Dies Natalis UI;Indonesia Belum Berbudaya Merdeka

- Editor

Selasa, 3 Februari 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kesadaran berdaulat, mandiri, berharkat martabat, berkehidupan cerdas, tangguh, digdaya, dan mandraguna merupakan ”tuntutan budaya” yang harus dipenuhi sebagai bangsa merdeka. Namun, Indonesia gagal mengubah cara pandang dan memenuhi ”tuntutan budaya” fundamental itu.


Bangsa ini terus mengejar untuk to have more sehingga lupa mengejar to be more. Hal tersebut tecermin dalam pembangunan yang hanya mengejar nilai tambah ekonomi, mengabaikan nilai tambah sosial budaya. Akibatnya, pembangunan hanya menghasilkan pertumbuhan produk domestik bruto, itu pun cuma 5,6 persen.

”Pembangunan menggusur orang miskin, bukannya menggusur kemiskinan. Kita juga menjadi kehilangan kedaulatan nasional,” kata Sri-Edi Swasono Nitidiningrat, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), dalam Orasi Ilmiah berjudul ”Proklamasi Kemerdekaan adalah Proklamasi Budaya: Kebersamaan, Asas Kekeluargaan, Identitas, dan Eksistensi”, dalam peringatan Dies Natalis UI 2015 di Depok, Senin (2/2). Acara peringatan dipimpin Rektor UI Muhammad Anis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak berdaulat
Indonesia menjadi tidak berdaulat dalam pangan, bibit, obat dasar, teknik industri, ekspor-impor, energi, teknologi, pertahanan, dan tata guna bumi/air/kekayaan alam. Selain itu, nilai-nilai keutamaan Indonesia, yakni kebersamaan berasas kekeluargaan, juga meluntur. Padahal, nilai-nilai itu ada dalam Pancasila. ”UI harus mengambil tanggung jawabnya untuk menegakkan, menyosialisasikan, dan membudayakan Pancasila,” kata Sri-Edi.

GNH9BqLsrKMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof A Chaniago, dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI Ke-47, mengatakan, pembangunan sesungguhnya bersifat multidimensi, meliputi semua aspek kehidupan manusia dan bersifat lintas bidang. Konsep pembangunan tidak memadai jika hanya dipahami dalam konteks pembangunan ekonomi.

”Peran ilmuwan Indonesia, terlebih lagi ilmuwan dalam bidang sosial budaya, sungguh diperlukan,” ujar Andrinof. (ELN)

Sumber: Kompas, 3 Februari 2015

Posted from WordPress for Android

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB