Diabetes melitus atau kencing manis tak lagi sebatas masalah kesehatan, tetapi juga pembangunan. Penyakit tak menular itu membebani ekonomi bangsa. Kerugian akibat diabetes di dunia pada 2010-2030 diperkirakan 1,7 triliun dollar AS dari produk domestik bruto global.
Hal itu terungkap dalam jumpa pers peringatan Hari Kesehatan Sedunia, Selasa (5/4), di Jakarta. Hari Kesehatan Sedunia diperingati pada 7 April. Tema HKS tahun ini adalah “Beat Diabetes”. Di Indonesia, tema tersebut menjadi “Cegah, Obati, Lawan Diabetes”.
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh dalam pernyataan tertulisnya menyatakan, tahun 2013 total belanja perawatan kesehatan bagi diabetes di seluruh dunia 612 miliar dollar AS atau 11 persen dari belanja kesehatan global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Khetrapal Singh, tahun 2014 diperkirakan 422 juta orang dewasa menyandang diabetes atau empat kali lipat lebih banyak daripada tahun 1980-an. Sekitar 80 persen dari peningkatan itu terutama terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah. Di Asia Tenggara, ada 96 juta penyandang diabetes dan diprediksi terus meningkat. Dari 3,7 juta kematian akibat diabetes di dunia, lebih dari seperempatnya di Asia Tenggara.
Diabetes kini menjadi penyebab kematian kedelapan di dunia. Di Indonesia, berdasarkan Sample Registration Survey (SRS) 2014, diabetes melitus dengan komplikasi menjadi penyebab kematian ketiga pada semua umur. Urutan pertama adalah stroke disusul jantung koroner di urutan kedua.
Faktor risiko
Diabetes merupakan kondisi tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah. Faktor risiko diabetes adalah perilaku tak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi buah dan sayur, merokok, dan minum minuman beralkohol.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M Subuh menyatakan, jika tak diintervensi, pada 2019 diabetes membebani biaya kesehatan Rp 313,64 miliar. “Secara ekonomi, diabetes akan berdampak terhadap penyandang dan keluarganya, sistem jaminan kesehatan, dan perekonomian akibat hilangnya produktivitas,” ujarnya.
Menurut Subuh, dampak ekonomi dari diabetes bisa ditekan melalui sosialisasi upaya promotif dan preventif kepada masyarakat. Pencegahan risiko diabetes menurunkan 10 persen beban ekonomi negara dari total pengeluaran kesehatan. Sebagai gambaran, biaya kuratif bagi kesehatan Rp 200 triliun bisa dihemat Rp 20 triliun melalui pencegahan biaya kesehatan.
Menurut data beban ekonomi Indonesia akibat penyakit tak menular Januari-Juni 2014, diabetes ada di urutan keempat dengan beban biaya kesehatan Rp 313,6 miliar dari 70.584 kasus.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Sidartawan Soegondo mengatakan, penyandang diabetes datang ke dokter dalam kondisi bervariasi. Jika orang tersebut baru memasuki fase prediabetes, obatnya adalah mengubah gaya hidup, mengatur pola makan, dan berolah raga.
Namun, saat berobat dalam kondisi diabetes sudah lanjut, maka obat yang harus dikonsumsinya menjadi banyak. “Diabetes tidak bisa sembuh, tetapi dikendalikan,” kata Sidarta.
Team Leader Environmental Health and Noncommunicable Disease WHO Indonesia Sharad Adhikary menambahkan, promosi dan edukasi kesehatan perlu digalakkan agar warga memahami dan sadar tentang risiko diabetes. Pengetahuan yang benar bermanfaat bagi seseorang untuk mendeteksi faktor risiko diabetes. (ADH/C05)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 April 2016, di halaman 14 dengan judul “Diabetes Membebani Ekonomi”.