Medan Magnet Bergerak Cepat, 15 Januari Sistem Disesuaikan

- Editor

Minggu, 13 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para peneliti geologi saat ini dibingungkan dengan fenomena aneh yang terjadi di puncak dunia. Kutub magnet utara Bumi bergerak menjauh dari Kanada dan menuju Siberia. Pergerakan itu didorong oleh besi cair di dalam inti planet. Kutub magnet bergerak amat cepat sehingga memaksa para ahli geomagnet dunia untuk mengambil langkah yang jarang dilakukan.

Pada 15 Januari mendatang mereka akan memperbarui World Magnetic Model atau Model Magnetik Dunia yang menggambarkan medan magnet planet ini. Model tersebut mendasari semua navigasi modern, dari sistem yang mengarahkan kapal di laut hingga Google Maps di ponsel. Hal itu bakal memperbarui versi model terbaru yang keluar pada tahun 2015 dan seharusnya berlaku hingga 2020.

GRAFIS DARI NATURE–Pergerakan kutub magnet Bumi dari waktu ke waktu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, karena medan magnet berubah begitu cepat, para peneliti harus menyesuaikannya sesegera mungkin. ”Kesalahan semakin meningkat setiap saat,” kata Arnaud Chulliat, geomagnetis di University of Colorado Boulder dan Pusat Nasional Informasi Lingkungan pada Badan Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat (NOAA), Rabu (9/1/2019), di Nature.com.

Masalahnya sebagian terletak pada kutub yang bergerak dan sebagian dengan pergeseran materi lain jauh di dalam planet ini. Pengadukan cairan di dalam inti Bumi menghasilkan sebagian besar medan magnet yang berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu saat aliran berubah. Pada tahun 2016, misalnya, bagian dari medan magnet bergerak cepat di lapisan bawah Amerika Selatan bagian utara dan Samudra Pasifik bagian timur. Satelit misi Swarm milik Badan Antariksa Eropa melacak perubahan tersebut.

Pergerakan kutub magnetik ini diketahui pada awal 2018 saat Model Magnetik Dunia rusak. Para peneliti dari NOAA dan British Geological Survey di Edinburgh melakukan pemeriksaan tahunan untuk mengetahui seberapa baik model tersebut menangkap semua variasi dalam medan magnet Bumi. Mereka menyadari hasilnya sangat tidak akurat karena melebihi batas kesalahan yang dapat diterima pada sistem navigasi.

”Itu adalah situasi menarik yang kami alami,” ucap Chulliat. Kemudian, ia membagi penjelasan apa yang terjadi ini dalam dua bagian yang dilaporkannya bulan lalu dalam pertemuan American Geophysical Union di Washington DC.

Pertama, gelombang geomagnetik 2016 di bawah Amerika Selatan datang tepat setelah pembaruan 2015 ke Model Magnetik Dunia. Hal ini berarti medan magnet telah bergerak setelah pembaruan terbaru dan luput dari antipasti perencana.

Kedua, gerakan kutub magnet utara memperburuk masalah. Kutub mengembara dengan cara yang tidak terduga yang telah membuat penjelajah dan ilmuwan terpesona sejak James Clark Ross pertama kali mengukurnya pada tahun 1831 di Arktik Kanada.

Pada pertengahan 1990-an, kecepatan bertambah dari sekitar 15 kilometer per tahun menjadi sekitar 55 kilometer per tahun. Sejak tahun 2001, pergerakan telah memasuki Samudra Arktik, yang pada 2007 sebuah tim, termasuk di dalamnya Chulliat, mendaratkan sebuah pesawat di es laut dalam upaya menemukan bagian kutubnya.

Pada tahun 2018, kutub tersebut melintasi Garis Tanggal Internasional (International Date Line) ke Belahan Bumi Timur. Saat ini sedang menuju langsung ke Siberia.

Geometri medan magnet Bumi memperbesar kesalahan model di tempat-tempat medan berubah dengan cepat, seperti Kutub Utara. ”Fakta bahwa kutub berjalan cepat membuat wilayah ini lebih rentan terhadap kesalahan besar,” ujar Chulliat.

Untuk memperbaiki Model Magnetik Dunia, ia dan rekan-rekan memberinya tiga tahun data terbaru yang mencakup gelombang geomagnetik 2016. Versi baru ini akurat hingga jadwal pembaruan berikutnya secara berkala tahun 2020.

Sementara itu, para ilmuwan berupaya memahami mengapa medan magnet berubah begitu dramatis. Gelombang geomagnetik, seperti yang terjadi pada tahun 2016, dapat ditelusuri kembali ke gelombang hidromagnetik yang timbul di inti Bumi. Gerakan cepat dari kutub magnet utara dapat dihubungkan dengan semburan besi cair berkecepatan tinggi di bawah Kanada.

”Jet itu tampaknya melemahkan medan magnet di bawah Kanada,” kata Phil Livermore, ahli geomagnetik di Universitas Leeds, Inggris, pada pertemuan American Geophysical Union. Hal itu berarti Kanada pada dasarnya kehilangan tarikan perang magnetik dengan Siberia.

”Lokasi kutub magnet utara tampaknya diatur oleh dua bidang magnet berskala besar, satu di bawah Kanada dan satu di bawah Siberia. Dan Siberia memenangi kompetisi,” ucap Livermore.–ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 12 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB