Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Widjajono Partowidagdo. Pria berambut ‘gondrong’ ini menghembuskan nafas terakhirnya saat melakukan kegiatan alam yang selama ini menjadi salah satu kegemaranya.
Widjajono wafat ketika menaklukkan ketinggian Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4) siang.
Lelaki murah senyum itu lahir pada 16 September 1951 itu. Widjajono meninggalkan seorang istri, Ninasapti Triaswati (48) dan seorang anak perempuan Kristal Amelia (15). Widjajono diangkat menjadi Wamen sekitar enam bulan yang lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelum menjabat sebagai Wamen, lelaki kelahiran Magelang ini aktif mengajar di almamaternya di Institut Teknologi Bandung. Di Institut itu, Widjajono meraih gelar sarjana teknik dari Program Studi Teknik Perminyakan ITB pada 1975. Kemudian ia memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) dalam bidang Petroleum Engineering (1980), dilanjutkan M.Sc dalam bidang Operation Research (1982), dan MA dalam bidang Economics (1986) dengan judul tesis “An Energy Economy Model for Indonesia” dari University of Southern California (USC).
Gelar Ph.D ia dapatkan dari universitas yang sama pada 1987 setelah merampungkan desertasi berjudul “An Oil and Gas Supply and Economic Model for Indonesia”.
Selama berkarir di ITB, Widjajono pernah menjabat sebagai Ketua Program Pasca-Sarjana Studi Pembangunan ITB (1993-2004), Ketua Kelompok Keahlian Pemboran, Produksi dan Manajemen Migas Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (kini dipecah menjadi FTTM dan FITB) (2005-2007), dan Sekretaris Komisi Permasalahan Bangsa, Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.
Hingga saat ini, Widjajono telah menulis dua buah buku yakni Memahami Pembangunan dan Analisis Kebijakan (2004) dan Manajemen dan Ekonomi Minyak dan Gas Bumi (2002). Selamat jalan Pak Wid.
Selama menjabat sebagai Wamen ESDM, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dikenal kritis dan berani mengungkapkan pemikiran-pemikirannya.
Terakhir, adalah pemikirannya soal BBM jenis premix RON 90 yang harus dijual untuk jalan keluar bagi mobil asing yang memakai bensin premium.
Bahkan komentar Widjajono juga sering dinilai kontroversial para anggota DPR. Saat pemerintah getol kampanye soal konversi BBM ke BBG, Widjajono merupakan pejabat pertama yang berani memasang converter kit di mobilnya baik mobil dinas dan pribadinya.
Widjajono dikenal sebagai sosok pejabat yang rendah hati dan unik. Beliau juga salah satu bahkan satu-satunya pejabat setingkat menteri yang rutin pergi menggunakan bus saat berangkat kerja. Memang penampilannya dengan rambut gondrong terkesan jarang tersisir sering menjadi perdebatan dikalangan politisi.
Jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di San Diego Hill pada Ahad (22/4) siang.
Dari Berbagai sumber, 23 April 2012
—–
Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo: “Sekarang Saat yang Tepat Naikkan Harga BBM”
Selain sederhana, rambutnya gondrong, dan berani berkata apa adanya.
Usianya sudah 60. Pria ini masih sehat. Jalannya tegap. Masih seperti usia 45. Dialah profesor yang telah menaklukkan 40 gunung tertinggi di dunia yang juga Wakil Menteri Energi: Widjajono Partowidagdo.
Rabu pagi, 30 November 2011, pukul 08.00 WIB, profesor perminyakan itu menepati janji mengunjungi redaksi VIVAnews.com di Menera Standard Chartered Bank, Lantai 31, Jakarta.
Penampilannya tak seperti Wakil Menteri, mengenakan kemeja besar tak dimasukkan dan tas kumal bermerek Pekan Energi Nasional 2011: Energi Pro Rakyat. Tak ada tanda, kalau yang datang itu wakil menteri.
Dia merupakan petinggi negeri ini yang unik. Selain sederhana, rambutnya gondrong, dan berani berkata apa adanya. Termasuk mengatakan perlunya pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak.
Laki-laki yang dilahirkan di Magelang, 16 September 1951 ini, lebih suka berkata terus terang dan tidak berpura-pura. “Karena dengan berterus terang, negeri ini akan menjadi lebih baik,” katanya.
Berikut petikan perbincangan Widjajono dengan redaksi VIVAnews.com:
Bagaimana pengalaman Anda dalam menaklukkan gunung?
Kalau mau naik gunung, naik saja. Tapi kalau ada larangan, lebih baik ikuti saja: jangan naik. Beberapa waktu lalu saya ke Rinjani sama tvOne. Ada larangan dari Dinas Kehutanan.
Tapi kami tetap ingin naik. Mereka akhirnya setuju menemani kami dengan syarat, yang boleh menentukan sampai puncak atau tidak, adalah mereka. Bapak-bapak ini menemani lengkap mengenakan pakaian dinas. Belakangan kami tahu, di tengah perjalanan cuaca sangat buruk: petir di mana-mana. Kami satu rombongan memutuskan turun.
Sudah berapa gunung yang sudah ditaklukkan?
Hampir 50 gunung, 40 lebih. Kalau di Indonesia awalnya naik gunung sama mahasiswa UPN Yogya. Saya kan dulu sering menguji di UPN, bukan dosen tapi penguji. Mereka kalau ingin disamakan, harus diuji oleh ITB.
Nah, saya bukan dosen, tapi penguji. Setiap tahun menguji, dan setiap tahun itu saya naik gunung bersama mereka: anak Mapalanya. Saya senang naik gunung bersama anak UPN itu karena mereka yang bawain barang saya, kalau sama mahasiswa ITB suruh bawa barang sendiri. Gak kuat saya, hehehehe.
Pertama kali naik gunung umur berapa?
Pertama kali naik Gunung Gede itu masih SMA. Saya di SMA 5 Bandung. Waktu itu saya masih kuat sekali. Kalau Gunung Gede saya sering naik sama ibu-ibu Equatorial Peaks for Lupus (E4L), mereka kuat-kuat loh. Bahkan ada yang masih single juga sih. Mereka gak terkena lupus, tapi menyiarkan penyakit lupus. Female tracker, seperti Ami Saragih, Diah Bisono, Amalia Yunita, Veronica, mereka terkenal-terkenal kok.
Punya pengalaman spiritual dari mendaki gunung?
Pengalaman spriritual saya naik ke Himalaya, di Kala Patthar, sebuah gunung hitam di Himalaya, Nepal, saya dikasih nasihat oleh pendeta Tibet, “Kamu kalau naik Himalaya jangan cepat-cepat, harus pelan. Dengan pelan kamu menghormati gunung ini dan menyesuaikan diri. Kalau kamu penyesuaian diri dengan bagus, kamu diterima gunung ini dan kamu akan sampai. Tapi kalau buru-buru tidak akan sampai.”
Akhirnya saya pelan-pelan sambil berdoa, berjanji kalau sampai saya tidak akan berbuat jahat lagi. haha
Itu tahun berapa?
2007. Kala Pattar itu basecamp Everest, tapi sekarang dipindahin lebih rendah lagi. Saat itu kami bertemu tim dari Malaysia mau ke Everest. Dalam website mereka ditulis ketemu Profesor Widjajono dan mereka sangat bangga. Dari tujuh pendaki Malaysia, enam sampai dan satu tidak. Yang satu itu bekas menteri.
Pengalaman paling menantang?
Ya tentunya Aconcagua. Yang gak sampai itu dan El-bruce, Mesir. Di Elbruce saya gak sampai juga, itu team. Ada petir dan hujan badai.
Sebenarnya kalau saya tidak ikut tim internasional, saya masih bisa menunggu. Kalau ikut tim lokal saya bisa nunggu hingga cuaca bagus lalu naik lagi, tapi karena ikut tim internasional mereka langsung pindah lagi ke tempat lain. Jadi saya kalau nanti naik lagi ke Elbruce, saya akan ikut tim lokal.
Yang Aconcagua itu sama tvOne juga. Salahnya berangkat sudah awal Februari, karena awal Februari sudah masuk musim dingin, jadi cuacanya sudah jelek. Itu sudah diumumkan tidak boleh naik seminggu ke depan karena cuaca buruk. Itu suhunya sudah seperti di kulkas, air itu beku dan setiap malam itu ditenda yang gak ada heater, pakai sleeping bag saja. Aku gak kuat kalau nunggu seminggu lagi, tim tvOne nunggu seminggu lagi. Ternyata minggu depannya cuaca lebih buruk lagi, jadi mereka turun juga.
Fanatik naik gunung?
Saya gak fanantik, tapi senang jalan. Kalau di Bandung dulu, kalau tidak ke Tangkuban Perahu ya ke Maribaya atau ke Lembang setiap minggu. Saya bukan pemakan daging merah, karena dari bayi saya lepeh. Di Tangkuban Perahu sampai ada tukang nasi goreng langganan yang tahu saya tidak makan daging.
Sudah umur 60 masih gondrong?
Saya tidak merasa tua kok. Kita tuh tua kalau kita merasa tua. Sewaktu naik Himalaya saya ketemu 15 orang pendaki dari Korea, mereka mengatakan: Age ain’t nothing but a number.
Mereka umurnya 55-70 tahun, dan masih mau naik Everest. Orang Korea itu punya kepercayaan umur di atas 60 tahun mereka merasa dilahirkan kembali karena shionya yang kembali, dan kebanyakan pemimpin di sana tua-tua karena wisdom-nya.
KONSEP CINTA
Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, menyebut Anda sebagai orang jenius. IQ Anda berapa?
Gak tau saya, hehehe.. Jangan tanya saya, yang nilai kan orang lain.
Pernah tes IQ?
Saya biasanya kalau dites itu hasilnya bagus, karena saya biasanya kalau dalam kondisi kritis itu justru bagus. Misal tes Toefl, kalau tes biasa saya gak bagus, tapi kalau tes beneran saya bagus. Hehehe.
IQ-nya berapa?
Gak tau saya. IQ saya gak tau, tapi yang jelas kalau saya mengajar, murid saya banyak. Kelas saya itu namanya kelas manajemen dan ekonomi migas. Itu muridnya sampai 348. Mereka senang dengar saya cerita.
Murid saya bukan hanya dari perminyakan. Ada yang dari geofisika, tambang, geologi, teknik industri, bisnis manajemen bahkan ada yang dari astronomi, dan planologi. Yang dari perminyakan cuma 100 orang.
Biasanya kalau saya ngajar, saya minta setiap perwakilan kirim alamat email, saya kirim mereka cerita-cerita naik gunung, cerita seminar, kirim cerita sekolah di Amerika dan Eropa, jadi saya tidak hanya mengajar perminyakan tetapi saya ajarkan juga hidup yang, kata saya, baik.
Saya bilang ke murid-murid “cara belajar yang paling baik adalah mengajar dan menulis,”. Kalau bisa mengajar dan menulis pasti pintar. Dan cara mengajar yang paling baik adalah memberi contoh.
Saya suka mengajarkan cara hidup saya, sudah bisa agak membuktikan cara hidup saya benar karena saya kan jadi orang.
Cara mengajar paling baik itu memberi contoh, dengan melakukan. Melakukan paling baik itu dengan cinta. Kalau kita melakukan segala sesuatu dengan cinta, itu baik. Jadi kalau kita berbuat baik ke setiap orang, maka pasti kita tidak akan pernah rugi. Saya pengagum The Beatles, all you need is love. Cinta itu sharing, caring, giving, dan forgiving.
Siapa yang mencintai sesama ciptaan Tuhan maka kita akan berhasil, karena cinta itu sifat Tuhan yang paling utama dan Tuhan pasti menyayangi orang yang menyayangi ciptaannya.
Saya dulu kenapa termasuk pintar di kelas karena saya ngajarin teman-teman saya. Bahkan angkatan yang lebih tua seperti Pak Bambang Nugroho, dulu Direktur Hulu Pertamina, belajar ke saya. Mereka punya motor, saya gak punya motor, saya suka dijemput sama mereka. Orang punya sepeda motor jaman dulu adalah orang-orang kaya.
Saya pernah memikirkan ekonomi cinta. Kalau kita saling mencintai satu sama lain segala permasalahan lain itu selesai.
Berkebalikan dengan hukum ekonomi?
Ya justru hukum itu harus dibenerin. Menurut hukum ekonomi biasa orang yang memberi itu rugi, tapi ini gak. Orang yang kaya itu orang yang memberi paling banyak.
Lihat saja Bill Gates dan sebagainya itu karena charity luar biasa. Lalu ada orang bilang, kalau gak kasih itu lebih kaya lagi. Saya bilang gak, karena dia memberi itu makanya kaya. Pada dasarnya, cinta itu ringan, membebaskan. Benci itu berat. Saya pernah benci seseorang, saya sendiri yang menderita.
TUGAS KHUSUS
Awal mula diberi tugas jadi Wakil Menteri?
Awalnya sih, terus terang saja, dua tahun lalu ada yang menghubungi saya untuk menyerahkan CV, waktu pembentukan kabinet baru. Saya gak tahu siapa yang telepon, mungkin Pak Kuntoro.
Mereka minta saya, tapi gak lolos karena yang dipilih orang partai. Nah kemarin ini, mungkin karena orang partainya kurang perform saya dihubungi lagi sama Pak Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian. Dia juga dari perminyakan dan pernah menjadi murid saya. Hatta bilang minta CV-nya dong, akhirnya malam Minggu saya kirim CV.
Lalu Minggu siang ditelepon lagi sama Pak Hatta, “Mas nanti ditelepon Pak Sudi”.
Eh pas Jumatnya sebelum salat Jumat Pak Sudi telepon “Pak Wid, siap-siap saja datang ke Istana, tapi mungkin gak hari ini.”
Saya bilang, saya siap kapan saja. Habis salat Jumat ditelepon lagi, “Pak Wid bisa gak datang jam 1.”.
Pak Sudi bilang beliau ingin bertemu saya di Istana Negara. Lalu pas saya datang ke sana, Pak Hatta bilang, “Mas kalau sama Jero Wacik cocok ga?” Saya bilang oke saja.
Seminggu sebelum itu, ada reuni ITB angkatan 70, Jero Wacik datang cerita, kalau dirinya masih bisa berkarya. Dia bilang kita ini usia enam puluh masih ranum-ranumnya, tiga tahun ke depan saya masih bisa berkarya lagi.
Dia juga memberi buku “Berpikir Positif” dan saya baca ternyata ada 8 saudaranya meninggal semua, dia satu-satunya yang bertahan, lalu dirawat pemimpin agama dan menjadi pemimpin agama.
Karena dia mempunyai cara hidup yang sama dengan saya, jadi saya bilang saya cocok sama dia. Saya yakin kalau kita mempunyai cara berpikir yang positif, pasti kita akan bisa memaafkan. Saya baca buku The Secret, kalau kita mempunyai pikiran positif maka akan mendapatkan hal yang positif.
Setiap pagi kalau saya jalan-jalan semua orang saya sapa dan ajak ngobrol. Dari satpam, pembantu, polisi hingga orang membawa anjing. Dengan begitu saya merasa, karena diawali dengan hal yang baik, maka pada hari itu saya baik. Itu rahasianya, kenapa saya seharian merasa baik, karena diawali dengan baik.
Ditugasi jadi menteri kenapa bersedia?
Waktu diwawancara Pak SBY, Pak Sudi, dan Pak Boediono ada pertanyaan: saudara bersedia tidak menjadi wakil menteri?
Saya bilang, saya ini guru dan saya awalnya guru ITB yang juga mengajar analisis kebijakan. Mengajarkan ke murid-murid suatu negara baik jika negara seperti ini, dan kenyataannya gak pas, saya penasaran.
Saya ikut Dewan Energi Nasional, saya melamar dengan serius, tes psikotes, wawancara, tes DPR, dapat 44 dari 48 suara DPR. Sesudah di DEN saya jadi guru yang lebih baik, setiap ketemu setiap orang, saya bagikan dua buku tentang energi migas di Indonesia dan analisis kebijakan.
Kalau Bapak tawari saya jadi wakil menteri saya bisa menjadi guru yang lebih baik lagi. Saya tidak hanya ngomong doang, tapi mungkin ikut membantu permasalahan bangsa. Beliau manggut-manggut saja.
Ada tugas khusus?
Diminta menyelesaikan masalah lifting migas. Kedua masalah listrik. Beliau tidak menyebut BBM, tapi saya kira itu salah satu tugas saya.
Anda sering mengeluarkan pernyataan berbeda dengan pejabat lain, mengapa?
Saya tidak pernah reluctant karena pada dasarnya saya akademisi. Kalau boleh milih menjadi pejabat yang tidak boleh ngomong atau akademisi, maka saya akan memilih menjadi akademisi. Saya ngomong apa adanya saja, karena dengan ngomong apa adanya itu negara dapat menjadi lebih baik.
Banyak orang Indonesia itu pretending, pura-pura saja. Saya buat apa sih seperti itu. Saya nothing to lose saja. Saya sudah kaya. Saya menjadi pejabat bukan untuk mencari uang.
Pernyataan Anda sering kontroversial lebih seperti akademisi. Menurut Anda?
Saya anggap pemimpin itu guru dan fasilitator, pemimpin itu seharusnya akademisi. Pemimpin harus bisa mengubah pandangan masyarakat yang tidak benar. Pemimpin itu bukan hanya George Bush atau Pak Harto, tapi bisa saja seperti Ghandi dan Nelson Mandela, mereka itu guru. Jadi kalau pemimpin itu harus dipisahkan birokrat dan akademisi saya tidak setuju.
Kalau saya harus pilih antara birokrat dan guru, saya memilih jadi guru. Karena pemimpin itu guru, pemimpin harus bisa bilang ke masyarakat ini loh yang benar.
Sewaktu di DPR saya dicaci maki, saudara bukan pengamat. Saya harus kasih tahu ke bangsa Indonesia bahwa yang benar seperti ini, kalau saya salah mari kita diskusi mana yang lebih baik.
Justru yang membuat Indonesia tidak maju ini karena orang tidak berani mengambil keputusan yang berbeda, tidak ada kreativitasnya dan ini harus diubah. Konghucu itu dulu mau jadi pejabat tidak jadi, karena yang mengetes kalah pintar dari dia, tapi Konghucu itu lebih terkenal dari raja China mana pun.
Jadi yang terpenting bagi saya itu jadi guru, bukan jadi presiden atau menteri. Guru saya tidak boleh hilang, lebih baik menghilangkan yang lain.
Pernah dimarahi Hatta Rajasa karena statement Anda?
Pak Hatta gak mungkin marahin saya. Dia murid saya, hahaha. Sehabis beri statement, saya SMS ke dia, biar gak salah pengertian dengan maksud saya.
Saya sering mengirim email ke menteri-menteri mengenai pemikiran saya, jadi paling tidak menteri-menteri tahu statement saya.
Saat ini, Anda seberapa kaya?
Saya jadi dosen. Mengajar kursus perminyakan dapat Rp6 juta sehari, setiap bulan 3-4 hari. Jadi kalau sama Wamen sekarang gajiannya gedean jadi dosen. Karena saya jadi anggota Dewan Energi Nasional (DEN), tunjangan profesor saya diberhentikan, padahal tunjangan itu lumayan loh, bisa Rp7 juta. Istri saya juga bekerja, sering mengerjakan proyek internasional dari Uni Eropa, Inggris, dan Belanda. Gaji istri saya itu kan dapatnya banyak.
Untuk ukuran pejabat bukankah itu sedikit?
Saya itu sederhana, tapi bukan berarti saya miskin. Pengeluaran saya kecil, baju kalau tidak sampai lecek gak ganti. Saya senang baju lecek kalau boleh sama istri.
Anak?
Anak saya satu. Masih SMA kok.
Main Golf?
Gak golf, saya cuma jalan kaki naik gunung. Setahun sekali lah paling ga, ada juga yang disponsori oleh teman kalau naik gunung di luar negeri.
SALAH SUBSIDI
Apa target Bapak di Kementerian Energi?
Beresin permasalahan energi di Indonesia.
Soal kenaikan harga BBM, menurut Anda bagaimana?
Saya hanya bilang, sebagai pengamat cuma tiga caranya mengurangi subsidi BBM: satu menaikkan harga, kedua membatasi pemakaian, dan ketiga mengalihkan BBM ke bahan bakar yang lebih murah.
Membatasi pemakaian, mobil pribadi dilarang menggunakan Premium harus pakai Pertamax, itu kan pengurangan subsidi BBM.
Mengenai memakai energi lain atau konversi, itu seperti minyak tanah pindah ke gas elpiji. Itu kan biayanya separuhnya. Premium dan BBG itu biaya cuma setengahnya, listrik dari BBM menjadi gas, panas bumi, batu bara, dan air itu biayanya hanya sepertiga.
Panas bumi, batu bara, air, gas itu biayanya sekitar 9 sen dolar AS, kalau BBM bisa 36 sen. sekarang ini kalau mau nurunin biaya pokok listrik pakailah yang lain.
Jadi selama ini kita menggunakan barang mahal. Saya istilahkan, orang miskin pakai barang mahal, pasti susah.
Kita terus terang saja salah alokasi, subsidi energi Rp200 triliun itu lebih baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia. Kita mau eksplorasi gak punya duit, PTDI gak punya duit, Pindad gak punya duit, perbatasan ada masalah, tapi kita masih enak-enak menikmati subsidi BBM Rp200 triliun.
Apakah opsi nomor tiga itu sulit?
Nomor tiga itu jangka panjang, gak sulit yang penting kita niat. Gas itu yang penting ada floating storage and regasification unit (FSRU), kaya minyak tanah jadi LPG, gak sulit kan. Sekarang Premium jadi gas itu gak sulit, di Aconcagua, Argentina, sejak 1980an. Listrik di kaki desa Aconcagua itu sudah menggunakan gas, tidak ada masalah. Kalau niat itu enam bulan jadi. Tinggal niat saja, convertion kit itu sudah ada di mana-mana. China itu semua transportasi umum harus pakai gas, sepeda motor pakai listrik.
Ekonomi itu ilmu memilih. Kenapa kita harus memilih, karena kita tidak tinggal di surga. Di sini keadaan serba terbatas, sehingga kita harus memilih.
Analis itu tugasnya memberitahu dampak dari setiap pilihan. Jadi pilihan tidak menaikan harga BBM, dampaknya seperti ini. Politik itu proses untuk menentukan pilihan siapa yang dilakukan. Pilihan politik ini dua, satu tidak mengerti, bisa saja karena informasi keliru.
Contoh, Indonesia itu negara kaya minyak, untuk itu harga BBM harus rendah, ini salah informasi. Indonesia itu sudah mengimpor minyak 600 ribu barel per hari.
Kedua, bisa saja informasi tidak keliru tapi punya interest. Contoh, perusahaan mobil, Indonesia bangga pertumbuhan mobil paling tinggi di Asia Tenggara, padahal BBMnya disubsidi. Ini bangga yang tidak tepat. Singapura itu bangga, karena mobilnya tidak pernah bertambah seumur hidup. Setiap lima tahun diganti sama jumlahnya, untuk itu mobil di Singapura mahalnya bukan main.
Kalau konversi cuma enam bulan, kenapa bukan itu?
Kalau naik Avanza masa mau beli BBM Rp8.000 per liter. Mengembangkan BBG itu lebih gampang kalau BBM itu harganya tinggi.
Kalau BBG itu biayanya Rp4.100, sedangkan BBM Rp4.500, gak akan muncul keinginan masyarakat untuk pindah karena perbedaan harganya sedikit. Jadi, misalnya, harga BBM harus naik menjadi Rp6.000. Jadi ada insentif ekonomi untuk bikin fasilitas untuk konversi ke BBG.
Saya anjurkan perusahaan mobil kalau mau berpartisipasi, buatlah mobil yang pakai gas, motor pakai listrik, kerjasama dengan baik. Untuk teman-teman yang mengimpor BBM, impor LNG saja yang diperlukan. 50 persen gas kita kan diekspor, sebelum kontrak itu selesai, boleh saja kita impor gas. Australia impor gas besar, Amerika sekarang bukan main impor gasnya.
Infrastrukur BBG bukannya mahal?
Kalau harganya gak cocok ya gak mahal. Kalau harganya Rp4.100 jalan, saat ini harga sebenarnya Rp4.100 tapi disuruh jual Rp3.100 ya gak akan jalan. Sekarang kalau harga BBG Rp4.100 pemerintah diam saja, ini akan jalan sendirinya. Kalau harganya terlalu murah, marginnya di mana? Pemerintah itu kan mengemudi, sedangkan mendayung itu urusannya swasta. Kalau pemerintah mengemudi sekaligus juga mendayung, itu sudah tidak benar.
Anda mengusulkan kenaikan harga BBM Rp1.000 itu kenapa?
Kalau seribu itu kan tidak terlalu berat. Kita pernah Rp6.000 dan Rp5.500 per liter, lalu turun lagi Rp4.500. Dulu saya ditanya waktu Rp5.500 per liter sebaiknya bisa turun berapa lagi. Saya jawab kenapa musti turun? Kenapa gak kelebihan uang ini digunakan membangun infrastruktur BBG. Apa itu SPBG, FSRU, atau membeli busway.
Coba lihat, waktu itu mau pemilu Amerika Serikat. Kalau Barack Obama menang, pasti harga minyak naik lagi dan ternyata benar. Memang gampang menaikkan harga BBM?
Saya ditanya, nanti bapak jadi tidak populer? Saya jawab kenapa saya harus populer, saya tidak mau jadi presiden. Bapak kan anggota DEN? Kan ketua DEN kan Presiden. Saya bilang saya akademisi. Saya bilang apa adanya.
Secara politik, menaikkan harga BBM masih memungkinkan?
Liat saja nanti, itu urusan politik. Tetapi kalau saya menjadi Pak SBY, Pak SBY itu kan sudah tidak ikut pemilu lagi, jadi lebih baik menggunakan uang Rp200 triliun itu untuk memakmurkan masyarakat Indonesia daripada kasih subsidi yang tidak seharusnya. Rp200 triliun itu banyak, kita bisa membangun apa saja.
Biaya ekonominya besar?
Tidak. Inflasi kecil. Begini, masalahnya pada 2012 kita sudah bilang tidak akan menaikkan BBM kecuali ada APBN-P. Tapi di 2011 ini kita boleh menaikkan BBM. Gak melanggar undang-undang.
Saya ngomong gak asal ngomong, Saya juga baca undang-undang, tahun 2011 itu boleh menaikkan harga BBM dengan syarat ICP, harga minyak mentah Indonesia, sudah di atas 10 persen dari target APBN-P.Lalu kuota sudah dilampui dan ditambah inflasi tahun ini rendah. Bahkan deflasi.
Jadi kalau mau menaikkan ya sekarang ini. Syaratnya hanya sampai 31 Desember ini. Kita tunggu saja sampai akhir tahun ini naik apa gak.
Kalau tahun depan, belum ada aturan untuk menaikkan, kecuali ada APBN-P. Kalau sekarang gak usah macam-macam, naikkan saja,
DPR gak bisa protes karena sesuai Undang-Undang, dan sebagian besar DPR juga setuju.
Kalau kita menaikkan harga BBM bisa digunakan untuk PT Kereta Api, ini PT KA yang seharusnya disubsidi tapi gak disubsidi akibatnya orang-orang beralih ke mobil dan lihat saja jembatan jadi ambruk. Jalan mobil itu bebannya berat sekali, jadi kadang kita subsidi salah pilih. Transportasi orang disubsidi, tapi transportasi barang gak disubsidi padahal di mobil disubsidi, mereka minta peraturan yang setara.
Pembatasan BBM gampang saja, mobil pribadi gak boleh pakai premium tahun 2012. Kendaran komersial, plat kuning itu tetap disubsidi. Kalau truk transportasi boleh menggunakan BBM subsidi, hanya mobil pribadi dilarang pakai premium.
Kebocoran gak banyak-banyak amat, yang penting jangka panjang seluruh kendaraan pilihannya Pertamax sama BBG.
Prosesnya bagaimana?
Itu sedang dibicarakan menteri. Saya tidak boleh bicara. Lihat saja nanti naik atau gak…hahaha.
Beda harga antara BBM bersubsidi dan non-subsidi terlalu besar. Mengapa tidak dibuat harga yang bervariasi di antara keduanya, sehingga masyarakat lebih punya pilihan?
Memang rencananya 2012 mobil pribadi gak boleh pakai Premium. Kalau tahapan, lebih baik naikkan Rp1.000. Pilihan. Ekonomi itu memilih.
Sebenarnya Premium itu ongkos produksinya tidak murah. Sekitar delapan ribu ke atas, seperti Pertamax. Yang mahal itu minyak mentahnya. Biayanya sama, cuma subsidinya yang besar, hampir 100 persen. China dan Vietnam tidak ada subisidi sehingga mereka tidak pusing-pusing.
Akibatnya di Indonesia orang mencari BBM yang paling murah. Premium kalau harganya dua kali lipat pasti orang akan pindah ke transportasi umum. Waktu Premium Rp6.000 banyak teman yang pindah ke busway, saat turun lagi ke Rp4.500 ya pindah lagi ke mobil pribadi.
Transportasi umum di Indonesia kan jelek?
Makanya busway di perbanyak. Singapura itu bensin mahal, mobil dipersulit, akibatnya orang naik transportasi umum, sehingga transportasi umum bagus. Uangnya digunakan untuk infrastruktur.
Kalau kereta api?
Pilihan politik itu dua: satu enggak ngerti, dua dia punya interest. Kereta paling bagus jelas. Di Cheng Du, tahun lalu ada subway, padahal itu kota kecil kaya Bandung. Semua sepeda motor pakai listrik. Di Jepang bahkan ada idiom: yang pinjam mobil naik Roll-Royce yang pinjemin naik subway. Di Jepang dan Paris itu tidak pernah macet, transportasi umum murah sekali. Kenapa kita gak seperti itu? Itu akan menarik turis juga, tinggal niat saja.
Kesimpulannya?
Kesalahan manajemen. Ada orang yang mengambil keuntungan dari impor BBM. Saya gak mau menyalahkan orang. Kita lihat ke depan.
Okelah yang lalu kita gak benar, ke depan itu kita perbaiki. Kalau kita pakai batu bara, kenapa gak gunakan untuk listrik? Kenapa bisa shortage listrik? karena program batu bara tidak jalan, Panas bumi ga jalan. Gas tidak berjalan dengan baik.
Lalu karena itu kita tertumpu BBM dan solusinya nuklir. Lalu kalau batu bara, panas bumi, dan gas gak jalan apa nuklir semua selesai?
Saya bukan antinuklir. Saya setuju Indonesia bikin nuklir, tapi bikinlah bersama dengan Singapura. Orang Singapura itu masalah kontrak dia baik, pengawasannya hebat. Kalau bikin nuklir dengan Singapura. Bikin saja di pulau Indonesia dekat singapura, Singapura pasti senang ditawari itu.
Kenapa kita gak ganti gas yang dikirim ke Singapura itu dengan batu bara. Batam-Singapura itu cuma 15 kilometer, kalau kita mengembangkan batu bara di Batam, lalu gasnya buat di pulau Jawa kita untung. Yang dibutuhkan Singapura itu bukan gas, tapi listrik.
Alternatif-alternatif itu penting. Out of the box, di Indonesia kenapa Papua jarang ditemukan migas sedangkan Papua Nugini banyak ditemukan migas, karena di Indonesia tidak boleh eksplorasi di hutan lindung. Padahal migas itu tidak mengupas tanah, tapi mencoblos.
Dari 20 ribu hektar operasi migas cuma 100 hektar. Kenapa kita banyak bikin aturan yang membuat negara ini gak maju. Padahal di Papua Nugini ditemukan migas, masa di Papua tidak ada, padahal pulaunya itu menyatu. Masalahnya orang gak boleh eksplorasi di situ. Dilarang oleh Kementerian Kehutanan, bukan orang Papua.
Kemarin ketemu orang Papua saya bilang harus dorong eksplorasi di Papua, karena bagian untuk pemerintahnya itu besar, 85:15, lima kali dari bagian kontraktor. Kalau batu bara itu kan lebih banyak kontraktornya daripada pemerintah.
KONTRAK PERTAMBANGAN
Masalah kontrak karya Pertambangan?
Begini, pada dasarnya ada perbedaan antara kontrak perminyakan dengan kontrak pertambangan. Kalau kontrak perminyakan kan manajemen ada di tangan pemerintah, kalau pertambangan manajemen ada di tangan perusahaan. Jadi pemerintah mengatur melalui peraturan pemerintah, sebaiknya mengikuti peraturan pemerintah.
Kan ada UU nomor 4 tahun 2009, pakai UU kalau mau ubah. Seperti masalah di Rusia, LNG Sakhalin di Rusia yang dimiliki poleh Shell. Duma, DPR Rusia, membuat peraturan bahwa semua kontrak migas di Rusia itu 55 persen sahamnya dibeli oleh pemerintah, ya sudah itu semua langsung berlaku di seluruh Rusia. Tadinya Shell yang mempunyai saham 60 persen, tinggal 45 persen.
Artinya perlu negosiasi ulang?
Menurut saya iya. Karena tambang dahulu dengan tambang sekarang berbeda. Dulu batu bara harganya US$18 per ton, biaya US$10 per ton. Sekarang batu bara US$112 per ton, biaya US$30 per ton, kan jadinya untung mereka jadi banyak sekali.
Di samping itu, batu bara mengikuti peraturan pemerintah. Dulu namanya PKP2B, 13,5 persen royaltinya, dan pajak 45 persen. Lalu turun jadi 13,5 persen pajak 30 persen.
Sekarang yang IUP lebih kecil royalti 6 persen pajak 25 persen. Jadi kalau dihitung hanya 33 persen pemerintah dapatnya, padahal di struktur biaya sudah berubah. Kalau di minyak sekarang, bagi hasil 85:15 dimana 85 persen pemerintah dan 15 persen kontraktor.
Di tambang itu sekarang kontraktornya menerima lebih banyak dibandingkan di minyak. Yang benar saja, kamu dapat segitu pemerintah dapat lebih sedikit?.
Renegosiasi perlu memisahkan kepemilikan asing dan nasional?
Tidak terlalu masalah. Masalahnya di UU No 4 tahun 2009, adalah luas area, dan lain-lain. Itu juga perlu dibreakdown satu per satu. Luas area kenapa kita persoalkan?
Misal Freeport luas area 100 ha. Kalau bisa diselesaikan dalam waktu kontraknya tidak apa-apa, tapi kalau tidak sanggup menyelesaikan kenapa tidak diberikan kesempatan orang lain. Kalau mereka bisa menunjukkan di program kerja sih tidak apa-apa, maka diperlukan ketransparanan. Kalau renegosiasi, program kerja apa, keekonomian seperti apa. Smelting, kenapa 35 persen, gak dibikin jadi 70 persen (wajib di Indonesia). Bikin smelter di Membrano, itu membuat masyarakat Papua menjadi lebih makmur.
Kontrak Karya I Freeport 1967 mereka harus membangun infrasruktur. Membawa alat berat dengan heli, jadi bisa dipahami kalau royalti kita kecil. Sekarang infrastruktur sudah baik sekali, mengapa pada Kontrak Karya II tahun 1991 kita masih bersedia menerima royalti yang kecil?
Harusnya royalti waktu itu langsung tinggi, struktur biaya lain. Logikanya kan begitu. Tapi itu bukan zamannya saya.
Nah makanya sekarang ini kita renegosiasi saja. Seharusnya waktu dulu bawa helikopter kita ngerti pemerintah bagiannya kecil. Tapi tahun 1991 biayanya sudah lain, seharusnya bagian pemerintah harus besar, tapi kenapa tidak dinaikkan. Itu alasan kita.
Mengapa renegosiasi seperti jalan ditempat?
Tinggal kemampuan politik. Bangsa Indonesia ini kenapa tidak cepat? karena banyak orang yang takut mengambil keputusan. intinya cuma di situ, kalau kita tetap tidak berani ambil keputusan, ya gak akan jalan. Pertama, gak berani ambil keputusan karena takut jabatannya hilang, Kedua, ada istilah kalau bisa dipersulit kenapa tidak itu yang menyebabkan bangsa Indonesia tidak maju.
KORUPSI & FRUSTASI
Sudah dua bulan, belum frustasi kan Pak?
Pak Kuntoro meramalkan saya frustasi, hahaha. Orang selama mempunyai pikiran positif, itu gak akan frustasi. Saya kalau dicaci maki saya diam saja. Norman Vincent Peale (penulis The Power of Positive Thinking), dia bilang kalau ada orang yang membuat dia sedih atau caci maki kamu, jadikan dia guru. Bukan karena dia bijaksana, tapi itu membuatmu bijaksana.
Jadi kalau saya dicaci maki orang ya memang itu harus saya lalui. Saya dan menteri saya belum lama ini dicaci maki DPR. Mereka bilang kalau ngomong harus seizin menterinya. Tapi kemarin waktu saya presentasi tentang Kebijakan Energi Nasional, mereka ingin potret dengan saya, hahaha.
Kemarin edang rapat dengan DPR, saya dilarang potret, karena Bapak bukan turis. Tapi orangnya kemudian bilang “Bapak ini idola saya”. Kemarin itu lain sekali, padahal itu orang yang sama.
Korupsi di sektor ESDM?
Korupsi itu urusan menterinya bukan saya. Saya kalau ada orang minta sumbangan, saya gak ngurusin sumbangan hubungi saja menterinya.
Kalau masalah minta jatah kontrak migas dan tambang?
Kalau kontrak hubungi dirjen. Saya bukan masalah teknis, masalah teknis hubungi dirjen masing-masing. Saya kasih tahu ke dirjen, kalau kamu mau silakan tapi kalau mereka mengacau ya marahin saja.
Ngapain saya urusin seperti itu, tanggung jawab yang tidak-tidak. Idenya saya sebagai analis dan Pak Jero Wacik sebagai politisi, keputusan ada di tangan beliau. Saya hanya memberikan alternatif-alternatif.
Apa sih yang sebenarnya membuat negara ini tidak benar?
Policy analisys itu seperti dokter aja, pertama dicari penyakitnya. Negara itu cuma dua penyakitnya, penyakit nomor satu itu pasar, pasar itu interaksi antar orang, monopoli, lingkungan dan sebagainya, ketidakadilan. Pasar itu masalah kemakmuran. Kalau ada Jagger, berarti pasarnya tidak berjalan dengan baik, ada mafia. Kedua, pemerataan. Pemerataan ada dua yaitu pemerataan kesempatan dan pemerataan atas pendapatan.
Dalam mengatasi kedua masalah ini, orang membentuk negara, jadi negara itu mengatasi masalah pasar dan pemerataan. Negara itu kan orang, bisa saja dalam kenyataannya tidak benar. Masalah negara ada empat, satu demokrasi, birokrasi, orangnya dan desentralisasi. Tinggal dicari saja masalahnya apa, ada ketidakberesan dimana, penyelesaiannya ada resepnya masing-masing, metode rasionalis.
Jadi kalau saya analisis sesuatu itu menggunakan metode itu saja. Seperti dokter, penyakitnya apa obatnya apa, jangan sampai penyakitnya salah, kalau penyakit salah walaupun obatnya benar tetap saja pasti salah.
Benarkah penilaian kinerja Kementeria Energi merah?
Ya jelas kan, merah sekali. Programnya gak jalan. Masalahnya yang lalu gak berani ambil keputusan. Jadi menurut saya sangat merah. Tidak ada keputusan sehingga tidak ada proyek, padahal dari dirjen-dirjen usulan sudah ada, cuma tidak berani tanda tangan.
Pemimpin itu fasilitator dan guru, kalau guru gak berani ketemu muridnya, gak pas lagi menjadi pemimpin. Pak Darwin dan Pak SBY aku yakin mereka gak pernah ngomong. Ada masalah komunikasi, kalau saya kan tenang saja. Kalau saya dianggap salah, bisa jelasin selesai. Waktu saya bilang kenaikan harga BBM, menteriku mencak-mencak di Bali “Gak akan ada kenaikan BBM”, setelah saya jelasin, baru mereka mengerti.
Komunikasi dengan Pak Jero Wacik cukup intensif?
Saya senang bekerja sama dia, orangnya bersih. Saya tidak suka bekerja sama dengan orang pintar tapi gak bersih. Jero Wacik itu pintar dan mau mendengarkan. Dia pemuka agama. Positifnya banyak dan mau belajar.
Prioritas Anda apa?
Setiap orang mempunyai tugas masing-masing, kontrak karya itu Dirjen Minerba, panas bumi itu tugasnya Dirjen EBTKE, lalu lifting itu Dirjen Migas.
Indonesia itu migas tetek bengek perlu diatasi, seperti izin. ExxonMobil di Cepu gak jalan-jalan itu karena masalah izin bupati, masalah izin pipa lewat jalan kereta api, pipa lewat jalan darat, izin pembebasan tanah. Pak Jero Wacik sudah niat menelepon satu-satu. Masa lalu itu tidak diapa-apain.
Saya bilang, jangan urusan masyarakat diselesaikan oleh perusahaan. Ada dua paham: saya kaya kamu miskin dan saya baik kamu tidak baik.
Keduanya tidak akan bertemu tanpa cinta, orang miskin itu pikirannya orang kaya itu jahat, yang menyebabkan kaya itu karena jahat, jadi gak ketemu.
Makanya saya bilang kasus Lapindo itu membenci satu sama lain, sekarang begini saja utang Bakrie dibayar lalu kembangkan lapangan itu sehingga bisa menjadi Balikpapan (kota minyak), Jawa Timur itu.
Kenapa selalu ribut menyalahkan orang, sampai kapan seperti itu? Kenapa gak sekarang dibereskan saja dan dikembangkan, itu potensi cadangan migasnya banyak dan Pertamina sudah bersedia melakukan seismik. Ada point of view, manajemen dipegang pemerintah, jadi 50:50, Bakrie suruh membayar ganti rugi tetapi yang menangani pemerintah.
Urusan pembebasan tanah, urusan izin, urusan kehutanan dan sebagainya itu pemerintah yang mengerjakan. Kenapa di Indonesia ini investasi tidak jalan, karena yang disuruh ribut dengan masyarakat itu perusahaan.
Hadi Suprapto, Iwan Kurniawan
Sumber: Vivanews, Senin, 5 Desember 2011, 09:44 WIB