Belajar sains tidak sulit, menyeramkan, apalagi membosankan. Sayangnya, belajar sains secara menyenangkan masih jauh dari kelas-kelas pengajaran sains sejak di bangku SD. Akibatnya, para siswa merasa “putus asa” belajar sains dan merasa “bodoh” karena tidak menguasai rumus-rumus yang dipaparkan guru dari buku pelajaran sains.
Banyak anak yang alergi mendalami sains ketika beranjak besar. Dunia sains kalah menarik dari, misalnya, ajang pencarian bakat menyanyi yang jumlah pendaftarnya bisa mencapai ribuan orang.
Tak mengherankan, Indonesia kekurangan jumlah ilmuwan dan insinyur. Dampak lebih lanjut, kemampuan riset dan inovasi bangsa rendah sehingga daya saing Indonesia kalah dari negara tetangga
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Upaya mendorong anak-anak sejak dini mencintai sains dengan memperkenalkan sains yang menyenangkan telah 10 tahun dilakukan lewat Olimpiade Sains Kuark (OSK). Kompetisi sains yang terbuka bagi semua anak SD tanpa embel-embel juara kelas atau seleksi khusus itu dilakukan PT Kuark Internasional yang mendukung literasi sains lewat majalah komik Kuark bagi siswa SD.
Memasuki satu dasawarsa OSK, pendaftar di babak penyisihan mencapai sekitar 92.000 anak. Mereka berasal dari 225 kota/kabupaten di 34 provinsi.
Peserta dibagi dalam tiga level, yakni level 1 (kelas 1-2 SD), level 2 (kelas 3-4), dan level 3 (kelas 5-6). Babak final akan diadakan di Jakarta.
Pada pembukaan babak penyisihan OSK ke-10 yang dipusatkan di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, Sabtu (20/2), tiga siswa SDIT Assalaamah, Jakarta Timur, menampilkan eksperimen sains yang mematahkan anggapan umum. Zacky Alvy, Galang, dan Indrianissa memanaskan bekas botol plastik yang berisi air di atas lilin yang menyala. Meskipun api dari lilin mengenai botol plastik yang berisi air, botol tidak terbakar.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang hadir dalam pembukaan ikut maju untuk mencoba eksperimen yang mengasyikkan. Ia mengajak ratusan siswa yang hadir untuk mendekat dan mencoba eksperimen dalam waktu singkat.
“Mempelajari sains itu bisa dengan memanfaatkan apa yang ada di alam sekitar. Melihat eksperimen sains yang asyik tidaklah sulit membuat anak-anak untuk menyukai sains,” ujar Djarot.
Ia berjanji, guru-guru di DKI Jakarta akan diprogramkan untuk mengikuti pelatihan pengajaran sains yang menyenangkan. “Jangan gara-gara konotasi sains yang sulit, anak-anak kita buta sains,” ucap Djarot.
Dalam seminar literasi sains bagi orangtua siswa, fisikawan Yohanes Surya mengatakan, eksperimen sains yang diperagakan dalam pembukaan bisa membuat anak berpikir mengapa plastik tidak terbakar api. Dengan cara ini, guru bisa memperkenalkan sejumlah pengetahuan.
Botol plastik tidak terbakar karena tidak mencapai titik lelehnya yang berkisar 130-160 derajat celsius. Hal itu bisa terjadi sebagai akibat dari panas api yang diambil oleh air yang mendidih.
“Sains menjadi asyik lewat eksperimen-eksperimen yang sederhana. Potensi anak-anak menjadi ahli sains yang hebat di masa depan bisa terjadi jika memiliki guru yang baik dan metode yang tepat,” tutur Yohanes.
Menurut dia, tidak ada anak yang bodoh dalam sains. Mereka hanya tidak memiliki kesempatan mendapatkan pembelajaran sains yang menyenangkan.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro yang juga giat mendukung OSK mengatakan, anak-anak harus diajarkan berpikir logis.
Dunia saat ini menghadapi banyak tantangan yang perlu dipecahkan dengan sains. Tantangan itu antara lain pemanasan global, pencemaran lingkungan, dan munculnya berbagai penyakit baru
“Kesadaran akan sains menjadi bagian penting bagi masa depan Indonesia. Melalui OSK dan Kuark, kesadaran sains dibangun sejak dini. Kemampuan menyelesaikan masalah, berpikir kritis, kemampuan dalam bernalar diasah melalui kegiatan sains yang menyenangkan,” kata Sanny Djohan, Direktur PT Kuark Internasional. (ELN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Februari 2016, di halaman 12 dengan judul “Agar Anak Menyenangi Sains”.