Pemerintah Butuh Satu Juta Alat Periksa Cepat

- Editor

Sabtu, 21 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah akan mengirimkan 2.000 perangkat pemeriksaan cepat ke banyak daerah. Namun, pemerintah masih membutuhkan satu juta alat lagi untuk mempercepat deteksi mereka yang terinfeksi virus korona baru.

Seiring dengan terus meningkatnya jumlah kasus infeksi virus korona (corona) baru yang memicu penyakit Covid-19, pemerintah segera melaksanakan pemeriksaan cepat (rapid test). Saat ini, ada 2.000 peralatan tes cepat yang akan dikirim ke daerah. Namun, pemerintah masih membutuhkan setidaknya satu juta peralatan lagi.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (20/3/2020), menjelaskan, terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 di Indonesia dari 309 kasus menjadi 369 penderita.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Adapun jumlah pasien yang meninggal juga meningkat dari 25 orang menjadi 32 orang atau bertambah tujuh kasus. Sementara pasien yang sembuh menjadi 17 orang dari sebelumnya 16 orang atau bertambah satu orang.

Pemeriksaan massal, lanjut Yurianto, dilakukan dengan hanya mengambil sampel darah. Tidak seperti uji molekular, pemeriksaan itu bisa memberikan hasil hanya dalam dua menit. Meski berbeda sensitivitasnya, pemeriksaan cepat itu sudah dilakukan di banyak negara. ”Tujuannya hanya menemukan yang positif, uji selanjutnya tetap akan dilakukan,” katanya.

Yurianto menambahkan, pihaknya membutuhkan sedikitnya satu juta peralatan tes cepat. Hal itu disebabkan pemerintah memperkirakan jumlah orang yang berisiko terinfeksi virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 akan mencapai 500.000-700.000 orang.

Menurut rencana, tidak semua orang akan diperiksa, tetapi hanya orang dengan risiko yang tinggi yang akan diperiksa. Jika positif, pemeriksaan akan dilakukan melalui pemeriksaan swab. ”Lalu, kami akan melihat lagi selama 14 hari sebelumnya yang bersangkutan itu ke mana saja,” ungkap Yuri.

Imunitas
Sampai kini, jumlah pasien yang sembuh baru 17 orang atau bertambah satu orang dari sehari sebelumnya 16 orang. Yurianto mengatakan, sejumlah pasien dari Indonesia yang dinyatakan sembuh juga tidak menjalani pengobatan yang spesifik. Pengobatan Covid-19 hanya meningkatkan imunitas tubuh.

”Makanya kita tidak harus menunggu obat atau vaksin. Secara global, lebih banyak yang sembuh daripada yang meninggal akibat penyakit ini,” kata Yurianto.

Hal itu dipertegas oleh sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasojo. Menurut dia, terdapat tiga hal yang saat ini harus dilakukan bersama-sama, yakni membuat pertahanan diri, pertahanan sosial, dan pertahanan kelembagaan.

Dalam pertahanan kelembagaan, tiap kelompok, perusahaan, dan lembaga lain melindungi karyawan dengan melakukan gerakan bersih-bersih kantor dan gerakan lain.

Menurut Imam, pertahanan diri merupakan upaya mandiri untuk memperkuat tubuhnya sendiri. ”Virus ini tidak bekerja efektif kalau kita mempertahankan diri dengan badan sehat. Upaya menjaga kesehatan diri itu harus kita lakukan,” katanya.

Sementara itu, pertahanan sosial merupakan upaya menjaga diri untuk keluar dari barisan kerumunan. ”Barisnya memang menjauhi kerumunan, tetapi itu berbaris untuk melawan Covid-19,” ungkap Imam.

Oleh DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 20 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB