Mobil hemat energi Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya menjuarai Shell Eco-Marathon Driver’s World Championship 2018, kompetisi internasional mobil hemat energi. Sapuangin ada di posisi pertama mobil dengan efisiensi pembakaran terbaik saat berlaga di Queen Elizabeth Olympic Park, London, Inggris, Minggu (8/7/2018).
Sapuangin menjadi mobil tercepat dan terhemat di ajang internasional itu mengalahkan delapan mobil lain dari Asia, Eropa, dan Amerika. Posisi kedua diraih tim Sask Eco UC dari Kanada disusul tim Toulouse Ingenierie Multidisciplinaire dari Prancis di posisi ketiga.
ARSIP HUMAS ITS–Mobil hemat energi Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur, mengikuti inspeksi teknis saat kompetisi rancang-bangun Shell Eco-Marathon Driver’s World Championship 2018 di Queen Elizabeth Olympic Park, London, Inggris, Rabu (4/7/2018). Mobil berbahan bakar bensin itu menjadi mobil tercepat dan terhemat di ajang tersebut.–ARSIP HUMAS ITS
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain Sapuangin ITS, tim dari Asia diwakili dua tim lain dari Indonesia, yakni tim Semar Urban dari Universitas Gadjah Mada dan tim Garuda dari Universitas Negeri Yogyakarta. Tiga tim itu meraih tiket ke grand final Shell Eco-Marathon Driver’s World Championship (SEM WDC) 2018 di London setelah jadi tiga tercepat di Asia. Mereka bersaing dengan perwakilan dari Eropa dan Amerika Serikat yang juga mengirim tiga tim terbaiknya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Angota ITS Team Sapu Angin memperlihatkan kemampuan mobil balap formula Sapuangin Speed 5 yang baru diluncurkan di Gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya, Jumat (25/8/2017). Mobil rancangan mahasiswa tersebut akan berlomba dalam ajang “Student Formula Japan 2017 ” di Ecopa Stadium Jepang.
Sejumlah kendala
Manajer Nonteknis Tim Sapuangin ITS Billy Firmansyah, dihubungi dari Surabaya, Senin (9/7), mengatakan, keberhasilan menjuarai ajang SEM WDC 2018 merupakan capaian kerja keras semua anggota tim. ”Sejumlah kendala menghadang Sapuangin, antara lain ban sobek dan steering patah sebelum lomba. Kami bisa mengatasinya,” ucapnya.
Sapuangin jadi mobil pertama mencapai garis akhir setelah menuntaskan 10 putaran di trek sepanjang 6,7 kilometer dengan elevasi 3-12 meter. Mobil yang memakai bahan bakar bensin itu mengalahkan mobil lain yang menggunakan bahan bakar solar, etanol, gas alam cair, dan listrik.
”Ajang SEM WDC tak hanya soal kecepatan, tetapi juga efisiensi bahan bakar. Pemenang di ajang ini adalah mobil yang bisa mencapai garis finis pertama dengan batas bahan bakar ditentukan,” kata Billy.
Meski jadi jawara di ajang SEM Asia 2018 di Singapura, Maret lalu, tim ITS 2 ini menyiapkan strategi agar jadi yang terbaik di dunia. Efisiensi pembakaran bisa maksimal dengan mengatur kecepatan tak lebih dari 40 kilometer per jam.
Sejak awal lomba, Sapuangin berada di posisi empat terdepan. Saat memasuki putaran terakhir dan melihat bahan bakar memadai, mobil yang dikendarai Hafis Habibi melaju lebih cepat dan menyalip mobil-mobil lain di depannya.
”Sempat ada kekeliruan karena panitia menyatakan Sapuangin ITS baru menyelesaikan 9 putaran. Kami melayangkan protes dibantu tim lain dari Indonesia, tim Semar Urban dan tim Garuda, disertai bukti rekaman selama lomba berlangsung,” kata Billy.
General Manager Tim Sapuangin ITS Rafi Rasyad mengungkapkan, menjadi juara dunia kompetisi mobil tercepat dan terhemat ialah capaian amat luar biasa. ”Kemenangan ini tak hanya milik ITS, tetapi milik seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya.–IQBAL BASYARI
Sumber: Kompas, 10 Juli 2018