Catatan Iptek; Membangun Kota Sehat

- Editor

Rabu, 2 Juli 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kota Jakarta saat ini ibarat kota-kota di Eropa dan Amerika 200 tahun lalu. Bahkan, problem Jakarta, yang tahun ini berulang tahun ke-487, agaknya lebih akut.

Akhir abad ke-19, kota-kota di Eropa dan Amerika yang sebelumnya dirancang hanya untuk hunian harus menjalankan fungsi produksi seiring terjadinya industrialisasi. Kota-kota menjadi sumpek, kumuh, penuh polusi, dan sumber penyakit. Kriminalitas pun merajalela.

Persoalan ini melahirkan teori tata kota modern yang menonjolkan pembangunan fisik dan infrastruktur. Asumsinya, tata kota baik melahirkan warga kota sehat fisik dan perilakunya. Dimulailah teori zoning yang memisahkan fungsi tiap kawasan dan diikuti garden city tahun 1898 (Hall, 2004). Konsep ini diekspor keluar Eropa melalui kolonialisme hingga Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beberapa permukiman baru dengan konsep garden city yang dibangun Belanda di Indonesia misalnya Bandung Utara (1917) dan Kota Baru Yogyakarta (1920). Kota Bandung awalnya disiapkan sebagai ibu kota Hindia Belanda, menggantikan Batavia yang saat itu dianggap sebagai kota gagal.

Kota gagal
Pieterszoon Coen awalnya memimpikan Amsterdam ketika meminta Simon Stevin merancang kota di muara Sungai Ciliwung pada 1619. Kota itu dikelilingi parit, tembok kota, lengkap dengan kanal. Dengan kanal itu, Coen berharap bisa mengatasi banjir sekaligus menjadi jalur pelayaran.

Batavia memang sempat dijuluki ”Venesia dari Timur.” Namun, endapan lumpur segera memampetkan kanal. Terusan berbau busuk dan menjadi sarang malaria. Hanya tiga tahun sejak dibangun Batavia kebanjiran.

Pada akhir abad ke-18 terjadi perpindahan besar-besaran penduduk Batavia ke arah selatan, yaitu Weltevreden—sekitar Lapangan Banteng saat ini. Pada 1830, ibu kota Hindia Belanda resmi pindah ke kawasan ini.

Namun, banjir tak teratasi. Pada 1 Januari 1892 banjir melanda pusat kota. Puncaknya terjadi Januari 1918 saat hampir seluruh kota kebanjiran hingga sebulan. Wabah kolera merebak dan membunuh banyak warga. Citra Batavia sebagai kota gagal terus membayangi hingga periode akhir penjajahan.

Tak mengherankan, begitu Indonesia merdeka, Presiden Soekarno menyiapkan Kota Palangkaraya sebagai calon ibu kota baru. Namun, cita-cita ini kandas seiring pergantian rezim.

Jakarta berkembang pesat seiring pergeseran paradigma modern planning dari kepentingan publik kepada kepentingan pemburu rente yang menjadikan tanah sebagai investasi. Harga properti tak terjangkau sebagian besar warga kota yang jumlahnya terus melonjak. Sebagian besar penduduk tinggal makin ke pinggiran atau ke ruang tak layak huni, seperti bantaran sungai.

Dampaknya, beban transportasi kian tinggi dan banjir meluas. Namun, kemacetan, kekumuhan, dan kriminalitas menjadi banal dan tak dianggap sebagai masalah. Keruwetan lalu lintas, misalnya Tanah Abang, dan okupasi waduk-waduk di Jakarta, seperti Waduk Pluit untuk hunian, puluhan tahun tak tersentuh.

Namun, mimpi menjadikan Jakarta sebagai kota sehat dalam 1-2 tahun ibarat mimpi siang bolong. Butuh bertahun-tahun memperbaiki Jakarta. Apalagi, bersinggungan dengan kota-kota di sekitarnya. Butuh dukungan kuat dan konsisten pusat.

Oleh: Ahmad arif

Sumber: Kompas, 1 Juli 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Melayang di Atas Janji: Kronik Teknologi Kereta Cepat Magnetik dan Pelajaran bagi Indonesia
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 16:21 WIB

Mengalirkan Terang dari Gunung: Kisah Turbin Air dan Mikrohidro yang Menyalakan Indonesia

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB