Agus Purwanto: Sains Bukan Milik Barat

- Editor

Selasa, 20 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Ayat-Ayat Semesta”. Demikian judul buku karya Agus Purwanto, doktor fisika lulusan Universitas Hiroshima, Jepang.

Ayat-ayat Semesta (AAS) memang tidak “meledak” sebagaimana buku “Ayat-Ayat Cinta”(AAC) karya Habiburahman el-Shirazy. Namun, AAS boleh jadi satu-satunya buku yang membahas secara rinci ayat-ayat semesta (kauniyah) yang terdapat dalam al-Quran.

Al-Quran ternyata banyak membahas ilmu pengetahuan seperti: garis dan waktu edar matahari, bulan, bumi, susunan kimia manusia, siklus air, kehidupan semuat, madu, dan lain sebagainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penemuan-penemuan ilmiah di abad modern mempertegas dan membuktikan kebenaran ayat-ayat al-Quran yang diturunkan 14 abad silam.

Untuk mengetahui lebih jauh ayat-ayat semesta yang terdapat dalam al-Quran dan mengapa Agus membukukannya, wartawan Majalah Gontor, Fathurroji NK, mewawancarai dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu. Berikut petikannya.

Bagaimana Anda melihat ayat-ayat semesta (kauniyah)?
Ayat-ayat semesta dalam arti ayat-ayat khauniyah dalam Al-Qur’an merupakan ayat-ayat yang merana, karena diabaikan umat Islam dan praktis tidak pernah dibahas di dalam pengajian-pengajian atau seminar-seminar
Islam.

Sejak kapan Anda mulai mendalami ayat-ayat semesta?
Sejak SMA saya merasa penasaran terhadap misteri jagad raya, tetapi kemudian merasa tertarik dan ingin ngaji ayat-ayat kauniyah sejak mahasiswa jurusan fisika ITB. Saya masuk ITB tahun 1983.

Tahun 1990 maunya beli kitab tafsir yang membahas ayat-ayat kauniyah dan atas rekomendasi dari seorang kiai saya beli tafsir Fakrur Razi tulisan Imam Muhammad ar-Razi Fakhruddin ibn Allam Dhiyauddin, yang tebalnya 16 jilid. Tapi ternyata tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Atas rekomendasi sekretaris DDII Pusat, Bapak Nabhan Husen, yang hadir di masjid ITS, saya mendapat tafsir yang sesuai keinginan yaitu tafsir al-Jawahir, tulisan Syeikh Jauhari Thanthawi, guru besar Universitas Kairo. Kitab ini saya dapatkan di toko kitab ABC di Garut, Jawa Barat.

Kitab ini penuh gambar tanaman, obyek langit, nebula dan apolo bahkan juga tulisan kanji.

Mengapa Anda tertarik dengan ayat-ayat semesta?
Sebenarnya awalnya saya tertarik pada banyak hal seperti sastra, sejarah, filsafat dan alam semesta. Tapi kemudian menajam sesuai dengan minat bidang studi. Terlebih lagi ketika diterima di Jurusan Fisika ITB, maka jalan formal untuk memahami fenomena jagad raya menjadi makin terbuka.

Bukankah mengkaji ayat-ayat semesta rumit?
Betul. Justru di sini saya merasa tertantang sekaligus ingin melengkapi kajian yang jarang dilakukan orang atau ulama.

Waktu SMA saya ingin melanjutkan studi di jurusan fisika sehingga teman-teman melihat saya sebagai orang aneh sebab fisika selain sulit, juga bidang kering, yang paling-paling setelah lulus jadi guru.

Saya masuk fisika selain tertarik pada peristiwa-peristiwa langit dan bom. Juga karena nama-nama ahli fisika yang saya tahu saat itu tidak ada yang Muslim.

Singkat kata, dulu ketika SMA saya ingin tercatat sebagai ahli fisika Muslim yang dirujuk dan ditulis di buku-buku pelajaran supaya Islam tidak identik dengan keterbelakangan.

Pendekatan apa yang Anda gunakan dalam mengkaji ayat-ayat semesta?
Pendekatan teks. Teks dipahami secara harfiah atau apa adanya terlebih dahulu. Lalu pemahaman harfiah itu coba dipahami apa adanya. Misalkan, dalam surat an=-Naml: ayat 18, kata namlatu dipahami sebagai semut betina, bukan sekadar seekor semut seperti pemahaman konvensional yang umum. Atau al-Hadid 25: anzalnaa al hadiida diartikan telah menurunkan besi bukan menciptakan besi seperti dalam terjemah al-Quran oleh Departemen Agama.

Kapan Anda mendapatkan ide untuk menulis buku Ayat-Ayat Semesta?
Waktu itu saya sedang menulis buku ilmu falak dan telah mencapai sekitar 70 persen. Buku itu memang khusus untuk pencinta atau ahli falak. Penulisan buku ilmu falak ini tetap akan saya lanjutkan- meski tidak terikat waktu selesainya—dengan tujuan yang sedikit berbeda dari tujuan awalnya. Saya ingin ilmu falak menjadi mata pelajaran alternatif yang memadukan konsep ilmiah, filsafat, dan metoda eksperimen di SMA Islam. Syukur-syukur bila dilengkapi dengan teropong sehingga orang awam menjadi lebih tertarik dan mau mengapresiasi terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam yang khusus membahas ayat-ayat semesta. Teropong juga akan mengubah pandangan orang terhadap ilmu atau teori dan alam secara umum

Saat mendalami ayat-ayat semesta, apa yang Anda rasakan?
Saya semakin merasakan kebenaran dan kedalaman al-Quran sehingga ingin semakin akrab dengan al-Quran, dan semakin tahu bahwa al-Quran tidak mungkin selesai dipahami.

Berapa lama Anda menulis buku Ayat-Ayat Semesta?
Sejak terlintas untuk menulis buku Ayat-Ayat Semesta sampai naskah dikirim ke penerbit perlu waktu hampir delapan bulan. Dengan catatan, sebagian naskah sudah ada dan tinggal mengubah redaksi yang sesuai dengan misi AAS, sebagian sudah ada di kepala tapi belum ditulis, dan sebagian ide muncul ketika dalam proses menulis. Itupun ketika melacak ayat-ayat saya dibantu oleh dua mahasiswa bimbingan saya.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan dalam buku tersebut?
Agar orang Islam berbondong-bondong memelajari, mengembangkan, dan menguasai sains eksakta seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi.

Pesan bahwa penguasaan sains adalah tugas dari Allah, Sang Khalik. Sains bukan milik orang Barat. Kedua, melalui ayat-ayat kauniyah yang relatif lebih mudah diuji kebenarannya di lapangan, mari kita hidupkan lagi pemahaman aktual terhadap al-Quran, seperti contoh-contoh yang akan saya sebut nanti soal seut dan diturunkannya besi dari langit. Kita tidak boleh terlalu terkungkung oleh pemahaman kata berdasar kamus yang dibuat para ahli sekian abad yang lalu.

Buku tentang ayat-ayat semesta sangat jarang. Bagaimana tanggapan Anda?
Bukan sekadar jarang, malah hampir tidak ada. Kita dapat melihat di toko-toko buku, banyak sekali buku tentang Islam tapi umumnya membahas masalah sosial, ekonomi, psikologi, dan sastra. Buku-buku tentang motivasi hidup dan mencapai kebahagiaan hidup menjadi buku-buku laris. Patut kita syukuri meski juga harus dikritik kok bukunya cuma tema itu-itu saja. Nah, kritik itu kan mengena kepada saya yang doktor fisika. Saya bisa melakukan apa dengan kenyataan tersebut? Saya bertekad harus menjelaskan hasil kajian sains fisika kepada nasyarakat luas, syukur-syukur sekalian bisa menghidupkan kembali (kajian) al-Qur’an yang mandeg.

Berapa jumlah ayat dalam al-Qur’an yang membahas tentang ayat-ayat semesta? Kitab yang menjadi acuan saya adalah kitab tafsir al-Jawahir tulisan Syekh Jauhari Thanthawi dari Mesir. Di dalam mukadimah kitab tafsir ini disebutkan bahwa di dalam al-Qur’an ada 750 ayat kauniyah dan hanya 150 ayat hukum.

Sejak saya memiliki kitab tersebut tahun 1991, saya sering menyitir data tersebut sampai akhirnya tersentak mengapa kok cuma menyitir tidak menghitung sendiri, mengumpulkan dalam satu buku lalu membahasnya.

Jadi 15 tahun saya Cuma jadi tukang sitir, mirip keledai seperti sindiran kitab suci. Nah, tahun 2007 lalu mulailah saya menghitung dengan dibantu dua mahasiswa saya untuk pembanding. Hasilnya 1.108 ayat, angka yang jauh lebih besar dari Syekh Thanthawi maka selanjutnya saya seleksi ulang sampai sekitar tujuh kali.

Saya pilah ayat-ayat mana yang merupakan “ayat kauniyah” dan menuntun kepada konstruksi ilmu kealaman dan mana yang bukan. Tidak semua ayat yang memuat kata elemen alam, seperti langit dan bumi, merupakan ayat kauniyah yang membawa pada bangunan ilmu kealaman. Sebagai contoh, QS asy-Syuura 42:4. Di dalam ayat ini langit dan bumi menurut saya tidak memberi informasi apa-apa selain menerangkan kekayaan dan kepemilikan Allah SWT. Ayat-ayat seperti ini di dalam klasifikasi abjad diberi tanda ) yaitu QS 42:4 dan di dalam klasifikasi surat tidak ditampilkan.

Kita bandingkan ayat tadi dengan ayat 25 surat al-Ruum. Di dalam ayat ini terdapat spesifikasi dari langit dan bumi yang dapat dieksplorasi lebih lanjut, yakni keadaan berdirinya dengan iradah Allah SWT. Pertanyaan sederhana yang dapat diajukan adalah bagaimana proses dan mekanisme berdiri tersebut, memerlukan waktu berapa lama dan kapan, dan iradah Allah muncul dalam bentuk apa. Pemilahan ini memberikan jumlah akhir ayat kauniyah yaitu 800 ayat.

Anda juga menulis buku tentang belajar dan memahami bahasa Arab?
Betul. Tentang cara praktis belajar nahwu-sharaf ala mahasiswa yang katanya sibuk. Judulnya, Metoda Hikari, Arab Gundul Siapa Takut?

Apa yang ingin Anda sampaikan dalam buku tersebut?
Bahasa Arab bisa dipahami oleh siapa saja yang mau, bukan hanya orang pesantren. Orang yang tidak pernah nyantri seperti saya ini masih mungkin untuk memahaminya.

Mengapa Anda menulis itu, bukankan Anda focus di fisika? Adakah kaitannya?
Ingin berbagi pengalaman. Saya ingin orang-orang non-pesantren yang ingin mempelajari nahwu-sharaf secara otodidak tidak mengulangi kesulitan seperti yang saya alami. Tidak ada kaitannya secara langsung dengan fisika, tetapi pemahaman kita tentang al-Qur’an menjadi tidak utuh tanpa bahasa Arab. Terjemah saja sangat tidak memadai. Misalkan, di dalam kitab suci kadang digunakan fi’il madhi kadang fi’il mudhari’ untuk menceritakan penciptaan-penciptaan. Jelas, pemilihan jenis kata kerja dalam cerita penciptaan bukanlah hal remeh yang dapat ditukar-tukar, karena secara faktual memang menceritakan waktu peristiwa yang pasti juga berbeda.

Apakah Anda selalu the best di sekolah?
Tidak. Sesekali saja. Itu pun hal yang khusus misalnya matematika. Secara umum saya tidak pernah menjadi the best karena saya hanya tertarik pada hal-hal tertentu dan tidak tertarik pada hal-hal tertentu lainnya. Dan, bila sudah tidak tertarik, ya, sya tinggalkan. Sebagai ganti the best, kepada mahasiswa saya sering katakan : if you are not the best be the first.Jiwa kepeloporan perlu tetap ditumbuhkan.

Bagaiman cara Anda belajar?
Pilih buku yang menarik, misalnya tulisan tidak rapat dan banyak gambarnya. Buku dibaca berulang-ulang. Saya ingat cerita tentang al-Ghazali bahwa dia kalau baca suatu subyek kadang sampai 40 kali kalau tetap tidak ngerti, ditinggalkan. Eksrem ya? Saya tidak sebanyak itu, tapi yang jelas harus diulang-ulang. Kalau bidang eksakta, harus secara motorik yakni dengan menulis, baik menurunkan atau membuktikan rumus serta menyelesaikan soal-soal. Seperi saya tulis di buku AAS, sedikitnya 10 halaman setiap hari.

Bagaimana Anda mendidik anak-anak?
Secara konvensional. Tiga anak pertama saya ajari sendiri ngaji sampai tamat Iqra 6. Dua lainnya masih TK dan bayi. Dua anak terbesar saya simak sendiri dalam membaca al-Quran 30 Juz sampai khatam. Semua anak saya pernah mendengan bacaan al-Qur’an 30 Juz ketika bayi yakni sampai usia satu bulan. Dua anak pertama mendengar kaset tartil sedangkan tiga anak lainnya saya bacakan sendiri masing-masing satu bulan. Sekarang kalau pagi saya berusaha membangunkan mereka untuk shalat Subuh berjamaah di masjid, selain Magrib dan Isya.

*Agus Purwanto dilahirkan di Jember, Agustus 1964. Hobinya mancing, menulis, dan baca puisi. Dari perkawinannya dengan Hanifah, Agus dikaruniai lima anak: Fauzan Atsari, Fathiyul Hahmi, Farisi Fahri, Fairuz Fuadi, dan Fikri Firdausi. Agus lulus pendidikan sarjana (S1) di jurusan Fisika Institut teknologi Bandung (ITB) tahun 1989, dan S2 tahun 1993. Ia kembali menempuh program S2 di jurusan Fisika Universitas Hiroshima Jepang, dan lulus 1999. Gelar doktor fisika juga ia raih di Hiroshima(2002). Staf pengajar Jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya itu, kini mengepalai Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA) ITS, dan menjadi anggota Himpunan Fisika Indonesia dan Physical Society of Japan.

Sumber: Sang Pencerah.id (https://sangpencerah.id/2014/05/agus-purwanto-sains-bukan-milik-bara/)

 

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif
Berita ini 57 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:11 WIB

Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB