Petugas Palang Merah Indonesia menyemprotkan disinfektan ke ruang kelas di SMP Negeri 216, Jakarta Pusat, Senin (16/3/2020). Penyemprotan itu untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru di lingkungan sekolah. Sementara itu, sekolah-sekolah di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya diliburkan selama 14 hari karena pandemi Covid-19.
Memanfaatkan telepon pintar
Bagaimana dengan negara-negara lain? Untuk negara-negara maju, seperti Jepang, mereka pun siap secara teknologi menyelenggarakan pembelajaran daring meski dihadapkan pada pengasuhan anak-anak di rumah karena mereka tidak pergi ke sekolah.
Di Indonesia, sejumlah sekolah menerapkan kegiatan belajar mengajar jarak jauh menggunakan fasilitas grup Whatsapp. Robertus Margana, orangtua salah satu siswa SD Pangudi Luhur Timotius Solo, Jawa Tengah, mengatakan, para guru di sekolah anaknya memberi tugas kepada siswa melalui grup Whatsapp guru dan orangtua. Di SMP Tarakanita Gading Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, kegiatan belajar-mengajar jarak jauh melalui grup Whatsapp kelas masing-masing.
Metode tersebut boleh dikatakan sangat sederhana dengan memanfaatkan perangkat telepon pintar untuk mengomunikasikan tugas-tugas yang harus dikerjakan para siswa selama masa libur seminggu hingga dua minggu ke depan ini. Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis portal dan android Rumah Belajar, belum semua sekolah memanfaatkannya karena sifatnya masih pilihan sebagai bahan ajar alternatif.
Demikian pula di tingkat pendidikan tinggi, meski telah ada Panduan Proses Pembelajaran Daring (Spada) 2019, belum semua perguruan tinggi mengadopsi dan membuat turunannya untuk diterapkan sesuai kondisi masing-masing. Karena itu, belum semua perguruan tinggi siap menerapkan pembelajaran daring.
Trevor Woods, Kepala Staf Informasi di Universitas Sydney, mengatakan, beralih ke pembelajaran daring lebih dari sekadar mendigitalkan bahan pengajaran atau masalah teknis. Menurut dia, masalahnya lebih menyangkut kelembagaan dan pedagogis atau kemampuan guru/akademisi untuk menyampaikan materi secara daring.
”Tidak realistis bagi sebagian besar universitas untuk melakukan itu dengan cepat dan dalam skala besar karena keterbatasan orang dengan keahlian yang tepat. Anda mungkin bisa melakukannya untuk 10 kursus, tetapi bisakah Anda melakukannya untuk 500?” kata Woods, seperti dikutip di laman Times Higher Education, 13 Februari 2020.
Untuk membantu negara-negara terdampak virus korona baru, UNESCO telah menerbitkan daftar aplikasi dan platform pembelajaran daring di laman UNESCO yang dapat diakses secara bebas untuk digunakan orangtua, guru, peserta didik, dan sekolah. UNESCO juga telah mengumumkan pembentukan Satuan Tugas Darurat UNESCO-Covid 19 yang akan mendukung respons nasional negara-negara terdampak, dengan fokus pada negara-negara yang paling rentan.
Kesiapan dan sikap terbuka setiap negara sangat menentukan untuk kelangsungan pembelajaran daring selama wabah virus korona baru ini. Libur sekolah untuk mencegah penyebaran virus ini jangan sampai mengganggu proses belajar-mengajar.
Oleh YOVITA ARIKA
Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 17 Maret 2020