Perusahaan penyedia perangkat lunak dan layanan internet berbasis telepon seluler, UCWeb Incorporation, mengumumkan peluncuran UC Cradle Program, Rabu (27/4). Program ini mencangkup berbagai solusi bisnis yang ditujukan kepada pelaku perdagangan secara elektronik atau e-dagang di Indonesia. Peluncuran dilakukan bertepatan hari pertama pelaksanaan Indonesia E-Commerce Summit and Expo (IESE) 2016 di ICE BSD City, Tangerang. Kompas berkesempatan mewawancarai langsung General Manager Global Markets Alibaba Mobile Business Group Kenny Ye, beberapa waktu lalu di Jakarta.
General Manager Global Markets, Alibaba Mobile Business Group, Kenny Ye
Seperti diketahui, Alibaba-perusahaan dengan bisnis utama perdagangan dalam jaringan (daring) terbesar di Tiongkok-menanamkan modal di UCWeb sebesar lebih dari 1,9 miliar dollar AS pada tahun 2009. Sejak itu, UCWeb masuk ke jaringan Alibaba Group, tepatnya di lini Mobile Business. Berikut petikan wawancaranya.
Tanya (T) : Mengapa Alibaba Mobile Business Group memilih Indonesia untuk peluncuran UC Cradle Program?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jawab (J) : UC Cradle Program memang tidak diluncurkan bagi penduduk di India ataupun negara Asia lainnya, di mana kami juga punya pasar. Kami akui bahwa industri e-dagang Indonesia baru masuk tahap pertumbuhan awal. Belanja daring melalui ponsel pun baru sedikit. Kami telah bertemu dengan sejumlah pemain lokal. Rata-rata masalah mereka mencakup mencari pelanggan, pengalaman dan relasi konsumen, serta pencitraan merek.
Namun, kami tetap optimis. Bagaimanapun Indonesia sekarang telah menjadi negara dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia, setelah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India. Populasi itu diperkirakan terus naik. Pengguna ponsel juga. Kami ingin menangkap peluang tersebut.
T : Apa saja cakupan fitur layanan UC Cradle Program ?
J : Pelaku bisnis daring dapat memanfaatkan kampanye pemasaran dari UCWeb. Kami menyediakan pula pelatihan, peningkatan kualitas laman bisnis pengusaha, kualitas premium lalu lintas kecepatan jaringan internet, dan layanan relasi konsumen. Kami bermain di platform. Jadi, pengguna program dapat memanfaatkan produk mesin pencari maupun media lainnya yang kami miliki. Kami berharap cakupan fitur layanan tersebut mampu memberikan nilai tambah. Model bisnis UC Cradle Program menyesuaikan kebutuhan pengguna. Di situ kami memasang tarifnya.
T : Mengapa memilih bermitra dengan perusahaan e-dagang Indonesia yang sudah mapan?
J : Kami ingin menjadi perusahaan teknologi. Jadi, kami tidak ingin sekadar bermain di sektor e-dagang, melainkan platform teknologi seutuhnya. Di Tiongkok, pendekatan seperti itu hampir digunakan oleh mayoritas perusahaan teknologi. Pola ini kami bawa ke Indonesia. Dengan bermitra dengan perusahaan e-dagang besar, kami berharap mereka kelak mampu bertumbuh pesat. Lalu, mereka menawarkan solusi digital yang membantu usaha kecil menengah. Kami sudah bertemu dengan pemain e-dagang besar, seperti Lazada Indonesia dan Tokopedia.
T : Kompetitor lain, seperti Google, bahkan sudah meluncurkan produk dan solusi aplikasi yang membantu pengusaha agar bisa menjalankan bisnis lebih efisien. Bagaimana perusahaan Anda memandang hal itu?
J : Industri digital Indonesia baru memasuki tahap pertumbuhan awal. Peluang bisnis masih terbuka lebar bagi siapa saja. Oleh karena itu, kami tidak menganggap Google sebagai kompetitor. Kami menyadari mereka sudah memiliki ekosistem kuat, seperti Android dan Google Ads.
Akan tetapi, model serta pendekatan bisnis kami berbeda dengan mereka. UCWeb telah melayani pengguna internet di lebih dari 150 negara. Saat ini sudah ada kantor dan tim lokal di beberapa negara, misalnya India, Vietnam, Rusia, dan Indonesia.
Kami sendiri selalu berupaya melakukan pendekatan lokal di masing-masing negara. Sebagai contoh, kami berdiskusi dengan warga ataupun pengguna internet lokal, sebelum meluncurkan program yang tepat. Tidak semua program UCWeb dipakai di seluruh negara. UC Cradler Program pun tidak akan dibawa ke India yang sama-sama mempunyai potensi e-dagang besar.
T : Ketika berbicara mengenai bisnis digital dan perangkat bergerak, apa visi Alibaba Mobile Business Group jangka panjang?
J : Sebagai penyedia platform perangkat bergerak, kami akan fokus pada kebutuhan pengguna. Kami berkomitmen menyediakan ekosistem layanan bergerak dengan cara jalin kemitraan lokal serta perkuat pendekatan konten. Kami ingin bisa mengintegrasikan konten lokal dengan platform yang sudah diciptakan, seperti UCBrowser maupun produk Alibaba keseluruhan. Produk mesin pencari ini sekarang sudah menduduki peringkat kedua di dunia, setelah Google Chrome.
Mengutip Bloomberg, Alibaba Group Holding Ltd membukukan kenaikan penjualan menjadi 34,5 miliar yuan atau 5,2 miliar dollar AS pada triwulan pertama tahun 2016. Nilai ini meningkat 32 persen dibanding periode sebelumnya. Jumlah penjualan tersebut di atas rata-rata yang diprediksi Bloomberg, yakni 33,2 miliar yuan. Adapun pendapatan bersih perusahaan tumbuh lebih dari dua kali lipat menjadi 12,5 miliar yuan.
Jangka panjang, pendiri Alibaba, Jack Ma mengaku akan melanjutkan investasi di teknologi mobile dan berupaya mengembangkan layanan pembayaran digital yang mudah di perangkat tersebut. Investasi lainnya yaitu konten video, media, on-demand services, dan sistem penyimpanan data berbasis komputasi awan. Beberapa investasi tersebut diyakini mampu menggerakkan sumber pendapatan baru bagi Alibaba Group secara global. Sekarang, pendapatan dari lini komputasi awan telah naik 126 persen menjadi 819 juta yuan.
Investasi di teknologi mobile bisa dipakai Alibaba memperkuat sistem bisnis layanan online to offline (O2O). Bisnis itu dianggap tepat karena sebagian besar penduduk dunia menggunakan ponsel pintar mereka untuk berinternet lalu memesan layanan di toko-toko fisik, seperti pesan makanan dan merekrut jasa pekerja domestik.
Di negara asalnya, Alibaba fokus menguatkan posisi mereka hingga ke daerah rural di mana sebagian besar populasi penduduk tinggal.
Alibaba bahkan menyediakan peralatan komputer gratis dilengkapi internet. Lalu, mereka bekerja sama dengan pejabat desa setempat untuk melatih pedagang yang potensial. Program tersebut sudah hadir di 12.000 desa. Cara tersebut dinilai ampuh untuk menggerakkan konsumsi di Tiongkok.
MEDIANA
Sumber: Kompas, 4 Mei 2016