Belajar Daring itu Hemat Uang Jajan, Tapi Boros Kuota Internet

- Editor

Selasa, 7 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandemi Covid-19 memaksa kampus meniadakan kuliah tatap muka langsung, diganti dengan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan. Mahasiswa bisa menghemat uang jajan, tapi menjadi boros di kuota internet.

KOMPAS/PRIYOMBODO–Mahasiswa mengakses internet di perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (18/3/2020). Untuk mengantisipasi penyebaran covid-19, Universitas Indonesia mengeluarkan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) mulai efektif hari Rabu, 18 Maret 2020 hingga berakhirnya semester genap tahun ajaran 2019/2020 pada bulan Juni 2020.

Sudah sekitar sebulan ini, perguruan tinggi memberlakukan belajar jarak jauh dengan mengandalkan jaringan internet. Kebijakan ini ditempuh setelah Indonesia dirundung pandemi Covid-19. Namun, praktik belajar secara daring ini tak selalu mudah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Simak saja pengalaman Bobby Nabulla, mahasiswa semester 8 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma. Dia telah menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama tiga pekan sejak 16 Maret 2020. Ada empat mata kuliah dan satu judul proposal skripsi yang sedang dijalani.

Dua mata kuliah praktikum dengan aplikasi Zoom serta memanfaatkan Google Classroom untuk berbagi materi, tanya jawab, dan pengumpulan tugas. Dua mata kuliah teori memanfaatkan aplikasi kelas virtual, V Class Gunadarma, yang dikembangkan kampus. Melalui aplikasi ini, dosen membuka forum tanya jawab, diskusi materi, kuis, dan tugas yang bisa diunduh mahasiswa.

Dengan sistem ini, kuliah lebih hemat waktu dan uang jajan. Mahasiswa tidak perlu pergi-pulang ke kampus naik motor sehingga tidak harus kena macet di jalanan. Namun, praktikum secara virtual perangkat lunak di komputer ternyata tak gampang.

“Kalau jaringan internet lemot, saya dan teman-teman ketinggalan penjelasan dosen,” kata Bobby saat dihubungi dari Jakarta, Senin (6/4/2020).

Aisyah, mahasiswa semester 8 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (UI) di Depok, Jawa Barat, punya pengalaman serupa. Saat ini dia tengah menjalani bimbingan tugas akhir melalui jaringan internet dari beberapa dosen. Masing-masing dosen punya cara tersendiri. Sebagian pakai aplikasi Zoom, atau E-learning Management System, serta aplikasi percakapan instan seperti WhatsApp. Semua dimanfaatkan untuk memperlancar bimbingan.

Namun, metode ini kadang tersendat. “Saat pertemuan tatap muka secara fisik saja, pemahaman materi sains tidak mudah. Apalagi pakai metode daring dengan sinyal internet yang tidak selalu lancar,” katanya.

Dari Yogyakarta, Yulius Ardiles, mahasiswa semester 6 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM), bercerita, dia mengikuti empat mata kuliah yang diajarkan melalui berbagai aplikasi, seperti Google Meet, Zoom, dan Cisco Webex. Keempat mata kuliah itu adalah Antropologi Pemanasan Global, Kajian Perubahan Agraria, Kajian Pemberdayaan Masyarakat, dan Etnografi Thailand. Hanya ada satu atau dua dosen yang merasa cukup diskusi materi melalui aplikasi pesan instan.

“Selama pembicaraan berlangsung di aplikasi pesan instan, para mahasiswa tidak selalu diberikan tugas. Kami dan dosen mendiskusikan materi kuliah sesuai dengan silabus,” ujarnya.

Yulius tidak bermasalah soal kuota internet karena tinggal di rumah orangtuanya dengan wi-fi yang baik. Hanya saja, dia merasa kenyamanan belajar langsung tetap lebih nyaman dibanding dengan model PJJ. “Rasanya berbeda saja dengan diskusi tatap muka langsung,” katanya.

Berjalan cukup lancar
Kepala Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) UGM, Hatma Suryatmojo, mengatakan, adanya pandemi Covid-19, kampus melarang kuliah tatap muka. UGM menyiapkan sistem manajemen pembelajaran untuk PJJ metode daring melalui eLisa dan eLOK, sistem belajar yang dikembangkan tim teknologi informasi kampus. Dibangun juga sistem interaksi langsung dalam PJJ.

Ketika Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi dan Presiden menetapkan statsus kedaruratan kesehatan masyarakat, semua dosen wajib melakukan pembelajaran secara daring. Selama tiga hari pertama penerapan PJJ, hampir semua dosen mampu mengoperasikan sistem dan aplikasi interaksi sinkron dan asinkron untuk pembelajaran. Jumlah kuliah daring selama periode itu naik menjadi lebih dari 3.000, unggahan video pembelajaran menjadi lebih dari 1.200, dan lebih dari 23.000 orang mahasiswa mengikuti.

Mahasiswa sebenarnya dimudahkan dengan hadirnya PJJ metode daring. Apalagi, mereka sebenarnya adalah generasi digital native yang menguasai teknologi secara cepat. Selama tiga hari pertama, tidak ada mahasiswa yang melaporkan keluhan ke pusat layanan (call center) UGM.

“Sempat ada mahasiswa mengeluh beban kuota internet. Namun, kemudian sebagian besar operator telekomunikasi seluler menyediakan kuota internet gratis,” katanya.

–Belajar bahasa Inggris secara daring bisa dilakukan di manapun.

Beda materi
Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Bambang Wibawarta mengklaim, sejauh ini dirinya dan mahasiswa di kelasnya tidak memiliki persoalan teknis. Sekitar 20-an mahasiswa yang mengikuti kelasnya bisa berdiskusi dan mamaparkan presentasi melalui aplikasi internet, seperti Zoom.

“Kalau di jurusan lain yang biasanya menuntut ada praktikum atau aktivitas laboratorium, mungkin muncul persoalan dengan PJJ metode daring. Tapi, semua sivitas akademika harus cepat menyesuaikan diri. Situasi sudah darurat,” tutur dia.

Di IPB University, Bogor, Jawa Barat, kegiatan kuliah paruh kedua semester genap dilaksanakan secara daring mulai 6 April 2020 dan diharapkan berakhir pada tanggal 17 Mei 2020. Agenda kuliah harian dapat disesuaikan dengan jadwal yang diatur oleh Direktorat Administrasi Pendidikan dan Penerimaan Mahasiswa Baru (APPMB) atau kesepakatan antara dosen dengan mahasiswa. Bahkan, kuliah juga dimungkinkan digelar pada malam hari.

Direktur Pengembangan Program dan Teknologi Pendidikan IPB University Lien Herlina mengakui belum semua mata kuliah dirancang dan disiapkan secara daring. Kebijakan awal kampus sebelum PJJ adalah dari 14 kali pertemuan dalam satu semester, kampus hanya memperbolehkan maksimal tujuh kali pertemuan yang diajarkan secara daring.

“Hampir semua mata kuliah sudah siap diajarkan dengan strategi blended learning. Kendati demikian, ada mata kuliah untuk pendidikan vokasi yang secara kodratnya melatih dan membekali keterampilan mahasiswa sehingga ada beberapa mata kuliah tidak bisa diajarkan secara daring,” ungkap dia.

Menurut Lien, langkah alternatif yang bisa diambil dosen mata kuliah untuk pendidikan vokasi adalah memakai video, film, dan simulasi pabrik berbasis kecerdasan buatan. Namun, langkah tersebut memerlukan keterampilan canggih.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) per 21 Maret 2020, terdapat sekitar 353 perguruan tinggi yang menerapkan PJJ dengan metode daring.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud Nizam mengimbau agar perguruan tinggi terus memantau dan membantu kelancaran mahasiswa selama PJJ di rumah. Penghematan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan selama PJJ diharapkan bisa membantu mahasiswa dan dosen. Misalnya, subsidi pulsa koneksi internet, bantuan logistik, dan kesehatan.

Oleh MEDIANA

Editor ILHAM KHOIRI

Sumber: Kompas, 7 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB