Cara Kerja Antena Parabola

- Editor

Kamis, 27 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dahulu kita hanya mengenal radio yang pada awalnya pun hanya bisa menangkap siaran yang terbatas saja. Baru kemudian dengan peraIatan yang lebih canggih dan dilengkapi antena khusus jangkauan siaran radio yang dicapai pun meliputi seluruh penjuru dunia. Dan baru pada tahun 1962 Indonesia mengenal siaran televisi, sementara di Eropa dan Amerika Serikat perkembangan televisi ini sudah dirintis penemuannya sejak tahun 1873 dan mulai dijual di pasaran sekitar tahun 1940-an.

Sampai kini perkembangan teknologi televisi di Indonesia masih setara dengan teknologi radio sebelum Perang Dunia II. Penonton TVRI umumnya hanya bisa menerima siaran dan stasiun pemancar, stasiun relay, dalam jarak beberapa puluh kilometer saja. Meskipun kita sudah memiliki satelit komunikasi Palapa. Siaran televisi berwarna yang di Iuar negeri sudah dikenal sejak 1953, di Indonesia baru beberapa tahun ini saja bisa kita nikmati.

Penernuan teknologi komunikasi terus meIaju. Begitulah, negara-negara maju pada tahun 1966 sudah mulai melakukan penelitian menangkap siaran televisi dengan sistem siaran Iangsung ke rumah Iewat satelit. Sistem ini dikenal sebagai Satelit Siaran Langsung (SSL) yang dalam bahasa Inggris disebut Direct Broadcasnng Satelite (DBS). Tujuan utamanya agar mampu meliput jaringan siaran ke seluruh negeri tanpa melalui stasiun-stasiun pemancar ataupun stasiun penghubung (Stasiun Bumi) di wilayah yang bersangkutan, terutama untuk menjangkau tempat-tempat terpencil yang karena keadaan alamnya sulit ditembus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Antena Parabola.
Dua tahun terakhir ini di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan dan lain-lain, ada pemandangan baru.

Kalau semula di atas atap rumah penduduk kita hanya melihat bemunculannya antena-antena televisi yang bagaikan ranting pohon, kini di atap atau halaman beberapa rumah penduduk kita melihat peralatan televisi berbentuk piring cekung yang dihadapkan ke langit dan garis tengahnya antara 40 sentimeter sampai dua atau tiga meter. Itulah antena parabola yan dapat menangkap siaran televisi langsung satelit, bahkan mempu menanqkap siaran teve luar negeri dari satelit negara asing.

Antena itu dinamakan parabola karena bentuk permukaan antena berupa piring cekung atau bidang parabola tiga dimensi. Bagi kalian yang sudah belajar ilmu ukur tentu mengetahui bahwa parabola ialah titik-titik pada bidang rata yang jaraknya terhadap suatu titik tertentu dan sebuah garis tertentu pada bidang tersebut konstan (tetap). Jadi parabola itu mempunyai satu titik fokus (pusat). Pada antena parabola, itu berarti setiap berkas sinyal atau sinar yang datang sejajar denqan sumbu parabola akan dipantulkan ke satu titik pusat (fokus). Sifat demikian dipakai untuk mengumpulkan (memusatkan) sinyal elektromagnetis yang dipancarkan oleh satelit, seperti yang kini dipakai dalam sistem menangkap siaran televisi melaiui SSL (satelit siaran langsung).

Pada cara lama, seperti yang hingga kini digunakan oleh Intelsat (International Telecomunications Satelite Consortium), yang mengoperasikan beberapa satelit komunikasi, jalan siarannya sebagai berikut: Program televisi dipancarkan dari studio melalui sarana komunikasi konvensional (microwave atau kabel) ke stasiun pemancar (transmitter) yang kemudian memancarkannya ke satelit (misalnya Palapa). Kemudian satelit merelai (relay, menyiarkannya) dan meneruskannya ke stasiun penerima di bumi (Stasiun Bumi/SB) yang selanjutnya –melalui sarana komunikasi konvensional— disalurkan ke pesawat pesawat televisi di rumah.

Dengan cara baru, sistem SSL, stasiun bumi tidak lagi dibutuhkan. Siaran langsung bisa diterima di rumah. Tentu saja untuk itu diperlukan peralatan khusus yang sifatnya mangubah frekuensi yang dipancarkan oleh satelit. Antena lain antena parabola dengan berbagai peralatan lainnya yang ditempatkan di luar dan di dalam rumah.

Pada “titik api” (titik fokus) antena reflektor parabola atau antena piringan itu terpasang alat yang menghimpun semua pantulan pancaran dari pemukaan dinding piringan itu. Alat ini berfungsi untuk selain menghimpun, juga memperkuat sinyal yang dipancarkan satelit dengan frekuensi beberapa GHz (Giga Hertz=milyar HErtz). Hertz atau yang biasa ditulis dengan singkatan Hz adalah satuan besaran frekuensi.

Bagaimana cara kerja satelit TV dan sistem SSL? Kalian pasti sudah membaca atau mendengar dari guru bahwa bumi berputar pada sumbunya (poros) 24 jam sehari. Agar dapat digunakan selama 24 jam, ia harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berada pada tempat yang tetap di atas permukaan bumi.
Untuk itu satelit yang dimaksud harus ditempatkan pada ketinggian 36 ribu kilometer di atas khatulistiwa. Sekarang ini telah bermacam-macam satelit berkelompok di tempat dan pada ketinggian itu.

Program televisi dari studio (misalnya Senayan) dipancarkan ke satelit. Ia menerima lantas mengembalikannya ke bumi dengan kekuatan yang dilipatgandakan. Gelombang sinyal yang dikirimkan oleh satelit ini (lihat gambar diagram) ditangkap oleh antena parabola yang ditempatkan di atas atap rumah atau di halaman rumah (di luar rumah) kita.

Antena parabola ini terdiri dari beberapa peralatan yang ditempatkan di luar rumah dan di dalam rumah. Yang di luar rumah, yaitu pada piringan cekung itu terdapat alat yang disebut feed horn (corong penala) yang antara lain berfungsi sebagai penerima sinyal yang dipantulkan oleh permukaan antena. Kemudian terdapat alat untuk menurunkan frekuensi, yang kerja atas asas resonansi gelombang elektromagnetik. Juga terdapat motor penggerak, yang ditempatkan antara tiang dan bagian bawah piringan antena.

Sinyal berfrekuensi tinggi dari satelit diterima oleh alat penurun frekuensi. Di alat ini frekuensi tinggi diturunkan menjadi frekuensi orda Mhz (MegaHertz= juta Hertz). Selanjutnya alat ini memperkuat lagi sinyal dan mengirimnya kepada converter atau alat penggubah frekuensi hingga bisa diterima pesawat televisi biasa. Alat tersebut ditempatkan di dalam rumah. Selain itu masih terdapat beberapa alat tambahan misalnya alat penyaring sinyal sehingga gambar lebih bersih dan jelas. Kemudian ada pula alat yang berfungsi untuk menyadap informasi audio. Dan sebuah alat lain dan perangkat antena parabola ini yang tak kalah pentingnya adalah penata arah piringan (positioner). Arah yang ditata terbagi dalam dua sumbu, yaitu sumbu elevasi (ke atas/ke bawah) dan sumbu azimuth (ke kiri/ke kanan). Bagi Indonesia, pengaturan azimuth inilah yang penting. Karena Indonesia berada di dekat khatulistiwa, sedang satelit juga berada di daerah khatulistiwa.

Lewat alat inilah kita dapat mengarahkan sisi azimuth permukaan piringan (parabola) tepat ke arah satelit yang dituju. Akan tetapi karena kita di Indonesia berada di bawah khatulistiwa, maka kelihatan seolah-olah parabola itu bergerak ke atas ke bawah (elevasi). Padahal sebetulnya bergerak ke kiri ke kanan (azimuth). Untuk mengarahkan piringan antena itu kita hanya tinggal menekan tombol positioner. Bila posisi yang diinginkan telah tercapai, maka pergerakan pun dihentikan. Dan motor penggerak piringan yang berada di antara tiang antena dan bagian bawah piringan itu pun berhenti bekerja.

Menangkap Siaran Luar Negeri
Harga antena parabola ini cukup mahal berkisar antara 500 ribu rupiah sampai tiga juta rupiah. Tetapi mengapa orang, tentu orang kaya, seakan-akan berlomba-lomba ingin memiliki antena parabola?

Dengan antena parabola ini bisa ditangkap juga siaran televisi luar negeri. Apalagi bila antenanya diarahkan ke satelit komunikasi Intelsat IV dan V yang bergelantungan di atas khatulistiwa, hampir semua siaran tv dari puluhan negara pemakai satelit itu niscaya bisa ditangkap.

Syarat untuk bisa menangkap siaran tv luar negeri itu memang antena parabola itu harus diarahkan pada satelit dan satelit itu juga harus mengarah pada posisi antena televisi kita. Ini bisa terjadi di antara negara-negara di ASEAN yang ikut menyewa satelit Palapa, misalnya Malaysia, Thailand dan Filipina. Sedangkan siaran tv negara negara lain, seperti Eropa dan Amerika, kemungkinan kecil bisa ditangkap di Indonesia. Apalagi sudah ada ketentuan bahwa satelit negara tertentu sudah ditentukan pula tempatnya.

Tetapi bukan tidak mungkin SSL di masa datang memiliki daya pancaran yang sangat kuat sehingga meliputi seluruh dunia. Namun SSL juga punya kelemahan yaitu mudah terpengaruh keadaan cuaca di bumi. Misalnya terpengaruh oleh hujan. Maksudnya, sinyal yang dipancarkan SSL akan terpengaruh oleh besar kecilnya hujan atau mendung. Saat turun hujan, bisa saja gambar di layar tv pemirsa lenyap. Lagi pula makin tinggi frekuensi yang digunakan SSL, makin besar pula kemungkinan terpengaruh oleh keadaan cuaca di bumi. Itulah beberapa pengetahuan singkat mengenai antena parabola yang kini sedang populer. Di antara kalian mungkin sudah ada yang memiliki antena parabola. Hati-hati, jangan terlalu sering nonton acara televisi, apalagi siaran dari luar negeri nanti pelajaran sekolahmu terlupakan. Kalian kan tidak ingin kalau rapormu banyak angka merahnya dan akhirnya nanti tidak naik kelas (RB)

Sumber: Majalah Amanah

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 515 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB